TIMES MALANG, JAKARTA – Upaya pemulihan pascabencana banjir dan tanah longsor di Kabupaten Tapanuli Utara memasuki fase krusial. Dua pekan setelah bencana melanda, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) melaporkan bahwa sebagian besar indikator pemulihan menunjukkan pergerakan positif, meski tim gabungan masih dihadapkan pada cuaca yang sulit diprediksi.
Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, menjelaskan dari Jakarta, Jumat, bahwa hujan yang kembali meningkatkan debit air menjadi tantangan utama di lapangan. Meski begitu, tim gabungan tetap melanjutkan operasi pemulihan secara terukur.
13 Warga Hilang Ditemukan Selamat
Hingga Kamis (11/12) sore, BNPB mengonfirmasi bahwa 13 warga yang sebelumnya dinyatakan hilang telah ditemukan dalam keadaan selamat. Lebih dari seribu warga saat ini masih mengungsi dan berada dalam pendampingan petugas.
“Warga terdampak juga akan mendapatkan layanan tambahan di sejumlah titik pengungsian,” kata Abdul.
BNPB mencatat 770 unit rumah terdampak dengan tingkat kerusakan bervariasi, disertai rusaknya fasilitas umum seperti sekolah, jembatan, dan ruas jalan.
Akses Jalan Mulai Terbuka tetapi Masih Rentan
Salah satu sektor paling terdampak—akses transportasi—perlahan menunjukkan perbaikan. Jalan Tarutung–Sibolga kembali dapat dilalui hingga Kecamatan Sitahuis, meski BNPB mengingatkan adanya titik-titik rawan yang masih harus diwaspadai.
Sementara itu, beberapa desa di Adiankoting dan Parmonangan masih terisolasi sehingga distribusi logistik dilakukan menggunakan helikopter melalui mekanisme dropping.
Pemulihan Listrik dan Komunikasi: Data Progres Terbaru
Abdul juga merilis data pemulihan jaringan listrik pada Adiankoting: 93 persen sudah pulih dan Parmonangan: baru mencapai sekitar 50 persen karena keterbatasan akses.
Untuk wilayah blank spot, lima dari enam unit Starlink bantuan BNPB telah aktif beroperasi, memungkinkan komunikasi darurat tetap berjalan.
Penguatan Logistik dan Layanan Pengungsi
Distribusi logistik terus diintensifkan. BNPB mengirimkan 50 matras ke pos pengungsian Lobupining, 30 matras ke Sibalanga, dan Bantuan air bersih yang disuplai dari BBWS II untuk menjaga higienitas di lokasi pengungsian
BNPB menegaskan bahwa pemulihan tidak hanya menargetkan pembenahan infrastruktur, tetapi juga jaminan layanan dasar bagi seluruh warga terdampak.
Dengan dinamika cuaca yang masih tidak menentu, tim gabungan telah menyiapkan skema respons adaptif untuk meminimalisasi risiko baru dan mempercepat stabilisasi wilayah. (*)
| Pewarta | : Ferry Agusta Satrio |
| Editor | : Imadudin Muhammad |