https://malang.times.co.id/
Opini

65 Tahun PMII: Reorientasi dan Rebranding Kaderisasi Masa Depan

Sabtu, 19 April 2025 - 20:50
65 Tahun PMII: Reorientasi dan Rebranding Kaderisasi Masa Depan Bustanul Habibi, Kaderisasi PKC PMII Jawa Timur, Anggota Tim Kaderisasi Nasional PB PMII

TIMES MALANG, JAKARTA – Pada usia ke-65 tahun, Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) telah menapaki perjalanan panjang sebagai laboratorium kader umat dan bangsa. Namun di tengah perubahan sosial, politik, dan teknologi yang kian dinamis, pertanyaan yang relevan untuk diajukan adalah: Apakah pola kaderisasi PMII saat ini masih relevan dan dapat beradabtasi untuk menjawab tantangan zaman?

PMII sebagai organisasi mahasiswa berbasis nilai-nilai Islam Ahlussunnah wal Jama’ah (Aswaja) dan nasionalisme, saat ini tengah berada di persimpangan antara pelestarian tradisi dan tuntutan transformasi. Oleh karena itu, reorientasi dan rebranding kaderisasi menjadi langkah strategis yang tak terhindarkan.

Pilar Baru dalam Membangun Kader Masa Depan

Kaderisasi PMII tidak bisa lagi hanya bersifat seremonial atau formalistik. Ia harus bergerak menjadi proses transformatif yang mencetak kader berintegritas, berkapasitas, dan berkarakter. Tiga pilar yang menjadi orientasi baru Leadership Development, Capacity Building, dan Character Building adalah salah satu tawaran atas kebutuhan zaman.

Dalam Leadership Development, PMII tidak hanya mencetak organisator ulung, tetapi juga pemimpin profetik yang menjunjung tinggi nilai moral, spiritual, dan ideologis. PMII harus mampu menanamkan nalar kritis, visi global, dan orientasi sosial kemasyarakatan kepada kadernya, agar mampu menjadi pemimpin di medan pengabdian yang sesungguhnya yaitu di kampus, masyarakat, bahkan di kancah nasional hingga internasional.

Sementara itu, pilar Capacity Building menempatkan pentingnya daya saing dan adaptabisi kaderi. Literasi digital, keterampilan manajerial, hingga penguatan jejaring dan pengalaman profesional menjadi kebutuhan mutlak.

Tidak cukup hanya cakap dalam forum diskusi, kader PMII dituntut untuk mampu berdampak secara nyata, berbicara di ruang publik, serta menguasai keterampilan teknologi sebagai bekal menghadapi era disrupsi.

Adapun dalam Character Building, PMII menekankan bahwa intelektualitas tanpa akhlak hanyalah kesombongan intelektual. Pembentukan karakter yang disiplin, konsisten, dan loyal terhadap nilai-nilai Aswaja dan nasionalisme menjadi bagian integral dari proses kaderisasi. Karakter inilah yang akan menjadi pembeda antara kader PMII dan individu lain di tengah kompetisi global yang kian ketat.

Rebranding Kaderisasi: Menjawab Tantangan, Menyongsong Perubahan

Rebranding kaderisasi bukan semata-mata soal tampilan luar, tetapi juga menyentuh substansi pendekatan dan metodologi. Perlu ada revitalisasi kurikulum kaderisasi agar lebih aplikatif, kontekstual, dan terintegrasi dengan kebutuhan zaman. 

Kolaborasi dengan lembaga-lembaga profesi, dunia akademik, dan lembaga sertifikasi nasional menjadi bagian dari rebranding yang memungkinkan kader PMII tampil sebagai aktor profesional yang siap terjun ke medan kompetisi global.

Langkah-langkah seperti pelatihan soft skill bersertifikat, program magang, hingga studi banding ke lembaga profesional nasional maupun internasional harus menjadi standar baru kaderisasi non formal.

PMII juga harus mulai memanfaatkan media digital untuk menyampaikan gagasan dan membangun ekosistem intelektual di ranah daring. Di sinilah pentingnya integrasi antara warisan nilai dan inovasi teknologi.

Menatap Masa Depan PMII

Usia 65 tahun bukan hanya momen refleksi, tapi juga momentum transformasi. PMII tidak bisa puas hanya sebagai “organisasi kaderisasi”, tetapi harus menjadi “organisasi kader penggerak perubahan”. Reorientasi dan rebranding kaderisasi bukan sekadar kebutuhan internal, tetapi keniscayaan strategis agar PMII tetap relevan, progresif, dan visioner.

Lebih dari itu, distribusi kader ke ruang-ruang strategis baik di sektor pemerintahan, pendidikan, bisnis, media, maupun masyarakat sipil harus menjadi agenda nyata dalam strategi besar kaderisasi. 

Keberhasilan kaderisasi tidak diukur dari seberapa banyak pelatihan yang digelar, melainkan seberapa besar dampak kader PMII dalam memengaruhi kebijakan, berdampak pada masyarakat bawah, membentuk opini publik, hingga menciptakan inovasi sosial yang bermanfaat.

PMII harus memastikan bahwa kader-kader terbaiknya hadir dan berkontribusi di tempat-tempat yang menentukan arah masa depan bangsa.

Dengan menyatukan kekuatan nilai, keahlian, dan karakter, PMII diharapkan mampu terus melahirkan kader-kader yang bukan hanya siap memimpin, tetapi juga siap memberi dampak nyata bagi umat, bangsa, dan dunia. (*)

***

*) Oleh : Bustanul Habibi, Kaderisasi PKC PMII Jawa Timur, Anggota Tim Kaderisasi Nasional PB PMII.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim. 

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.