https://malang.times.co.id/
Berita

Kemenag RI Gandeng FISIP UB Bumikan Moderasi Beragama di Kalangan Mahasiswa

Jumat, 13 September 2024 - 19:18
Kemenag RI Gandeng FISIP UB Bumikan Moderasi Beragama di Kalangan Mahasiswa Kegiatan dialog moderasi beragama dan penandatangan kerjsama antara Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag dengan UB dan FISIP, Jumat (13/9/2024). (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Upaya mengimplementasikan moderasi beragama di seluruh lapisan masyarakat terus digencarkan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI).

Pada Jumat (13/9/2024), Kemenag RI melalui Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan menggandeng Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya (UB) untuk menggelar Dialog Moderasi Beragama di Auditorium Nuswantara FISIP UB.

Acara ini dihadiri oleh lebih dari 100 mahasiswa yang antusias mengikuti dialog yang menghadirkan enam narasumber terkemuka, seperti Kepala Badan Litbang dan Diklat Kemenag Prof. Suyitno, Wakil Rektor I UB Prof. Imam Santoso, Kepala Puslitbang Bimas Agama dan Layanan Keagamaan Kemenag M. Arfi Hatim, Dekan FISIP UB Prof. Anang Sujoko, Dosen UIN Malang Prof. Ahmad Izuddin, serta Kepala UPT Lab Pendidikan Agama UM Dr. Achmad Sultoni.

Prof. Suyitno menyampaikan bahwa acara ini merupakan bagian penting dari implementasi moderasi beragama, sesuai dengan Perpres Nomor 58 Tahun 2023. "Ekosistem moderasi beragama harus hadir di seluruh civitas akademika kampus, dan Universitas Brawijaya sebagai institusi pendidikan tinggi wajib menjalankan mandat Perpres ini," ujarnya.

Selain menggelar dialog, Prof. Suyitno juga menjelaskan bahwa pihaknya bersama UB dan FISIP telah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dan kerja sama untuk memastikan implementasi moderasi beragama di lingkungan akademik, termasuk di kalangan dosen, mahasiswa, dan pimpinan kampus.

Prof. Suyitno menekankan bahwa moderasi beragama sangat penting diterapkan di lingkungan kampus, terutama bagi mahasiswa yang kelak akan menjadi pemimpin bangsa.

"Mereka adalah calon pemimpin masa depan, dan bangsa ini membutuhkan pemimpin yang inklusif serta memahami sejarah pluralisme Indonesia. Moderasi beragama mengajarkan harmoni di tengah perbedaan suku, agama, dan budaya, yang merupakan aset bangsa," jelasnya.

Ia menambahkan bahwa mahasiswa sebagai generasi penerus harus memahami dan merasakan langsung nilai-nilai moderasi beragama agar mampu mengimplementasikannya di masa mendatang.


Dalam sesi dialog, Prof. Suyitno juga berbagi strategi efektif untuk mengajak generasi muda memahami moderasi beragama. Menurutnya, moderasi beragama dapat diperkenalkan dengan cara yang inovatif dan sesuai dengan karakter anak muda, seperti melalui konten kreatif di media sosial.

"Kita bisa mengajak mereka membuat konten kreatif tentang pentingnya menghormati orang lain, budaya, dan agama. Bahkan kami di Balitbang Diklat Kemenag sudah membuat moderasi beragama dari perspektif musik, di mana anak-anak diajak menciptakan lirik tentang apresiasi perbedaan dalam berbagai genre musik," ungkapnya.

Selain musik, inovasi juga dilakukan melalui film pendek yang mengusung pesan pentingnya keharmonisan masyarakat Indonesia yang beragam suku, agama, dan budaya. Melalui pendekatan kreatif ini, diharapkan moderasi beragama dapat lebih diterima dan dipahami oleh generasi muda.

Dengan kerja sama ini, diharapkan moderasi beragama dapat terus diimplementasikan secara efektif di lingkungan akademik dan memberikan kontribusi positif bagi terciptanya masyarakat yang lebih inklusif dan harmonis.

Di tempat yang sama, Wakil Rektor 1 UB, Prof Imam Santoso mengatakan bahwa UB sudah sejak lama menerapkan nilai-nilai tentang moderasi. Saling harga menghargai telah menjadi budaya di Universitas Brawijaya.

"Makanya UB sejuk, banyak orangtua yang suka anaknya kuliah di UB karena aman tentram, nyaman dan bahagia," katanya.

Dia melanjutkan, UB dengan jumlah total mahasiswa mencapai 70 ribu orang mempunyai keberagaman yang sangat luar biasa. Hal ini tentu menjadi sebuah potensi sekaligus tantangan besar bagi UB bagaiamana menyatukan keberagaman ini menjadi satu kesatuan.

"Mahasiswa UB berenekaragam asal sukunya. Lebih dari 34 provinsi. Seluruh mahasiswa dengan latar belakang agama, suku budaya, segala macam ada disini. Dinamikanya tinggi, sehingga moderasi menjadi sangat penting," kata dia.

Sehingga sejak Maba, UB juga telah menanamkan nilai moderasi kepada seluruh mahasiswa. Mereka semua dituntut untuk bisa saling menghargai dan saling tolong menolong.

"Semua ini berpijak pada nilai bineka tunggal ika, kita beda tapi satu tujuan untuk in donesia, untuk kemaslahatan bersama," pungkasnya. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.