https://malang.times.co.id/
Berita

Film 'Beyond the Hormones' Karya Dosen UM, Mengupas Perilaku Seksual Berisiko Remaja

Sabtu, 09 November 2024 - 13:17
Film 'Beyond the Hormones' Karya Dosen UM, Mengupas Perilaku Seksual Berisiko Remaja Salah satu adegan hubungan sepasang remaja di Film Beyond The Hormon. Film pendek karya dosen Universitas Negeri Malang ini mengungkap permasalahan remaja khususnya perilaku seksual beresiko. (foto: Film Beyond The Hormon)

TIMES MALANG, MALANG – Jagad maya ramai dengan kasus-kasus perilaku seksual berisiko di kalangan remaja. Mulai dari video pasangan mesum di tempat umum hingga remaja yang menggunakan video asusila untuk mendapatkan restu orang tua kekasihnya. Fenomena ini tidak hanya mengundang perhatian para orang tua, tetapi juga kalangan akademisi.

Menanggapi hal ini, tim dosen Universitas Negeri Malang (UM) merilis film edukasi Beyond the Hormones. Film pendek berdurasi 15 menit ini mengusung pendekatan realistis untuk membahas perilaku seksual remaja yang rentan tergoda oleh dorongan alamiah mereka.

Film yang seratus persen digarap oleh dosen dan mahasiswa UM ini menyajikan informasi yang bisa meningkatkan pemahaman siswa dan orang tua tentang pendidikan seksualitas. Tidak hanya itu, film yang disutradarai bersama oleh Dosen Ilmu Komunikasi UM, Rani Prita Prabawangi, S.Hub.Int., M.Si., dan Megasari Noer Fatanti, S.I.Kom., M.I.Kom., ini juga relevan di tengah mudahnya akses informasi seksual bagi remaja.

Perubahan Hormon dan Perkembangan Otak Remaja

Film-Beyond-the-Hormones-2.jpgDukungan dari para pendidik untuk film edukasi Beyond the Hormones karya dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang.

Menurut Harvard Health, gejolak remaja dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pencarian identitas, dorongan seksual baru, dan keberanian mengambil risiko.

Namun, perkembangan otak yang tidak merata juga memengaruhi penilaian mereka. Meski kemampuan berpikir abstrak dan perencanaan berkembang pada usia 15-16 tahun, remaja sering kesulitan menahan impuls dan mempertimbangkan konsekuensi tindakan.

Dalam kehidupan nyata, remaja merasa lebih sulit untuk menghentikan tindakan, berpikir sebelum bertindak, dan memilih antara alternatif yang lebih aman dan berisiko. Penilaian mereka dapat diliputi oleh keinginan untuk mendapatkan pengalaman baru, pencarian sensasi, dan dorongan seksual dan agresif.

Otak remaja juga mengalami lonjakan hormon stres, hormon seks, dan hormon pertumbuhan. Produksi testosteron pada remaja laki-laki meningkat hingga 10 kali lipat, sementara hormon-hormon lain memengaruhi sistem limbik yang mengatur emosi dan dorongan seksual. Produksi testosteron meningkat 10 kali lipat pada anak laki-laki, sementara hormon seks mempengaruhi sistem limbik dan inti raphe, mengatur gairah dan suasana hati.

Pola hormonal ini memengaruhi pola tidur mereka, membuat remaja cenderung begadang dan sulit bangun pagi.

Peran Komunikasi Orang Tua

Film-Beyond-the-Hormones-3.jpgGuru menyaksikan film edukasi Beyond the Hormones karya dosen Ilmu Komunikasi Universitas Negeri Malang. 

Psikolog Farah Farida Tantiani, atau Kak Farah, menekankan pentingnya komunikasi yang tenang antara orang tua dan anak. Orang tua harus bisa bersikap tenang dan tidak panik saat anaknya sudah mulai memiliki keingin tahuan tentang seksualitas. Kak Farah juga mengingatkan perlunya pendampingan orang tua saat anak berbuat kesalahan khususnya untuk membantu anak agar mampu belajar dari kesalahan yang dia perbuat.

Menurut Psikolog, Pravissi Shanti, S.Psi, M.Psi, dalam film edukasi Beyond The Hormones, remaja kerap merasa teman adalah aspek yang signifikan dalam kehidupannya. Sehingga apa yang disampaikan oleh teman seringkali lebih diperhatikan ketimbang arahan orang tua.

Senada dengan hal ini, Rani Prita Prabawangi, juga menyebutkan bahwa remaja pada dasanya dalah makhluk logis yang dapat menakar resiko sebuah aksi namun mereka juga berada dalam tahap perkembangan di mana penerimaan sosial adalah mata uang yang utama. Inilah mengapa penting bagi orang tua untuk juga memperhatikan lingkungan pertemanan anak.

Meski demikian, memperhatikan pertemanan anak tidak sama dengan membatasi ruang gerak mereka. Sebagai orang tua, kita tetap ingin anak memiliki pergaulan yang berkualitas.

Menurut studi yang digawangi oleh Profesor Psikologi dari Universitas Virgina, Joseph Allen, kualitas hubungan dengan sesama remaja merupakan prediktor kesuksesan karier dan relasi di usia dewasa. Faktor pertemanan ini bahkan lebih berpengaruh ketimbang kualitas hubungan remaja dengan orang tua.                                                                                                          

Dukungan dari Pendidik

Tasiyem, guru SMP Islam Manbaul Ulum, menyatakan bahwa film Beyond the Hormones sangat bermanfaat untuk meningkatkan pemahaman siswa dan orang tua tentang pendidikan seksualitas. "Dengan adanya video ini, kita dapat memberikan pemahaman yang lebih komprehensif kepada siswa dan orang tua tentang pentingnya pendidikan seksualitas," ungkapnya.

Hal serupa diungkapkan Linda Ratna, guru SMK 12 Surabaya, yang menyebut video yang bisa dilihat di YouTube (https://www.youtube.com/watch?v=P7N07cn2auk&t=119s) ini relevan di tengah mudahnya akses informasi seksual bagi remaja.

"Video ini sangat relevan dengan kondisi saat ini, di mana informasi tentang seksualitas sangat mudah diakses oleh remaja. Oleh karena itu, peran orang tua dan sekolah sangat penting untuk memberikan panduan yang benar," tegasnya

Film Beyond the Hormones menyampaikan pesan penting: komunikasi yang baik dan pengawasan tepat adalah kunci melindungi remaja dari perilaku seksual berisiko. Melalui film ini, orang tua dan pendidik diharapkan lebih proaktif dalam memberikan edukasi seksualitas yang sehat. (*)

Pewarta: Tyas Siti Halizza

Pewarta :
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.