https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

Peran Pelajar NU dalam Literasi Digital

Sabtu, 11 Januari 2025 - 11:13
Peran Pelajar NU dalam Literasi Digital Muhammad Mufti Hikam, Wakil Ketua IV Dakwah PC IPNU Jember.

TIMES MALANG, JEMBER – Kematangan nalar seorang pelajar dalam mengemban ilmu pendidikan, tak lepas dari seberapa banyak literatur yang mereka baca. Pelbagai bahan bacaan yang dibaca turut menyumbang bagaimana mereka harus bersikap dan berperilaku terhadap orang di sekitarnya. Mencari bahan bacaan kini sudah mudah.

Di mana era digital 5.0 sekarang membuat pelajar semakin akrab dengan ponsel cerdasnya masing-masing. Melalui kedekatan tersebut, pelajar seakan-akan jadi memiliki ketergantungan pada teknologi digital. Sehingga permasalahan yang terus berulang masih tetap sama, terletak pada pemanfaatan akses digital secara bijak untuk meningkatkan minat baca pada diri masing-masing pelajar.

Jika sedikit mengulas kembali ke tahun 2021, berdasarkan data yang dirilis oleh Katadata Insight Center (KIC) dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo), terkait indeks literasi digital antar generasi. 

Secara spesifik, Gen Z yang mayoritas jenjang pendidikannya seumuran pelajar (SD/SMP/SMA), memiliki skor 60 persen merupakan kelompok responden dengan tingkat literasi lebih tinggi daripada generasi lainnya.

Meskipun Gen Z lebih menguasai, tetapi secara keseluruhan yang terjadi di masyarakat, dari tahun ke tahunnya memang mengalami peningkatan. Sebagaimana hasil data Kominfo terkait Indeks Masyarakat Digital Indonesia (IMDI). Dari laporan tersebut menunjukkan, bahwa di tahun 2024 telah mencapai skor 43,34 yang mana naik lebih tinggi, dibandingkan dengan tahun 2023 masih di skor 43,18.

Hanya saja skor yang demikian, tidak menjamin pengguna akses digital sudah menggunakannya secara bijak, bisa memilah dan mimilih informasi yang layak mereka baca. Dalam artian, dengan naiknya skor 0,16 dari tahun sebelumnya, masih belum mencerminkan kenaikan yang signifikan. 

Kebutaan terhadap Literasi Digital

Kemampuan dalam memahami literasi digital bukan sekadar bisa membaca. Apalagi subjek pembacanya seorang pelajar yang keseharian tidak bisa lepas akses digital. Sebab, kebanyakan memang bisa membaca, tetapi tidak paham dengan apa yang mereka baca. 

Permasalahan tersebut sesuai dengan penelitian yang dirilis oleh Organization for Economic Cooperation and Development (OECD). Bahwa ada lebih dari 55% orang Indonesia masih mengalami functionally illiterate (buta huruf secara fungsional).

Keadaan yang demikian dipicu bebarengan dengan banjirnya informasi di era digital sekarang. Sehingga fokus pembaca menjadi pecah tentang pemahaman teks tulisan yang publikasikan, baik di media massa maupun media sosial. Belum selesai membaca satu bacaan, sudah pindah jendela aplikasi.

Oleh karena itu, jika tetap dibiarkan tanpa ada filter dari pribadi (pembaca), maka akan masuk ke dalam jurang mis-informasi, dis-informasi, dan mal-informasi. Dua simtom yang disebutkan terakhir, sering kali meracuni khalayak dunia maya dan melahirkan informasi hoax.

Tantangan Dunia Digital

Dengan hadirnya teknologi digital, seorang pelajar semakin ada sekat antara dunia maya dan realita yang jelas-jelas dijalani setiap hari. Seperti halnya ketika diajak interaksi dengan lawan bicara, malah seenak jidatnya sendiri main ponsel cerdas. Yang tak kalah menariknya ialah asik dengan game online yang turut membantu menurunkan moral pelajar.

Sebuah degradasi moral yang kerap muncul di sekitar masyarakat. Akhlak atau moral dari pelajar yang seharusnya sebagai pondasi bermasyarakat, justru semakin menjauhkannya dari dunia realita. Tentu fenomena tersebut telah menjadi tantangan tersendiri bagi pelajar saat memasuki dunia digital.

Pelajar NU sebagai Fasilitator Kesadaran Kolektif 

Dari banyaknya pelajar di Indonesia, pasti ada karakteristik yang berperan sebagai simbol identitas untuk upaya penyadaran kepada orang sekitarnya. Dengan disebut pelajar yang berumur antara 13 sampai dengan 24 tahun. Pelajar Nahdlatul Ulama (NU) memiliki peran untuk menjadi fasilitator dalam konsisten meningkatkan literasi digital dan bijak menggunakan smart phone.

Dengan begitu, pelajar NU bisa berpartisipasi untuk membangkitkan kesadaran kolektif dengan pelajar lain. Tujuan yang dicapai pun tidak muluk-muluk dan agar satu pemikiran.

Karena sebagaimana amanat KH. Tholhah Mansur, bahwa kehadiran pelajar NU; "membentuk manusia berilmu yang dekat dengan masyarakat, bukan manusia calon kasta elit dalam masyarakat." Sehingga sudah jelas, dalam hal ini peran pelajar NU sangat sentral terkait adanya literasi digital.

***

*) Oleh : Muhammad Mufti Hikam, Wakil Ketua IV Dakwah PC IPNU Jember.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.