https://malang.times.co.id/
Opini

Pragmatisme Pendidikan

Sabtu, 14 Juni 2025 - 15:35
Pragmatisme Pendidikan Edi Sutomo, Staf Pengajar MAN 2 Kota Malang.

TIMES MALANG, MALANG – Perubahan yang sedemikian pesat dan terkesan uncontrolled berakibat pada berbagai perubahan dalam varian lini kehidupan berimbas juga dalam ranah pendidikan. Dalam dunia pendidikan saat ini setidaknya terdapat perubahan yang cukup ekstrem mengenai cara pandang masyarakat terhadap pendidikan. 

Saat ini banyak anggapan kuat di masyarakat kita bahwa pendidikan lebih diidentikan dengan persiapan mencari kerja. Tidak sedikit orang tua menyekolahkan anaknya pada suatu lembaga pendidikan agar kelak mendapatkan pekerjaan yang “layak” sesuai dengan “investasi” yang ditanam orang tua. 

Dalam terminologi masyarakat Jawa pendidikan dianggap sebagai panggulawentah (pengolahan), yakni mengolah manusia untuk meningkatkan kepribadiannya melalui dua dimensi yaitu rohani (cipta, rasa, karsa, pikir, nurani) serta jasmani (panca indera dan berbagai ketrampilan yang dibutuhkan dalam hidup). 

Namun yang terjadi saat ini adalah suatu proses pereduksi-an makna pendidikan yang didominasi kepada pengembangan ketrampilan dan kemampuan pikir. 

Disisi lain pragmatisme tetap dibutuhkan sebagai salah satu cara untuk mengukur sesuatu tentang "apa manfaatnya?". Namun jika kepentingan-kepentingan diluar hakikat kependidikan telah menginduksi dan mendominasi inilah yang menjadi persoalan.  

Setidaknya ada dua yang bisa kita angkat dalam term pendidikan dewasa ini, yaitu ideologi pasar dan idologi pendidikan. Ideologi pendidikan lebih diidentikkan mengedepankan sisi humanisme sedang ideologi pasar lebih mementingkan aspek pragmastis-materialistik, untung-rugi dan kalah-menang. 

Ketika ideologi pasar atau corporate value mendominasi dunia pendidikan maka pendidikan hanya akan mengedepankan pada penguasaan berbagai kecakapan dalam dunia kerja dengan cenderung menurunkan nilai-nilai humanisme.

Kembali kepada pokok persoalan dunia pendidikan saat ini adalah dominannya pragmatisme dalam dunia pendidikan. Setidaknya dari aspek kurikulum, proses pembelajaran, kebijakan dan outcome diarahkan pada nilai-nilai korporasi. 

Disini ada sebuah "pertarungan" kepentingan antara idealisme pendidikan (berbasis pada nilai-nilai pendidikan) dan pragmatisme korporasi (berbasis pada nilai-nilai korporasi). 

Jika pragmatisme pendidikan senantiasa dikembangkan, setidaknya terdapat tiga kemungkinan relasi idealisme dan pragmatisme pendidikan, yaitu:

Pertama, menjadikan nilai-nilai akademik sebagai basis institusi pendidikan. Nilai-nilai akademik yang penulis maksud adalah value yang terkandung dalam pendidikan yaitu sebagai sesuatu yang positif dan bermanfaat dalam kehidupan manusia dan harus dimiliki setiap manusia untuk dipandang dalam tatanan kehidupan masyarakat. 

Value disini dalam konteks etika (baik dan buruk), logika (benar dan salah), estetika (indah dan tidak indah). Galileo menegaskan bahwa sebenarnya kita tidak dapat mengajarkan apapun, kita hanya dapat membantu anak didik untuk menemukan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya. 

Setiap pribadi manusia memiliki “self-hidden potential excellece” (mutiara talenta yang tersembunyi di dalam diri), tugas pendidikan yang sejati adalah membantu peserta didik untuk menemukan dan mengembangkannya seoptimal mungkin.

Selain itu, perlu diingat kembali bahwa tujuan sejati dari pendidikan adalah pertumbuhan dan perkembangan diri peserta didik secara utuh sehingga mereka menjadi pribadi yang matang dan mapan, mampu mengelola berbagai fenomena dalam kehidupan sehari-hari. 

Agar tujuan ini dapat tercapai maka diperlukan sistem pembelajaran dan pendidikan yang humanis serta mengembangkan cara berpikir aktif-positif dan keterampilan yang memadai (income generating skills). 

Pendidikan dan pembelajaran yang bersifat aktif-positif dan berdasarkan pada minat dan kebutuhan siswa sangat penting untuk memperoleh kemajuan baik dalam bidang intelektual, emosi/perasaan, afeksi maupun keterampilan yang berguna untuk hidup praktis.

Kedua menjadikan nilai-nilai korporasi sebagai basis institusi pendidikan. Paradigma kedua ini merupakan anggapan kuat yang saat ini berkembang di masyarakat indonesia. Sekolah merupakan sebuah "kebun" yang nantinya bisa melahirkan anak-anak yang kelak mendapatkan pekerjaan yang memadai sesuai dengan investasi yang telah ditanamkan di sekolah. 

Hal ini sejalan dengan salah satu budaya yang berkembang dalam manajemen lembaga pendidikan, yaitu berkembangnya corporate value sebagai pondasi dalam menjalankan pola manajemen pendidikan. 

Tarik menarik kepentingan antara idealisme dan pragmatisme dalam dunia pendidikan memang selalu terjadi. Di satu sisi, pendidikan punya peran dalam membentuk kehidupan publik serta pembangunan karakter bangsa. 

Pendidikan merupakan media untuk menyiapkan dan melegitimasi bentuk-bentuk tertentu kehidupan sosial. Jika hal seperti ini yang dikedepankan, maka yang menjadi basis institusi pendidikan adalah nilai-nilai idealisme. Tetapi, pendidikan apa yang sebenarnya diinginkan oleh korporasi? 

Apakah dunia pendidikan akan terseret dan didikte oleh kepentingan pasar. Ideologi korporasi jelas berbeda dengan ideologi pendidikan. Ideologi korporasi lebih bertumpu pada nilai-nilai pragmatisme-materialistik dan menekankan konsumsi-komodifikasi. 

Oleh karena itu perlu pemikiran dan kebijakan yang matang untuk meletakan nilai mana yang akan dijadikan sebagai basis institusi pendidikan. Jika dikorelasikan dengan perkembangan sosial saat ini, apakah pendidikan akan mempengaruhi pasar atau sebaliknya pasar yang akan menentukan arah perkembangan pendidikan? 

Disinilah letak tantangan dan ujian dunia pendidikan, yakni antara melegitimasi atau melanggengkan struktur sosial yang ada atau pendidikan harus memposisikan diri sebagai instrumen yang kritis dalam melakukan perubahan sosial dan transformasi menuju kondisi sosial yang lebih humanis.

Apapun pola kebijakan yang akan diambil di masa mendatang untuk mengelola pranata pendidikan, perlu diingat kembali statemen dari N. Driyarkara bahwa pada hakikatnya tujuan pendidikan adalah memanusiakan manusia muda. 

Pendidikan hendaknya membantu anak didik untuk bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi-pribadi yang lebih bermanusiawi, berguna dan berpengaruh di dalam masyarakatnya, yang bertanggung jawab dan bersifat proaktif dan kooperatif. 

***

*) Oleh : Edi Sutomo, Staf Pengajar MAN 2 Kota Malang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

 

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.