TIMES MALANG, MALANG – Kampung Wisata Keramik Dinoyo merupakan kampung yang dikenal sebagai industri keramik di Kota Malang.
Keramik Dinoyo yang sudah ada sejak tahun 1930 ini, menjadi salah satu ikon Kota Malang dan masih eksis hingga sekarang.
Untuk mengenalkan industri keramik tersebut, Pengurus Paguyuban Keramik Dinoyo turut hadir memberikan materi melalui kegiatan talkshow “Perkembangan Industri Keramik Malang dan Tantangannya” di Ruang Kriya Lantai 4 Malang Creative Center atau MCC, Sabtu (23/9/2023).
Dihadiri oleh 12 peserta yang merupakan ibu-ibu PKK dan beberapa diantaranya mahasiswa. Talkshow menghadirkan Pengurus Paguyuban Keramik Dinoyo, H. Syamsul Arifin dan Juwadi.
Di talkshow ini, Syamsul membeberkan mengenai perkembangan industri keramik di Kampung Dinoyo. Sebelum didirikannya kampung wisata, di sekitar tempat tersebut merupakan hamparan sawah yang memiliki kualitas tanah yang cukup baik.
Oleh karena itu, para petani memanfaatkan bahan yang ada untuk membuat gerabah. Produk dari gerabah tersebut menghasilkan benda-benda yang memiliki nilai fungsi atau kegunaan. Umumnya berupa peralatan dapur seperti, piring, gelas, mangkok, dan sebagainya.
Pada tahun 1955, terjadi perkembangan dari produksi yang berbahan gerabah menjadi bahan porselen tanah liat putih. Bahan porselen didapatkan dari daerah Malang Selatan. Selain itu, didirikan Pabrik Keramik Dinoyo atas usulan dari Balai Peneliti Keramik di Bandung.
Seiring berjalannya waktu, kampung wisata Keramik Dinoyo yang berlokasi di Jl. Mt Haryono 9 No.336, Dinoyo, Kec. Lowokwaru, Kota Malang tersebut berkembang menjadi produksi keramik hias yang bernilai estetika. Dalam hal ini, bisa berupa souvenir pernikahan dan guci keramik.
Selain produksi kerajinan, di kampung Keramik Dinoyo ini juga menerima kunjungan wisata dengan tarif 50 ribu rupiah setiap orang. Kunjungan minimal 5 orang dengan durasi waktu 60 menit. Selama kunjungan wisata, akan diajarkan bagaimana proses pembuatan kerajinan.
Mulai dari proses pembentukan, pembakaran sampai tahap hias. Hasil kerajinan yang dibuat, bisa dibawa pulang tanpa ada biaya tambahan. Tidak hanya itu, Pengurus Paguyuban Pengrajin Keramik Dinoyo juga bersedia untuk diundang ke suatu tempat dan memberikan ilmu mengenai pembuatan keramik.
“Adanya Kampung Wisata Keramik Dinoyo ini dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan menjadikan Dinoyo dikenal sebagai kampung tematik melalui kerajinan yang diproduksi,” ujar Syamsul.
Dalam mengembangkan kampung wisata Keramik Dinoyo, terdapat tantangan yang harus dihadapi. Salah satunya yaitu generasi muda yang kurang minat terhadap kerajinan keramik. “Di era sekarang, tidak semua anak mau meneruskan usaha orang tuanya. Mereka cenderung memilih untuk menggapai mimpi mereka sendiri,” ucap Juwadi.
Melalui tantangan tersebut, Paguyuban Pengrajin Keramik Dinoyo menggaet pemuda karang taruna di Dinoyo untuk turut serta dalam mengembangkan Wisata Kampung Keramik Dinoyo. Sehingga dapat meneruskan kerajinan yang sudah ada sejak puluhan tahun tersebut.
Juwadi berharap kepada generasi muda untuk tetap melestarikan Wisata Kampung Keramik Dinoyo. Salah satunya dengan memberikan inovasi-inovasi, baik dari segi desain maupun proses pembuatan itu sendiri. (*)
Pewarta | : Rindiani Mayasari (MBKM) |
Editor | : Faizal R Arief |