TIMES MALANG, MALANG – Kasus penganiayaan yang menimpa anak selebgram asal Malang, Aghnia Punjabi oleh susternya mendapat sorotan dari banyak pihak. Banyak pihak yang mengutuk pelaku karena dianggap sangat keji melakukan penganiayaan terhadap bocah 3,5 tahun yang seharusnya dia asuh tersebut. Terlepas dari apapun alasan yang dia berikan, tentu tindakan tersebut tidak dibenarkan.
Dosen Psikologi dari Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang Ainindita Aghniacakti M.Psi memberikan tanggapanya terhadap kasus yang vital tersebut. Dia mengatakan, dalam rekaman CCTV pelaku nampak melakukan penganiayaan yang keji, dengan durasi yang cukup lama, atau sekitar 1 jam.
"Biasanya respon dari korban kekerasan itu berbeda-beda. Bergantung pada usia, bentuk kekerasan, dan durasi berapa lama mendapatkan kekerasan. Disini 1 jam lebih, dia harus survive untuk mempertahankan dirinya," ucapnya.
Wanita yang juga sebagai Psikolog Klinis itu melanjutkan, secara psikologis anak yang mengalami kekerasan akan diliputi oleh perasaan cemas, takut, dan akan cenderung pendiam. "Respons awalnya biasanya seperti itu," tuturnya.
Meski begitu, dia menyebut bahwa kecemasan yang dirasakan oleh korban kekerasan ini biasanya tidak semua ditampilkan. Terlebih korban masih di usia belia, dan belum mampu mengatur emosi.
"Kelihatahya masih gembira, masih bisa ngomong dan lain sebagainya. Kita tidak tahu bahwa terkadang seseorang anak, atau kita sendiri, kalau mengalami peristiwa yang tidak menyenangkan itu memang kita tidak berani mengakui semuanya. Terkadang secara otomatis tubuh kita menahan emosi ke alam bawah sadar kita," kata dia.
Kondisi ini tentu akan membawa beberapa efek pada korban. Seperti sulit tidur nyenyak, sering terbangun dari tidur dan merasa takut, serta rasa cemas lainya.
"Dari teori psikologi, seorang manusia itu memang punya kemampuan namanya mempertahankan diri. Kita punya berbagai cara untuk menjauhkan diri kita dari perasan tidak nyaman. Salah satu caranya yakni dengan menekan perasaan itu secara otomatis," jelasnya.
Hal itu terjadi, lanjut Indit, karena kita tidak siap untik merasakan emosi ini. Sehingga bentuk yang akan dirasakan akibat hal itu adalah seperti mimpi buruk, tiba-tiba menangis, dan lain sebagainya. "Jadi itu respon yang sangat wajar terjadi pada korban kekerasan, apalagi masih usia sangat kecil," kata dia.
Pihaknya yakin, kejaidan ini menjadi luka yang mendalam dan bisa memberikan dampak yang luar biasa, baik pada anak maupun orangtuanya. Dia berharap, anak korban penganiayaan itu bisa mendapatkan pendampingan yang tepat, sehingga kondisi psikologis korban bisa kembali normal. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dosen Psikologi UIN Malang Tanggapi Kasus Penganiayaan Anak Selebgram
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |