TIMES MALANG, MALANG – Ratusan mubaligh dari masing-masing urusan MWCNU se-Kota Malang mengikuti Workshop dan Sertifikasi Mubaligh yang digelar oleh Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama atau LDNU Kota Malang di Auditorium Masjid Sabilillah Malang, Minggu (27/11/2022).
Pada penceramah agama ini berkumpul dalam satu forum untuk menyatukan persepsi tentang dakwah yang sesuai dengan ahlussunah waljamaah an-najdliyah.
Ketua LDNU Kota Malang, Gus Fathmir Reza, M.Pd mengatakan bahwa kegiatan ini terlaksana atas dukungan PCNU Kota Malang dan kerjasama dengan LAZIZ Sabilillah Malang.
Ia menyampaikan bahwa kegiatan ini dinilai penting untuk dilakukan karena maraknya dai-dai yang secara kompetensi tidak layak dan cenderung memprovokasi masyarakat, bahkan cenderung mudah menuduh seseorang kafir.
“Kegiatan ini diadakan untuk melakukan konsolidasi mubaligh di lingkungan NU dan sekaligus penyamaan persepsi tentang berdakwah yang sesuai aswaja an-nahdliyah,” ujarnya.
LDNU Kota Malang menghadirkan beberapa narasumber. Diantaranya, Prof. Dr. H. M. Mas’ud Said, MM., Ph.D, Dr. KH. Abdullah Syamsul Arifin, M.HI, Gus Ahmad Hakim Jaily, M.Si, dan Kol. Purn. H. Moch. Rifai. Mereka membahas tema Meneladani Dakwah Wali Songo di Era Digital.
Ketua PCNU Kota Malang, Dr. KH. Isroqunnajah MAg menyampaikan bahwa workshop dan sertifikasi kali ini penting dilakukan dan bisa menjadi ajang konsolidasi bagi mubaligh di lingkungan Nahdlatul Ulama khususnya di kota Malang.
Menurutnya, Nahdlatul Ulama menjadi gudang mubaligh yang berkompeten. Keberadaannya harus mampu menguatkan syiar Islam berhaluan aswaja an-nahdliyah di tengah masyarakat.
“Sudah saatnya, mubaligh NU semakin menancapkan tajinya di tengah masyarakat. Kemampuan mubaligh kita sudah tidak diragukan,” ujarnya.
Lebih jauh, Gus Is mengingatkan bahwa diantara ciri mubaligh NU adalah memiliki transformasi keilmuan dan personaliti keilmuan yang jelas. Maksud transformasi keilmuan di sini adalah bahwa keilmuan di NU memiliki sanad yang tidak bisa diragukan.
Sementara personaliti keilmuan dapat diartikan bahwa seorang mubaligh harus memiliki pengetahuan agama yang mendalam.
“Seorang mubaligh harus memiliki sanad ilmu dan pemahaman keagamaan yang jelas. Keduanya mutlak harus dimiliki,” kata Gus Is. (*)
Pewarta | : Mohammad Naufal Ardiansyah |
Editor | : Irfan Anshori |