https://malang.times.co.id/
Opini

Meningkatkan Spiritualitas Ramadan dengan Al-Quran

Rabu, 05 Maret 2025 - 12:58
Meningkatkan Spiritualitas Ramadan dengan Al-Quran Ari Yunaldi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Pontianak.

TIMES MALANG, PONTIANAK – Bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, di mana setiap Muslim memiliki kesempatan emas untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui berbagai bentuk ibadah. Salah satu ibadah yang sangat ditekankan dalam bulan ini adalah membaca dan merenungkan isi Al-Quran.

Sebagaimana disebutkan dalam QS. Al-Baqarah: 185, bulan Ramadan adalah bulan diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuk bagi manusia. Oleh karena itu, sudah sepatutnya umat Islam memanfaatkan bulan ini dengan memperbanyak interaksi dengan kitab suci tersebut.

Praktiknya, di masyarakat terutama umat Islam yang meningkatkan intensitas membaca Al-Quran selama Ramadan, ada beberapa umat Islam bahkan memiliki target untuk mengkhatamkan Al-Quran dalam sebulan.

Namun, membaca saja tidak cukup; lebih dari itu, yang terpenting adalah memahami makna dan menerapkan ajaran-ajaran yang terkandung di dalamnya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hayati (2024) dalam jurnal Al-Hikmah Studi Keislaman dan Pendidikan yang menunjukkan bahwa pemahaman mendalam terhadap Al-Quran dapat meningkatkan kesadaran spiritual dan moral seseorang, terutama dalam konteks ibadah di bulan Ramadan.

Sebagaimana di dalam satu ayat yang sering dikaji dalam konteks Ramadhan adalah QS. Al-Baqarah: 183, yang menjelaskan tentang kewajiban berpuasa bagi orang-orang beriman. Puasa tidak hanya sekadar menahan lapar dan dahaga, tetapi juga merupakan sarana untuk meningkatkan ketakwaan.

Dengan menahan diri dari hal-hal yang dihalalkan pada waktu-waktu tertentu, seseorang diajak untuk lebih disiplin dan meningkatkan kesadarannya terhadap aturan-aturan Allah.

Berbagai macam tafsir, para ulama untuk menjelaskan bahwa puasa memiliki dimensi spiritual yang sangat kuat. salah satunya Imam Al-Baghawi, menyebutkan bahwa puasa membantu manusia mengendalikan hawa nafsu dan menjauhi perbuatan yang bisa merusak nilai ibadah. Dengan demikian, puasa bukan sekadar rutinitas tahunan, melainkan latihan spiritual untuk menjadi pribadi yang lebih bertakwa.

Namun, dalam kehidupan modern saat ini, ada tantangan besar yang dihadapi oleh umat Islam dalam memaksimalkan ibadah di bulan Ramadan. Kesibukan duniawi sering kali membuat kita lalai dalam merenungkan makna ibadah yang dijalankan.

Tidak jarang, Ramadan hanya dijadikan sebagai bulan seremonial tanpa ada peningkatan signifikan dalam spiritualitas seseorang. Oleh karena itu, penting bagi setiap Muslim untuk tidak hanya fokus pada aspek ritual, tetapi juga memperdalam pemahaman dan refleksi terhadap esensi dari ibadah yang dijalankan.

Salah satu solusi agar umat Islam dapat lebih optimal dalam beribadah saat bekerja adalah dengan mengatur jadwal dengan lebih disiplin, memanfaatkan waktu istirahat untuk ibadah, serta menciptakan lingkungan kerja yang mendukung praktik keagamaan.

Penelitian oleh Dimas Wibisono (2024) dalam artikelnya berjudul Menjaga Keseimbangan Bekerja dan Beribadah di Bulan Ramadan: Tinjauan dari Teori Maslow, menunjukkan bahwa fleksibilitas waktu dan dukungan dari tempat kerja dapat meningkatkan konsistensi ibadah selama bulan Ramadan.

Ramadan adalah bulan transformasi. Seharusnya, setelah melewati bulan suci ini, setiap Muslim mengalami perubahan positif dalam perilaku dan kebiasaannya.

Al-Quran dan puasa adalah dua instrumen utama dalam perubahan ini. Dengan memahami keduanya secara mendalam, kita dapat menjadikan Ramadan sebagai titik awal perbaikan diri yang berkelanjutan.

Sebagaimana dijelaskan dalam oleh Muhsinin (2013) dalam "Edukasia: Jurnal Penelitian Pendidikan Islam", praktik puasa dan pemahaman Al-Quran yang mendalam berkontribusi pada pembentukan karakter individu yang lebih sabar, disiplin, dan bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.

Pada akhirnya, Ramadan bukan hanya sekadar bulan menahan lapar dan haus atau membaca Al-Quran tanpa pemahaman yang mendalam. Lebih dari itu, bulan ini harus menjadi momentum untuk merefleksikan diri, memperbaiki hubungan dengan Allah, serta meningkatkan kualitas hidup berdasarkan petunjuk-Nya.

Beberapa momentum yang dapat dijadikan refleksi antara lain momen berbuka puasa yang mengajarkan rasa syukur, shalat tarawih yang memperkuat kedisiplinan dalam ibadah, serta malam Lailatul Qadar yang menjadi ajang introspeksi dan permohonan ampunan kepada Allah.

Semoga kita semua bisa mengambil pelajaran dari bulan yang penuh berkah ini dan menjadi pribadi yang lebih baik setelahnya.

***

*) Oleh : Ari Yunaldi, Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) IAIN Pontianak.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.