TIMES MALANG, MALANG – Rektor Universitas Brawijaya (UB) Prof. Widodo menyampaikan gagasannya untuk mengglobalkan budaya Nusantara.
Hal itu dia sampaikan dalam event Brawijayan Tosan Aji Internation Fest 2025, Sabtu (19/4/2025). Ia membayangkan keris dapat dikenal dunia dan menjadi ikon budaya Indonesia yang mendunia melalui industri hiburan internasional, seperti film Hollywood dan anime.
“Kami sampaikan bahwa kenapa kita ingin sekali berkolaborasi dengan Kementerian Kebudayaan menyelenggarakan kegiatan festival keris ini, karena kita berpikir bahwa bangsa yang besar, negara yang kuat, di manapun, dia memiliki diplomasi yang kuat,” ujar Prof. Widodo.
Ia mencontohkan kekuatan diplomasi budaya atau soft diplomation yang diterapkan oleh negara-negara besar, seperti Amerika Serikat.
“Kita bisa melihat Amerika Serikat, semua negara bahkan hampir semua orang tahu Amerika Serikat. Tentu Amerika Serikat memiliki Angkatan Perang yang kuat, tetapi Angkatan perang Amerika Serikat itu tidak bisa masuk ke rumah-rumah penduduk yang ada di dunia.”
Tetapi, lanjut Rektor, AS menggunakan diplomasi yang lain disebut dengan soft diplomation. Dia mengembangkan film, fashion, food. "Pada zaman seusia saya, siapa yang tidak tahu Rambo. Semua tahu. Karena dia menggunakan soft diplomation. Inilah kehebatan Amerika sehingga dia bisa membuat image dari global," imbuhnya.
Jepang disebutnya sebagai contoh sukses berikutnya dalam mengusung budaya lewat media hiburan. Yakni dengan menggunakan film kartun Dora Emon.
"Siapa yang tidak tahu Dora Emon. Semua tahu Dora Emon. Dia mengembangkan soft diplomation dengan animenya. Dia melakukan yang disebut dengan gold Japan yang mana dia mempromosikan di antaranya adalah budaya samurai. Di situ ada katana-nya.”
Ketika Jepang berhasil mengglobalkan Samurai dan Katana, dan tentu dengan soft diplomasinya dia bisa menggandeng film-film Hollywood. Di antaranya adalah semua kenal film The Last Samurai.
“Dan usaha-usaha Jepang ini kalau kita bisa lihat, saya dapat report, akhir tahun 2024 pendapatan Jepang di bidang Samurai dan juga Katana ini sampai 25 miliar dolar. Dan ini lebih banyak daripada nilai ekspor tekstil kita keluar negeri," kata dia.
Selain Jepang dan AS, negara lain juga turut memperkuat posisinya lewat diplomasi budaya. Seperti Korea dengan K-Popnya, kemudian China yang kemudian dengan Road and Belt Inisiative yang juga akan menguasai peradaban dunia.
Menurut Prof. Widodo, Indonesia juga memiliki kekayaan budaya luar biasa yang bisa didorong ke level global. “Kita berpikir Indonesia apa? Dan alhamdulillah Indonesia punya keris, punya wayang, punya batik. Batik sudah selangkah lebih baik. Hampir semua negara-negara besar, negara dunia sudah kenal batik. Batik sebagai formal uniform," tuturnya.
Dia menyebut bahwa NKRI punya banyak sekali warisan-warisan budaya yang sudah diakui oleh UNESCO. Di antaranya adalah keris dan wayang. Ia pun menyampaikan imajinasinya tentang bagaimana keris bisa hadir dalam skena hiburan global.
“Kita berandai-andai, kita bisa membayangkan seandainya keris itu bisa masuk level dunia dalam entertain-entertain yang dikembangkan Hollywood. Bagaimana tokoh-tokoh di film Startrek misalnya tidak menggunakan katana, tapi menggunakan keris," lanjut Prof Widodo.
“Bagaimana anime-anime, game-game dengan berlatar belakang cerita budaya Nusantara, dengan kerisnya. Ini adalah PR budaya kita. Yang mau tidak mau, kalau kita sama-sama insyaallah dengan dukungan Pak Menteri Kebudayaan," ucap Rektor.
Menurutnya, era Presiden Prabowo ini adalah yang sangat bagus untuk kebangkitan budaya, dan masuk ke soft diplomation budaya Indonesia. "Dan kita berharap betul Universitas Brawijaya didukung oleh para pegiat budaya, kita siap untuk terus melakukan riset dan upaya untuk mengglobalkan budaya Nusantara kita," pungkasnya.
Sebagai informasi, Brawijayan Tosan Aji Fest 2025 merupakan festival budaya hasil kolaborasi Universitas Brawijaya, Kementerian Kebudayaan, Pemkot Malang, serta sejumlah komunitas budaya dan pegiat keris.
Acara ini menampilkan ratusan koleksi keris dari berbagai daerah, pertunjukan seni, hingga diskusi kebudayaan yang melibatkan ribuan pengunjung dari berbagai kalangan. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Faizal R Arief |