https://malang.times.co.id/
Pendidikan

Melihat Gaya Kuliah Mahasiswa Desain Grafis UB: Tak Ada Batasan

Senin, 14 Oktober 2024 - 11:14
Melihat Gaya Kuliah Mahasiswa Desain Grafis UB: Tak Ada Batasan Ketua Prodi Desain Grafis Vokasi UB, Mohammad Arief Nazaruddin S.Sn., M.Ds (kiri) bersama salah satu mahasiswa dalam sebuah pameran. (FOTO: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Rambut gondrong, pakaian nyentrik, hingga berbagai aksesori khas seniman adalah pemandangan sehari-hari yang dapat ditemui di lingkungan Program Studi (Prodi) Desain Grafis Universitas Brawijaya (UB). Kebebasan dalam berekspresi, terutama dalam berpenampilan, menjadi bagian dari budaya kreatif yang sudah mengakar di prodi ini. Mahasiswa dibebaskan untuk tampil sesuai dengan gaya mereka masing-masing, tanpa terikat pada aturan berpakaian yang kaku.

Bukan tanpa alasan, hal itu karena Desain Grafis memang sangat erat hubungannya dengan kreatifitas. Sehingga dengan kebebasan itu, harapanya mahasiswa juga bisa berkreasi sebebas mungkin hingga menghasilkan karya yang luar biasa.

Ketua Prodi Desain Grafis Vokasi UB, Mohammad Arief Nazaruddin S.Sn., M.Ds membenarkan hal itu. "Benar itu. kebanyakan anak desain grafis ya urusan kreatif seperti ini mas. Urusan  kreatif ya sudah yang kita lihat adalah proses dan hasilnya. Bukan outfit, bukan penampilan," ucapnya.

Dia menyebut, gaya berpenampilan mahasiswa desain grafis sangat beragam. Ada yang tampil dengan gaya seniman klasik, ada yang terinspirasi oleh tren K-pop, bahkan ada yang mengadopsi gaya gotik atau mengambil referensi dari fashion Eropa.

"Jadi style ini kita Beyond the limit. Tidak ada batasan, tidak ada limit," tegasnya.

Menurut Arief, kebebasan dalam berpakaian ini memungkinkan mahasiswa untuk melakukan brainstorming secara lebih luas dan lepas. Ia percaya bahwa untuk menghasilkan karya yang luar biasa, mahasiswa perlu merasa bebas dari segala batasan, termasuk dalam cara berpakaian.

“Kalau kita memaksa mereka untuk mengikuti aturan berpakaian formal yang kaku, itu bisa mengekang kebebasan mereka dalam berpikir dan berkarya. Kreativitas tidak bisa terkungkung dalam koridor yang sempit,” kata dia.

Meskipun kebebasan berekspresi sangat dihargai, tetap ada momen-momen tertentu di mana mahasiswa harus mengikuti aturan formal, seperti saat menghadiri sidang skripsi atau acara resmi kampus. Namun, untuk kegiatan perkuliahan sehari-hari, aturan ini sangat longgar, asal tetap menjaga sopan santun dalam berpenampilan.

“Untuk perkuliahan sehari-hari, kita tidak memberlakukan aturan berpakaian yang kaku. Namun, mahasiswa tetap harus menjaga kerapihan, seperti mengenakan sepatu dan celana panjang," tuturnya.

Dia menerangkan, sebenarnya kebebasan semacam ini tidak hanya ada di UB. Dalam pengakuannya, dia sempat mengunjungi salah satu kampus ternama dunia, Nanyang Technological University of Singapore dan menemukan hal itu juga terjadi disana. Malahan lebih bebas.

"Bahkan kalau di Nanyang, waktu saya ke kesana, mahasiswa itu ke kampus pakai celana pendek, pakai sandal. Tapi untuk karyanya sendiri, ngeri-ngeri," kata dia.

Di balik kebebasan dalam berpenampilan, yang menjadi fokus utama di Prodi Desain Grafis UB adalah karya yang dihasilkan dan tanggung jawab mahasiswa. Menurut Arief, kebebasan berekspresi tidak boleh melupakan aspek tanggung jawab, terutama ketika mahasiswa nantinya akan berhadapan dengan klien atau terjun ke dunia kerja.

“Yang paling penting adalah karya dan tanggung jawab. Tidak masalah jika penampilan mereka berantakan atau rambut gondrong, tapi mereka harus bisa mempertanggungjawabkan karya mereka. Setelah lulus, mahasiswa Desain Grafis langsung terjun ke industri, mencari klien, atau bekerja di perusahaan. Di sini, tanggung jawab terhadap karya dan sikap profesional sangat dibutuhkan,” jelas Arief.

Ia menegaskan bahwa mahasiswa harus mampu menyeimbangkan antara kebebasan berekspresi dengan tanggung jawab profesional. Kebebasan berpenampilan memang diberikan, namun jika tanpa disertai tanggung jawab dalam karya dan etika, maka kebebasan itu tidak akan berarti.

"Yang kita tekankan adalah bagaimana mahasiswa bisa menghasilkan karya yang kreatif dan bertanggung jawab. Penampilan adalah ekspresi diri, tapi yang akan dilihat klien dan dunia adalah kualitas dari karya yang mereka hasilkan," tutupnya. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.