https://malang.times.co.id/
Ekonomi

Beras Fortifikasi Tidak Harus Beras Premium

Rabu, 05 November 2025 - 15:06
Beras Fortifikasi Tidak Harus Beras Premium Manajer Program Negara, IGNITE Indonesia dari TechnoServe, Evelyn Djuwidja. (FOTO: Widodo Irianto/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Beras fortifikasi tidak selalu harus beras standar premium. "Medium juga bisa. Tergantung mau masuk kemana, apakah ke ritel market atau bantuan pangan," kata Manajer Program Negara, IGNITE Indonesia dari TechnoServe, Evelyn Djuwidja kepada media disela acara sosialisasi dan bimtek beras fortifikasi di hotel 101 Kota Malang, Rabu (5/11/2025) siang tadi.

Evelyn Djuwidja tadi siang memaparkan soal food safety, quality control dan peran Miller for Nutrition dalam produksi beras fortifikasi.

Evelyn mengatakan bahwa TechnoServe memberikan bantuan tehnis, bantuan uji lab dalam program kolaborasi dengan Perpadi ini. "Agar apa yang mereka fortifikasi atau uji itu sesuai dengan standar nasional, kualitasnya bagus dan sebagainya," katanya.

Saat ini Badan Pangan tidak menetapkan beras yang bagaimana yang bisa difortifikasi. Karena itu, menurut Evelyn, standar berasnya bisa yang medium maupun premium.

"Tergantung cocoknya mau kemana. Masuk ke ritel market-kah atau mau masuk masuk ke bantuan pangan," tegas di.

Kalau masuk ke ritel market, lanjut Evelyn, tentunya banyak. "Tergantung masing-masing produsennya. Mau fortifikasi beras pandanwangi atau yang lainnya ya terserah. Tentu modalnya akan lebih tinggi," kata Evelyn.

Tetapi yang jelas kalau yang biasa yang banyak dipakai diluar negeri itu adalah beras medium yang harganya tidak terlalu jauh dengan beras biasa.

Ia mencontohkan di India atau Bangladesh, untuk beras bantuan pangan saja rata-rata sudah menggunakan beras medium berfortifikasi.

Menurut Evelyn sesuai standar Badan Pangan Nasional, ada lima vitamin dan mineral yang harus ditambahkan dalam fortifikasi itu. Yakni zat besi, asam folat, zink, vit B1 dan Vitamin B9.

Tetapi kalau standar Internasional WFP atau Badan Pangan Dunia ada tujuh sampai delapan tambahan zat gizi mikro vitamin dan mineral.

Namun masing-masing negara itu berbeda. Masing masing harus mengevaluasi, kira-kira kekurangan gizinya yang paling prevalent itu apa. "Kalau Indonesia memang anemia. Karena itu banyak yang menggunakan zat besi," tegas Evelyn.

Evelyn mengatakan, beras adalah "kendaraan" yang baik untuk memberikan pengayaan zat gizi.

Ketika ditanya seberapa besar untuk merubah harga untuk beras fortifikasi, menurut Evelyn sebenarnya kalau berbicara menambahi vitamin dan mineral tidak merubah harga.

"Sebenarnya kalau cuma nambahi lima vitamin dan mineral itu nilainya hanya Rp 700/kg, atau bahkan bisa lebih rendah," kata dia.

Tetapi ketika membuat beras fortifikasi juga ada hal-hal lain yang bisa mempengaruhi harga. Misalnya bagaimana kemasannya, lalu diperuntukkan market yang mana, efisiensi operasional distribusinya bagaimana,  dan sebagainya.

Di Indonesia sendiri beras fortifikasi masih belum populer. Tetapi diakui Evelyn permintaan ada, terutama dari mereka yang sadar akan kesehatan . "Sayangnya orang-orang yang sadar akan kesehatan itu rata-rata dari kalangan menengah ke atas dan domilisinya di kota-kota besar," ujarnya.

Makanya, lanjut Evelyn, yang tampak sekarang ini merk-merk beras fortifikasi harganya mahal.
"Karena yang memproduksi masih sedikit," kata Evelyn.

"Nah melalui sosialisasi dan bimtek kali ini adalah untuk menumbuhkan industri kesadaran. Supaya ke depan banyak yang memproduksi sehingga semakin kompetitif harganya," tandas Evelyn lagi.

Interest Pemerintah sendiri untuk produksi beras fortifikasi itu, diakui Evelyn sebenarnya juga sudah banyak. Ia mencontohkan beberapa minggu lalu, ada  evaluasi, bahwa kalau bisa MBG itu menggunakan beras fortifikasi.

"Setahu saya Badan Pangan Nasional juga sedang  mencari cara bagaimana supaya beras yang didistribusikan itu beras fortifikasi," tegasnya.

Menurut Evelyn, Gubernur Jawa Timur, Kofifah Indarparawansa, beberapa waktu lalu sudah menyatakan siap menginves untuk beras fortifikasi itu untuk bantuan pangan.

Hanya yang perlu dilakukan adalah bagaimana agar suplainya cukup, harganya bisa ditekan agar bisa mencapai masyarakat yang membutuhkannya.

Untuk membuat beras fortifikasi ada dua step, yaitu:

Pertama, membuat kernel yaitu membuat tepung beras dari menir kemudian dicampur dengan vitamin dan mineral.

Kedua diblending dengan beras biasa.

Sederhananya, dari satu persen kernel kemudian dicampur dengan 99 persen beras biasa.

Memang untuk membuat kernelnya itu memang agak susah karena proses mencampurkan dengan vitamin dan mineral itu. 

Namun yang jelas menurut Evelyn Djuwidja, pihak TechnoServe dalam kolaborasi ini ingin agar produsen-produsen beras mau membuat beras fortifikasi dan aman dibantu secara tehnis, uji lab agar produksi beras fortifikasi itu sesuai standar nasional, kualitasnya bagus dan sebagainya. (*)

Pewarta : Widodo Irianto
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.