TIMES MALANG, JAKARTA – Setiap hari 12 anak di Gaza didiagnosis menderita malnutrisi parah, dimana anak-anak di sana mencoba tidur dengan perut penuh air dan garam.
Hal itu diungkapkan Dokter bedah Inggris, Graeme Groom sekembalinya dari misi sukarela di Jalur Gaza, tempat dimana menjadi sasaran genosida dan kelaparan oleh Israel.
Graeme Groom mengatakan, bahwa anak-anak di sana mencoba tidur dengan perut penuh air dan garam, di tengah krisis kemanusiaan yang sengaja dibuat.
Groom mengungkapkan kejadian mengejutkan yang disaksikannya itu saat bekerja sebagai bagian dari tim medis sukarelawan di Gaza, tempat warga Palestina menderita kelaparan dan kekurangan gizi, yang menyebabkan kematian puluhan bayi dan memburuknya kondisi warga sipil yang terluka.
Sejak 2 Maret 2025, Israel telah menutup semua penyeberangan ke Jalur Gaza, mencegah masuknya sebagian besar bantuan makanan dan medis, yang menyebabkan kelaparan menyebar di sana.
Menurut data terbaru dari Kementerian Kesehatan di Gaza sejak 7 Oktober 2023, hingga Rabu, jumlah korban meninggal dunia akibat kelaparan dan kekurangan gizi telah mencapai sekitar 154 warga Palestina, termasuk 89 anak-anak.
Groome menjelaskan bahwa meningkatnya rasa lapar berdampak langsung pada mereka yang terinfeksi, menghambat pemulihan mereka, meningkatkan angka infeksi, dan melipatgandakan risiko kematian.
Ia menyatakan bahwa kelaparan tidak hanya dialami oleh pasien, tetapi juga dialami oleh staf medis, dan mencatat bahwa apa yang terjadi di Gaza bukanlah kelaparan alami, melainkan kelaparan yang sengaja dibuat oleh manusia.
Sementara itu, utusan khusus Presiden AS Donald Trump, Steve Witkoff mengunjungi Gaza selatan pada hari Jumat di tengah kemarahan internasional atas kelaparan, kekurangan dan kekacauan mematikan di dekat lokasi distribusi bantuan.
Dengan kelangkaan makanan dan pengiriman paket melalui udara, Witkoff dan Duta Besar AS untuk Israel, Mike Huckabee, mengunjungi salah satu lokasi distribusi Yayasan Kemanusiaan Gaza di Rafah, kota paling selatan Gaza.
Chapin Fay, juru bicara kelompok tersebut, mengatakan kunjungan tersebut mencerminkan pemahaman Trump tentang risikonya dan bahwa "memberi makan warga sipil, bukan Hamas, harus menjadi prioritas."
Keempat lokasi kelompok tersebut berada di zona yang dikuasai militer Israel dan telah menjadi titik api keputusasaan selama berbulan-bulan operasi mereka, dengan orang-orang yang kelaparan berebut mencari bantuan yang langka. Ratusan orang telah meninggal duni akibat ditembak dan terinjak-injak.
Militer Israel mengatakan pihaknya hanya melepaskan tembakan peringatan ke arah orang-orang yang mendekati pasukannya, dan GHF mengatakan kontraktor bersenjatanya hanya menggunakan semprotan merica atau melepaskan tembakan peringatan untuk mencegah kerumunan yang mematikan.
Namun yang lebih miris lagi, ada kesaksian dari dokter bedah dari Inggris, yang baru kembali ke negaranya setelah bekerja sebagai bagian dari tim medis sukarelawan di Gaza, Graeme Groom, bahwa anak-anak di Gaza mencoba tidur dengan perut penuh air dan garam. (*)
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Faizal R Arief |