https://malang.times.co.id/
Wisata

Petirtaan Watugede Singosari Jadi Hidden Gem Spot Healing Anti-Mainstream

Rabu, 23 Juli 2025 - 13:43
Petirtaan Watugede Singosari Jadi Hidden Gem Spot Healing Anti-Mainstream Suasana tenang dan asri di Petirtaan Watugede, Singosari, Malang. Kolam pemandian ini dipercaya sebagai peninggalan Kerajaan Majapahit dan masih mengalir hingga kini. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANGPetirtaan Watugede di Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang, Jawa Timur menjadi tempat pilihan untuk healing sekaligus belajar sejarah dan pemerintahan.

Situs ini menyuguhkan suasana tenang, nilai budaya, serta akses mudah tanpa pungutan biaya.

Terletak di Desa Watugede, lokasi Petirtaan Watugede Singosari hanya berjarak sekitar 200 meter dari Stasiun Singosari. Mahasiswa dari berbagai kampus di Malang kerap mengunjungi situs ini untuk refleksi, diskusi, hingga dokumentasi sejarah.

Mahasiswa Ilmu Kepemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang, Firman Ardian Yuliansah, menyampaikan bahwa Petirtaan Watugede relevan sebagai lokasi belajar luar kelas. Selain memiliki nilai sejarah, situs ini mencerminkan praktik pelestarian budaya yang menjadi bagian dari fungsi pemerintahan.

“Melestarikan situs seperti Petirtaan Watugede merupakan bagian dari fungsi negara. Mahasiswa bisa belajar tentang kebijakan pelestarian, konservasi air, hingga partisipasi masyarakat,” ujar Firman, Selasa (22/7/2025).

Petirtaan-Watugede-2.jpgMahasiswa Ilmu Kepemerintahan, Firman Ardian Yuliansah, sedang berdoa dan bermeditasi di area Petirtaan Watugede, Singosari, Malang, (22/7/2025). (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

Petirtaan Watugede menjadi ruang terbuka yang sering dimanfaatkan warga Malang untuk mencari ketenangan. Dikelilingi pohon besar, suara serangga, dan gemericik air alami, situs ini menyuguhkan atmosfer alami yang mendukung aktivitas healing sekaligus edukasi.

Menurut Firman, healing tidak harus selalu identik dengan tempat hiburan. Justru tempat yang sarat sejarah seperti Watugede dapat menenangkan sekaligus memberikan wawasan tentang pelestarian budaya lokal.

Kegiatan seperti membaca, berdiskusi, hingga membuat dokumentasi akademik dapat dilakukan di tempat ini. Selain itu, Watugede cocok untuk kegiatan pengabdian masyarakat, riset lintas disiplin, hingga pengembangan program kampus berbasis kearifan lokal.

Dari sudut pandang Ilmu Kepemerintahan, Petirtaan Watugede menjadi contoh praktik tata kelola kebudayaan yang melibatkan peran pemerintah, masyarakat, dan komunitas pendidikan. Potensi ini dapat dikembangkan sebagai destinasi wisata edukatif berbasis sejarah.

Firman mengusulkan kolaborasi antara pemerintah daerah, kampus, dan komunitas untuk mengembangkan kunjungan edukatif dan pelibatan aktif mahasiswa. Watugede juga dinilai ideal sebagai laboratorium konservasi dan pemahaman kebijakan publik di bidang pelestarian budaya.

“Mahasiswa bisa memahami langsung bagaimana proses pelestarian dijalankan, bukan hanya lewat buku teks, tapi lewat observasi nyata di lapangan,” tambah Firman.

Petirtaan Watugede merupakan bangunan petirtaan kuno dengan air sebagai elemen utama. Situs ini berbentuk kolam yang memanfaatkan sumber mata air alami dari bawah Pohon Lo atau Ara (Ficus carica) di sisi timur.

Petirtaan-Watugede-3.jpgSeorang mahasiswa menyalakan dupa di area pemujaan Petirtaan Watugede, Singosari, Kabupaten Malang. Situs ini menjadi tempat kunjungan edukatif mahasiswa. (FOTO: Ardana Pramayoga/TIMES Indonesia)

Struktur petirtaan terdiri dari dua bagian. Struktur pertama berada di sebelah utara dengan bentuk persegi panjang berukuran 22,50 x 18 meter. Bangunan ini dilengkapi tangga di sisi barat dan dibangun dari bata merah berukuran 35 x 24 x 7 cm. Struktur kedua berada di sisi selatan.

Air mengalir dari mata air melalui saluran khusus (jaladwara) menuju kolam utama. Secara arsitektural, situs ini berada pada kedalaman sekitar 9 meter dari permukaan tanah dengan luas struktur 112,5 meter persegi di atas lahan seluas 2.516 meter persegi.

Berdasarkan langgam hias dan teknik bangunan, petirtaan ini diperkirakan berasal dari abad ke-14 Masehi, yaitu masa Kerajaan Majapahit. Petirtaan Watugede ditemukan pada tahun 1925 dan sempat dipugar oleh Dinas Purbakala Hindia Belanda pada tahun 1931.

Saat ini, situs ini telah ditetapkan sebagai Cagar Budaya Peringkat Nasional berdasarkan SK Menteri No. PM.56.PW.007/MKP/2010.

Petirtaan Watugede bukan hanya warisan arsitektur kerajaan, tetapi juga ruang edukatif dan reflektif bagi mahasiswa masa kini.

Pemanfaatan situs ini menunjukkan bahwa pelestarian budaya dapat berjalan seiring dengan kebutuhan generasi muda, seperti healing dan pembelajaran kontekstual. Keberadaan Watugede menegaskan pentingnya sinergi antara pemerintah, kampus, dan masyarakat dalam menjaga identitas sejarah melalui pendekatan yang relevan dan berkelanjutan. (*)


PEWARTA : Ardana Pramayoga

Pewarta : TIMES Magang 2025
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.