TIMES MALANG, PALEMBANG – Memasuki tahun 2024, PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) Unit Refinery (RU) III Plaju di Palembang, Sumatera Selatan, telah mencatatkan peningkatan yang signifikan dalam produksi gas elpiji untuk kebutuhan rumah tangga (mixed Liquefied Petroleum Gas -LPG), dengan total mencapai 129 ribu metrik ton (MT) sepanjang tahun.

"Dengan produksi tahunan Kilang Plaju yang stabil di angka sekitar 10.000 metrik ton per bulan, kami optimistis angka produksi elpiji campuran akan terus menanjak di 2025," ungkap Siti Rachmi Indahsari, Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Kilang Pertamina Internasional, di Palembang, Selasa (18/2/2025).

Demi mencapai hasil maksimal, Kilang Pertamina Plaju tak henti-hentinya fokus pada pemeliharaan konsistensi operasional dan peningkatan skill tenaga kerja. Berdiri tegak sebagai salah satu pabrik pengolahan minyak tertua di Nusantara, sudah lebih dari satu era Kilang Plaju menjadi tulang punggung andal untuk produksi energi di Tanah Air.

Secara strategis, proses produksi elpiji campuran di Plaju dikembangkan tidak hanya untuk memenuhi keperluan energi di sektor industri, tetapi juga sebagai pemasok utama untuk dapur-dapur rumah tangga di wilayah Sumatera Bagian Selatan, menjangkau daerah Sumatera Selatan, Jambi, Bengkulu, Lampung, hingga Bangka Belitung.

Siti Rachmi menyampaikan bahwa elpiji campuran dari Kilang Pertamina Plaju unik karena komposisinya yang berimbang antara propana (70-80%) dan butana (20-30%), serta scent marker mercaptan yang ditambahkan sebagai ukuran keamanan.

Komitmen ini bukan hanya tentang memanaskan kompor, melainkan juga soal memperkokoh kestabilan energi nasional. Dengan operasional yang terjaga dan kerjasama erat dengan entitas pemerintah serta lembaga keamanan seperti kepolisian dan TNI dalam pengawalan objek vital nasional, Kilang Pertamina Plaju berjalan tanpa henti.

"Kami sangat berterima kasih kepada semua pihak yang telah konstan mendukung operasi kilang ini. Dukungan tersebut menjadi kunci penting dalam menjaga roh dari ketahanan energi kita," kata Rachmi. (*)