https://malang.times.co.id/
Berita

Meski Banjir Pesanan, Perajin Peti Mati di Malang Bersedih dengan Banyaknya Kematian

Sabtu, 17 Juli 2021 - 15:14
Meski Banjir Pesanan, Perajin Peti Mati di Malang Bersedih dengan Banyaknya Kematian Pemilik tempat pembuatan peti, Eka Budi (65) yang berfoto disekitar peti yang telah ia buat dan siap kirim. (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Meningkatnya kasus kematian akibat Covid-19 di Malang memang membawa berkah tersendiri bagi perajin peti mati. Mereka harus bekerja ekstra untuk memenuhi pesanan yang tak kunjung berhenti. Namun kesedihan tetap menggayut setiap satu peti mati selesai dibuat. Bagi mereka, kematian adalah sebuah tragedi dan berharap peti mati yang mereka buat tidak pernah digunakan.

Sabtu (17/7/2021) siang, beberapa pekerja sibuk mengukur kayu dan memotong seusai ukuran standar peti mati di tempat pembuatan peti mati Eka Budi di Jalan Kemantren 1 No 33, Kota Malang, Jawa Timur.  Mereka saat ini harus bekerja selama 24 jam non stop akibat permintaan peti terus mengalir tiada henti.

Pemilik tempat pembuatan peti, Antonius Budiwantoro (65) mengatakan, selama satu bulan kebelakang ini memang permintaan mulai dari berbagai rumah sakit rujukan Covid-19 hingga puskesmas terus mengalami peningkatan.

"Tapi terus terang saya kasihan," ucap Budi kepada TIMES Indonesia.

Perajin-Peti-Mati-2.jpgPara pegawai pembuat peti di Eka Budi saat melakukan proses peletakan sebelum dilakukan pengecatan. (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

Jika sebelumnya Eka Budi hanya mempekerjakan 5 orang saja, saat ini ada sekitar 15 orang yang dibagi dua shift selama 24 jam non stop untuk memenuhi permintaan peti.

"Mulai dari RS Umum, RKZ, RST sampai TPU (Tempat Pemakaman Umum) itu kita yang sumplai petinya setiap hari. Belum lagi sekarang juga ada permintaan dari puskesmas juga. Kan yang meninggal (Covid-19) gak cuma di RS saja tapi juga ada dirumah juga," ujar Budi.

Budi mengaku, yang sebelumnya per hari hanya menerima pesanan 10 hingga paling banyak 15 peti. Saat ini bisa mencapai lebih dari 50 peti per hari. Ini seiring jumlah kematian akibat Covid-19 di Malang yang terus meningkat.

"Otomatis saya harus menyediakan peti. Rata-rata keluar per hari lebih dari 50 peti. Itupun kita sekarang gak pernah stock peti. Jadi selesai bikin langsung diantarkan, tanpa sisa," ungkapnya.

Perajin-Peti-Mati-3.jpgPara pekerja Eka Budi Peti, saat melakukan pemasangan kain dan pengecatan sebelum diantarkan kepada pemesan. (Foto: Adhitya Hendra/TIMES Indonesia)

Di tempat pembuatan peti milik Budi tersebut, ternyata tidak hanya warga Malang saja yang melakukan pemesanan. Budi mengatakan, pemesanan hingga wilayah Pandaan, Kabupaten Pasuruan dan juga Blitar. Akan tetapi, Budi membatasi pesanan karena kewalahan juga.

"Di Pandaan itu ada pengepul peti yang menyuplai ke RS di sana. Kita kirim ke pengepulnya, gak langsung kirim ke RSnya," katanya.

Budi mengaku meski banjir pesanan, dirinya tidak merasa bahagia maupun senang. Budi yang menggeluti usaha peti mati sekitar 40 tahuhan merasa sedih dan prihatin. Baginya,  kematian adalah tragedi. Apalagi ini disebabkan oleh wabah yang belum ada obatnya, dan menyebabkan keterpurukan di mana mana.

"Terus terang saya kasian kalau sampai ada jenazah yang terlambat masuk peti mati gitu. Jadi bagaimana caranya kita harus bisa bantu kebutuhan mereka. Saya pribadi sebenarnya dengan adanya wabah ini dan banyak yang meninggal terkena virus (Covid-19) merasa kasihan sama keluarga yang ditinggalkan. Apalagi pemakaman yang mengharuskan prokes. Jadi keluarga yang ditinggalkan juga tidak bisa mendampingi secara langsung," ucapnya. (*)

Pewarta : Rizky Kurniawan Pratama
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.