https://malang.times.co.id/
Wisata

Dari Tank hingga Merpati Letnan, Kisah Unik Museum Brawijaya Malang

Kamis, 25 September 2025 - 13:18
Dari Tank hingga Merpati Letnan, Kisah Unik Museum Brawijaya Malang Museum Brawijaya, yang berada di Jalan Ijen Kota Malang menjadi tempat penting untuk belajar sejarah dan memaknai perjuangan Indonesia dalam merebut kemerdekaan. (foto: Noorfara Annisa Alyana/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Berkunjung ke Kota Malang rasanya kurang lengkap kalau belum mampir ke Museum Brawijaya. Museum yang berdiri di bawah naungan Kodam V/Brawijaya ini menyimpan banyak kisah perjuangan bangsa.

“Latar belakangnya, karena museum ini memang dibuat untuk mengenang perjuangan. Semua benda yang ada di sini dulunya adalah bagian dari perjuangan rakyat dan TNI. Daripada tercecer, akhirnya dikumpulkan dan disimpan di satu tempat, ya namanya Museum Brawijaya,” ujar Hasan, salah satu pemandu museum, saat ditemui TIMES Indonesia, pertengah September 2025.

Begitu sampai di halaman depan, pengunjung langsung disambut oleh tank, senjata berat, dan kendaraan tempur yang jadi ikon. Koleksi itu memang sering bikin penasaran, karena jarang sekali ada museum yang memajang langsung benda militer besar-besaran.

Tidak hanya itu, di dalam ruangan juga ada senjata tradisional seperti bambu runcing, hingga benda legendaris seperti Gerbong Maut dan Perahu Segigir.

Museum-Brawijaya-Malang-2.jpgPengunjung mengamati koleksi Museum Brawijaya yang menyimpan beragam benda masa penjajahan Belanda dan Jepang. (foto: Noorfara Annisa Alyana/TIMES Indonesia)

Hasan menceritakan soal asal-usul museum hingga koleksi unik yang ada di dalamnya. Hasan menjelaskan, Museum Brawijaya Malang didirikan berdasarkan gagasan Brigjen TNI (Purn) Soerachman pada tahun 1962. Pembangunan gedungnya dimulai tahun 1967 dan selesai tahun 1968, dan diresmikan pada tanggal 4 Mei 1968.

Sedangkan salah satu cerita menarik datang dari koleksi tiga ekor merpati pos yang dulu digunakan untuk alat komunikasi tentara. Di masa perang, radio belum mudah dipakai, sehingga burung-burung ini dilatih untuk membawa pesan dari satu kota ke kota lain, seperti Lamongan, Cepu, hingga Surabaya.

“Ada satu merpati yang tertembak Belanda. Padahal sudah berdarah-darah, tapi masih bisa terbang kembali ke tuannya sebelum akhirnya jatuh. Karena jasanya, burung itu diberi gelar Letnan Anumerta. Jadi memang bukan sembarang burung merpati,” cerita Hasan sambil menunjuk ke arah kandang burung yang berada di salah satu spot di museum itu.

Selain koleksi benda, ada juga filosofi mendalam di balik nama “Brawijaya”. Menurut penjelasan Pak Hasan, Brawijaya bisa berarti “unggul” dalam bahasa Sanskerta, sekaligus merupakan gelar raja Majapahit. Nama ini melambangkan kejayaan Majapahit yang pernah berhasil mempersatukan Nusantara, bahkan hingga wilayah luar seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei.

“Kenapa pakai nama Brawijaya? Ya karena dulu Majapahit itu kecil, tapi bisa unggul. Bisa menyatukan pulau-pulau Nusantara. Jadi Brawijaya ini simbol perjuangan juga,” tambahnya.

Museum-Brawijaya-Malang-3.jpgSejumlah senjata rampasan perang menjadi salah satu koleksi Museum Brawijaya. (foto: Noorfara Annisa Alyana/TIMES Indonesia) 

Museum Brawijaya tidak hanya menunggu pengunjung datang. Pihak pengelola juga sering diundang untuk mengikuti pameran di berbagai daerah Jawa Timur, seperti Surabaya, Madura, hingga Jember. Biasanya, mereka membawa koleksi sesuai tema acara, misalnya ketika memperingati Hari Pahlawan di Surabaya.

Untuk pengunjung sehari-hari, museum ini paling sering didatangi rombongan sekolah. Mulai dari anak PAUD, TK, SD, SMP, hingga SMA, bahkan sampai taruna sekolah kedinasan dan tentara baru. Pak Hasan bilang, setiap kelompok biasanya akan mendapat penjelasan lengkap agar mereka paham cerita di balik setiap benda.

“Kalau weekend biasanya tidak terlalu ramai karena orang lebih senang ke car free day yang ada di depan museum buat kulineran. Tapi kalau musim liburan sekolah, tempat ini rame banget. Sering ada rombongan siswa-siswi dari luar kota juga,” jelasnya.

Bagi generasi muda, museum ini jadi semacam ruang belajar di luar kelas. Banyak mahasiswa juga datang kembali ketika punya tugas kuliah.

Berjalan-jalan di Museum Brawijaya memang butuh waktu lebih lama, karena setiap sudut menyimpan cerita. Mulai dari benda sederhana seperti bambu runcing, hingga merpati yang diberi pangkat Letnan, semua jadi pengingat bahwa perjuangan kemerdekaan hadir dalam banyak bentuk. (*)

Pewarta: Noorfara Annisa Alyana

Pewarta : TIMES Magang 2025
Editor : Wahyu Nurdiyanto
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.