TIMES MALANG, KOTA BATU – Pasangan nomor urut 1 Nurochman – Heli Suyanto (NH) dicecar dua pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Batu lainnya, soal program 50 Sarjana per Desa. Cecaran ini berbalik NH mempertanyakan program satu sarjana satu kartu keluarga (KK).
Pembahasan ini menghangat pada segmen kedua dilaksanakan, saat pasangan NH mendapatkan pertanyaan yang harus dijawab selama dua menit.
Pertanyaan yang disampaikan dua MC yakni Septian Wilson dan Scientia Judith Hitipeuw.
“Kondisi pendidikan di Kota Batu saat ini masih ada yang lulusan SD belum melanjutkan SMP, sampai saat ini, belum ada sistem yang menjamin anak lulus dari PAUD hingga SMA. Sementara sarana prasana masih kurang. Sementara Presiden RI, Prabowo sudah mencanangkan wajib belajar 13 tahun. Pertanyaan bagaimana Paslon membuat langkah strategis yang akan dilakukan,” ujar Septian, membaca pertanyaan yang dibuat para panelis.
Nurochman menjawab bahwa semua lulusan PAUD dan SD harus ditampung di SMP dan SMA. Karena itu, NH memiliki program wajib belajar 16 tahun dimana didalamnya terdapat program 50 sarjana satu desa.
Heli menambahkan, bahwa semua fasilitas dan sarana Pendidikan di Kota Batu, sudah ada dan sarana prasarana sekolah sudah baik.
Pada sesi pertanyaan Gumelar, Cawali Nomor urut 2 menjawab lontaran pasangan NH dengan mengatakan bahwa biaya UKT sebesar minimal membutuhkan biaya Rp 40 juta hingga 50 juta.
“Jika dikalikan, artinya dibutuhkan anggaran setahun butuh Rp 4 triliun, apa memungkinkan,” ujar Gumelar.
Pertanyaan lain, ditanyakan oleh Dewa, Cawawali Nomor Urut 3. ”Program ini (50 Sarjana Per Desa) sangat luar biasa, kaena setiap tahun dengan seribu sarjana lulusan, apa bisa ditampung lapangan pekerjaannya,” tanya Dewa.
Menjawab pertanyaan itu, Nurohman mengatakan untuk mewujudkan program 50 sarjana pada setiap desa pembiayaannya sudah disinergikan dengan pembiayaan nasional, melalui program yang juga dicanangkan Presiden yang disharingkan dengan dana APBD Kota Batu sehingga bisa mencover pembiayaan.
“Program ini punya arah tidak sekedar merumuskan, lulusan sarjana ini akan bekerja di perusahaan daerah yang akan kita lahirkan kalau kita terpilih menjadi wali kota dan wakil wali kota," katanya.
"Kita akan lahirkan perseroan daerah yang akan mengelola sampah, mengelola pasar, hingga mengelola pertanian."
“100 persen lowongan pekerjaannya untuk warga Kota Batu, belum lagi pemerintah desa yang membutuhkan tenaga kerja terampil,” ujarnya.
Pada segmen selanjutnya, giliran Heli Suyanto, Cawawali Nomor Urut 1 menyangsikan program satu sarjana satu kartu keluarga yang digagas Guru.
“Program satu Sarjana satu KK apakah bisa dilaksanakan sementara di Kota Batu sebanyak 72 ribu, sementara biaya UKT seperti yang diucapkan Mas Gum sampai Rp 40 – 50 juta persemester apakah realitis program itu,” ujar Heli.
Menjawab itu, Gumelar mengatakan bahwa tidak semua KK di Kota Batu memiliki anak yang Pendidikan sampai SMA.
Karena itu, ia menegaskan pihaknya akan menuntaskan program 12 hingga 13 tahun.
“Baru setelah itu kita akan melanjutkan memberikan pendampingan untuk mereka hingga menjadi sarjana,” ujar Gumelar.(*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: 50 Sarjana Per Desa Versus Satu Sarjana Satu KK
Pewarta | : Muhammad Dhani Rahman |
Editor | : Yatimul Ainun |