TIMES MALANG, MALANG – Tidak semua perjalanan sukses lahir dari kenyamanan. Kisah Raden Dymasius Yusuf Sitepu membuktikan hal itu. Meski memiliki garis keturunan langsung dari Kesultanan Yogyakarta — keturunan ke-12 dari Sultan Hamengkubuwono I — masa kecilnya justru jauh dari kata mewah.
Lahir dan besar di lingkungan sederhana dekat rel kereta api Jakarta, Dymasius kecil sudah merasakan kerasnya hidup sejak usia enam tahun. Ia membantu orangtuanya mencari nafkah dengan berjualan telur puyuh rebus, tahu goreng, hingga susu kedelai di sekitar Gelora Bung Karno (GBK) dan pasar Bendungan Hilir.
“Ada masa ketika makanan kami hanya nasi dengan kuah bening tanpa isi. Orangtua saya bahkan sering hanya minum air rebusan. Tapi dari situ saya belajar bahwa menyerah bukan pilihan,” kenang Dymasius dalam tulisan pribadinya di www.dymasius.com, Senin (18/9/2025).
Pendidikan sebagai Jalan Keluar
Keterbatasan hidup tidak membuatnya berhenti bermimpi. Ia memilih pendidikan sebagai jalan keluar dari lingkaran kemiskinan. Menurutnya, darah bangsawan tidak menjamin masa depan, sementara kemiskinan bukan alasan untuk berhenti berusaha.
Kerja keras dan tekad itu akhirnya mengantarnya ke salah satu universitas terbaik dunia: National University of Singapore (NUS). Sebagai alumni, Dymasius kini aktif berbagi pengalaman melalui situs pribadinya, platform edukasi GetKampus.com, dan kanal YouTube GetKampus.
Panduan Singkat NUS ala Dymasius
Dymasius membagikan gambaran menyeluruh tentang NU. Berdiri sejak 1905, NUS konsisten masuk 10 besar dunia versi QS World University Rankings, sejajar dengan Harvard, Stanford, dan Oxford.
Kampus ini memiliki teknik, computing (AI, Data Science, Cybersecurity), bisnis, kedokteran, dan hukum. Berbasis di Kent Ridge, dengan fasilitas modern, lebih dari 200 klub, dan komunitas mahasiswa Indonesia yang solid.
Kisaran SGD 30.000 per tahun, bisa turun menjadi SGD 17.000–20.000 dengan Tuition Grant. Ada pula opsi beasiswa merit, bursary, dan study loan.
"Untuk dapat sekolah ini perkuat akademik sejak dini, tingkatkan kemampuan bahasa Inggris, aktif di riset/kompetisi, serta pilih jurusan sesuai rencana karier," sarannya.
Pesan Inspiratif
Perjalanan dari menjajakan susu kedelai di jalanan Jakarta hingga menimba ilmu di kampus elite Singapura membuat Dymasius percaya satu hal: harapan selalu ada.
“Jangan menukar yang benar-benar penting dengan yang hanya tampak penting,” pesannya.
Kini, melalui kisah hidupnya, ia berharap semakin banyak anak muda Indonesia berani bermimpi besar dan melihat pendidikan sebagai pintu perubahan.
Untuk panduan lengkap seputar studi luar negeri, Dymasius dapat dijumpai lewat www.getkampus.com, kanal YouTube GetKampus, atau tulisan pribadinya di www.dymasius.com. (*)
Pewarta | : Imadudin Muhammad |
Editor | : Imadudin Muhammad |