TIMES MALANG, MALANG – Denyut kreativitas Kampung Wisata Keramik Dinoyo kembali terasa melalui gelaran Festival Keramik Dinoyo 2025 yang berlangsung di Gedung Eks UPT Pabrik Keramik Jawa Timur. Kegiatan ini menjadi hasil kolaborasi antara Sentra Industri Keramik Dinoyo dan Dinas Koperasi, Perindustrian, dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang dalam upaya menguatkan kembali identitas Dinoyo sebagai sentra kerajinan keramik.
Festival yang digelar pekan lalu tersebut dirancang sebagai sarana literasi publik untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya keberadaan industri kerajinan keramik sebagai penggerak ekonomi lokal. Melalui kegiatan ini, Dinoyo kembali ditegaskan sebagai salah satu ikon kreatif Kota Malang yang memiliki nilai sejarah dan potensi ekonomi berkelanjutan.
Beragam agenda dihadirkan selama festival berlangsung. Pengunjung dapat menyaksikan pameran keramik, mengikuti workshop produksi keramik, hingga memperoleh edukasi tentang proses kreatif pengolahan tanah liat khas Dinoyo. Kegiatan ini menyasar pelajar, mahasiswa, pegiat seni, serta masyarakat umum yang ingin mengenal lebih dekat dunia kerajinan keramik.
Selain itu, festival juga diramaikan dengan lomba mewarnai keramik, sarasehan, stan UMKM, serta bazar produk lokal. Sejumlah layanan publik turut dibuka, mulai dari layanan administrasi kependudukan, pembayaran pajak bumi dan bangunan, hingga pemeriksaan kesehatan gratis. Unsur budaya lokal turut ditampilkan melalui pertunjukan Tari Topeng Malang, pencak silat, dan bantengan yang memperkuat nuansa kearifan lokal Malang Raya.
Kepala Diskopindag Kota Malang, Eko Sri Yuliadi, menyebut Festival Keramik Dinoyo sebagai bentuk keseriusan pemerintah daerah dalam menghidupkan kembali kejayaan kerajinan keramik Dinoyo. Ia menjelaskan bahwa tradisi pembuatan gerabah di kawasan tersebut telah ada sejak masa kerajaan dan diwariskan turun-temurun oleh masyarakat setempat.
“Dalam perkembangannya, kerajinan gerabah kini berubah menjadi kerajinan keramik yang terbuat dari tanah putih. Hasil produksi itu pun kini mampu menembus pasar ekspor,” kata Eko.
Eko juga menuturkan, setelah Kota Malang tergabung dalam jaringan UNESCO Creative Cities Network sebagai kota kreatif bidang media arts, kepercayaan diri untuk mengembangkan sentra industri kreatif semakin menguat.
“Kami memfasilitasi penyelenggaraan Festival Keramik Dinoyo untuk menghidupkan kembali ikon kreatif Kota Malang,” ujarnya.
Dalam sesi sarasehan, akademisi Universitas Negeri Malang, Agus Sunandar, menekankan peran penting event dan festival dalam mengangkat kembali vitalitas sentra keramik Dinoyo di mata publik. Agus yang juga dikenal sebagai pendiri Malang Flower Carnival dan Malang Fashion Week, menggagas pembentukan kawasan kreatif bertajuk N-Blok di area eks pabrik keramik. Konsep tersebut, menurutnya, dapat mengadopsi model pengembangan kawasan kreatif seperti Colomadu Solo, M-Bloc Jakarta, maupun S-Bloc Surabaya.
Agus Sunandar, yang akrab disapa Sam Sugar, menilai industri keramik Dinoyo saat ini terus berkembang melalui penguatan sumber daya manusia, inovasi desain, serta pemanfaatan teknologi tanpa meninggalkan karakter lokal. Ia menambahkan, revitalisasi galeri, workshop, dan fasilitas wisata juga berkontribusi menjadikan Dinoyo semakin menarik sebagai kampung kerajinan sekaligus memperluas jejaring pemasaran.
“Dengan sinergi antara perajin, pemerintah, dan komunitas kreatif, Dinoyo bisa tampil sebagai etalase budaya dan destinasi wisata yang membanggakan,” ujar Sam Sugar.
Pandangan serupa disampaikan Ketua Forum Komunikasi Pokdarwis Kampung Tematik Kota Malang, Ki Demang. Ia menilai strategi pemberdayaan sentra keramik Dinoyo tidak hanya berdampak pada peningkatan kualitas produk, tetapi juga menghidupkan kembali roda ekonomi kreatif di kawasan kampung tematik. Melalui pelatihan, inovasi desain, digitalisasi, dan penguatan wisata edukasi, Dinoyo diarahkan menjadi ikon kerajinan yang semakin berdaya saing.
Menurutnya, revitalisasi gedung eks pabrik keramik bahkan berpeluang ditetapkan sebagai cagar budaya. Dengan kolaborasi berbagai pihak, pelestarian keramik Dinoyo sebagai ikon budaya diyakini dapat terus berlanjut dan naik kelas.
“Harapannya, perajin semakin kuat, wisatawan semakin banyak, dan Kampung Keramik Dinoyo benar-benar menjadi pusat kreativitas yang tumbuh berkelanjutan,” tuturnya. (*)
| Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
| Editor | : Ferry Agusta Satrio |