https://malang.times.co.id/
Pendidikan

Mengenal Bambang Sarasno, Seniman Disabilitas Alumni UB Yang Karyanya Telah Melanglang Buana

Rabu, 10 Juli 2024 - 20:17
Mengenal Bambang Sarasno, Seniman Disabilitas Alumni UB Yang Karyanya Telah Melanglang Buana Seniman disabilitas Alumni UB, Bambang Sarasno saat membuat seni batik. (FOTO: Istimewa)

TIMES MALANG, MALANG – Meski mempunyai keterbatasan, semangat Bambang Sarasno dalam berkarya di bidang seni patut diapresiasi. Dia yang telah mengalami disabilitas sejak usia lima tahun itu terus memberikan kontribusi signifikan di bidang seni, khususnya seni batik

Pria kelahiran Malang, 1957 merupakan lulusan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya tahun 1983. Dia pun sempat mengembangkan karir profesional di bidang hukum dan manajemen perusahaan. Namun, hasratnya terhadap seni rupa dan musik telah membawanya ke berbagai pencapaian dan inovasi yang menginspirasi banyak orang.

membuat-seni-batik.jpg

Sejak muda, Sarasno telah aktif dalam berbagai kegiatan organisasi, mulai dari skala lokal hingga internasional. Tak hanya sebagai anggota, Sarasno bahkan tercatat sebagai pendiri beberapa organisasi seni. Seperti Pendiri Sanggar Seni Rupa Arti (1975), Pendiri Lembaga Kesenian Indrokilo (1982-1986), Pendiri Teater Komunitas (2013), dan lainya. Dia juga merupakan anggota Dewan Kesenian Malang (1978-1986).

Kecintaan Sarasno pada seni batik dimulai pada tahun 1975, ketika ia belajar membatik di sebuah sanggar di Malang. Karya-karyanya tidak hanya terbatas pada kain batik untuk fashion show, tetapi juga mencakup lukisan batik dan kriya yang dipamerkan dalam berbagai kesempatan.

"Memasuki era digital saya juga Mulai menggeluti bidang videografi, kemudian 3D modeling, dan animasi. Di bidang seni rupa selain pernah mengikuti beberapa pameran juga pernah memenangkan lomba lukis maupun kriya," ucapnya.

Sarasno juga aktif berbagi pengetahuannya melalui pelatihan, workshop, dan tutorial di YouTube. "Kecintaan saya dengan seni batik membatik tersebut juga memberikan dorongan atau motivasi bagi saya untuk berbagi pengalaman kepada masyarakat luas," kata dia

Salah satu inovasi terbesar Sarasno adalah memadukan seni batik dengan seni pertunjukan melalui "batik performing arts." Pada tahun 1981, ia menggagas pertunjukan multimedia yang menggabungkan beberapa disiplin seni dengan batik sebagai inspirasi utama.

Pada tahun 2013, ia menggelar pertunjukan lintas disiplin seni berjudul "Metamorfosa Batik Performing Arts," yang menggabungkan seni tradisi dan modern, serta melibatkan berbagai komunitas seni dan pelajar.

"pentas-pentas tersebut bertajuk metamorfosa batik Performing Arts yang memadukan antara seni tradisi dan seni modern kontemporer. pergelaran ini berkolaborasi dengan banyak komunitas baik pegiat seni tradisi maupun modern. selain itu juga melibatkan para pelajar serta mahasiswa," tuturnya.

Proyek terbaru Sarasno, "Batik Bertabur Bintang," adalah sebuah pameran yang menampilkan 12 karya lukisan batik berukuran besar dengan tema zodiak. Dimana etiap karya tidak hanya menonjolkan keindahan batik, tetapi juga mengandung narasi dan deskripsi yang kuat.

"Ada beberapa alasan mengapa Saya memilih tema zodiak. antara lain, zodiak dikenal oleh sebagian besar masyarakat di seluruh dunia juga memiliki simbol-simbol yang khas dan unik. selain itu juga memiliki atau ada cerita juga memiliki karakter dan juga terkandung harapan-harapan di dalamnya," kata dja

Secara ilmiah, lanjut Sarasno, zodiak memiliki makna menyatakan suatu siklus tahunan dari 12 wilayah Sepanjang lingkaran agritik yang merupakan suatu pola lintasan perubahan posisi matahari di angkasa. Lingkaran ekliptik dibagi oleh gugus gugus bintang menjadi 12 area dengan ukuran busur yang sama.

Zodiak mempunyai kaitan dengan astrologi atau ilmu yang bisa menghubungkan antara gerakan benda di tata surya mulai dari planet Bulan serta Matahari dengan karakter atau nasib manusia.

"maka dari itu hingga saat ini zodiak diyakini sebagai metode guna meningkatkan kesadaran diri mengajarkan orang agar bisa hidup harmonis dengan alam semesta memahami potensi yang dimiliki dan masih banyak hal positif lainnya," ujarnya.

Proses pembuatan karya batik lukis ini melibatkan beberapa tahap, mulai dari pembuatan sketsa, perintangan dengan lilin atau malam, hingga pewarnaan dan finishing. Sarasno menggunakan berbagai teknik pewarnaan seperti mencelup, menyoles dengan kuas, dan semprot. Tantangan fisik yang dihadapinya justru memotivasi Sarasno untuk mencari solusi inovatif.

"Untuk Proses pewarnaan ini saya membuat beberapa alat bantu khusus," terangnya.

Untuk proses pencelupan, dibuatkan bak celup yang ringan dengan dimensi kelebaran sekitar 50 cm dan panjangnya selebar kain yang akan dicelupkan agar mendapatkan hasil celupan warna yang bagus. Dilakukan dengan cara diulur dan dikerek ke atas menggunakan alat bantu kerekan. hal ini juga dilakukan untuk bahan pewarna yang prosesnya membutuhkan bantuan sinar matahari.

Proses ini tentunya akan sulit dilakukan secara horizontal yang mana kainnya harus dibolak-balik agar memperoleh sinar matahari secara merata. Sedangkan untuk Proses pewarnaan dengan menggunakan teknik colet yang menggunakan kuas, maka perlu dibuatkan jembatan yang panjangnya lebih dari lebar kain dengan ketinggian tertentu, agar bisa digunakan untuk tumpuan atau tempat duduk.

"dengan demikian untuk menyoles warna di bagian tengah dapat dilakukan tanpa harus menginjak atau mengenai bagian dari batik lukis yang dihampar secara horizontal," terangnya.

Tahap terakhir dari proses pembuatan batik lukis ini adalah melorot yaitu proses melepaskan bahan perintang atau lilin yang selama ini melapisi atau menempel pada kain. setelah itu finishing dengan cara mencuci kain dengan menggunakan air biasa atau air dingin untuk memastikan bahwa kain-kain tersebut sudah bersih atau benar-benar bersih dari lilin atau malam.

Melalui karya-karyanya, Bambang Sarasno tidak hanya mempromosikan seni batik ke kancah yang lebih luas tetapi juga menginspirasi banyak orang dengan dedikasi dan inovasinya. Seni batik, menurut Sarasno, memiliki potensi luar biasa untuk dikembangkan dalam konteks kebudayaan kontemporer global, dan ia terus berupaya membawa seni batik ke arah yang lebih maju dan kompleks.

Dengan semangat yang tak pernah padam, Sarasno membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukanlah penghalang untuk terus berkarya dan menginspirasi banyak orang melalui seni. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.