TIMES MALANG, MALANG – Dalam rangka menyambut tahun baru Islam 1 Muharram, ratusan warga dari Kelurahan Merjosari, Kota Malang menggelar serangkaian kegiatan dalam Festival Merjosarian, Rabu (19/7/2023).
Berlokasi di lapangan Merjosari, ratusan warga dari seluruh wilayah Kelurahan Merjosari mengikuti pawai budaya dari 20 grup yang terbagi dalam 13 RW.
"Setiap RW ikut dalam pawai ini. Ada 20 grup, diikuti 13 RW, lalu ada satu RW yang dibagi dua grup, kemudian dari komunitas, Linmas, Karangtaruna hingga ibu-ibu PKK," ujar Ketua Panitia Festival Merjosarian, Pardiman, Rabu (19/7/2023).
Diketahui, gelaran Festival Merjosarian dalam rangka memperingati 1 Muharram ini dilaksanakan dalam serangkaian kegiatan sejak 7 Juni hingga 26 Juli 2023 mendatang.
Kegiatannya, mulai dari Beber Kloso, Barikan, Gal Deso, Bersih-Bersih Desa, Khotmil Qur'an, Doa Akhir dan Awal Tahun, Ziarah Makam Leluhur, Gerak Jalan Kreatif dan Bazzar, Burdah, Seribu Rebana, Parade Bantengan, Pengajian dan terakhir ada Pawai Obor.
"Bersih desa ini berbarengan dengan 1 Muharram. Kita menghormati dan menghargai jasa dari pendiri atau yang dulu pertama kali 'babat alas' (menemukan wilayah) Merjosari namanya Mbah Joyo. Kita tadi malam nyekar ke makam Mbah Joyo," ungkapnya.
Kegiatan Festival Merjosarian 2023 ini memang cukup berbeda dengan kegiatan peringatan 1 Muharram sebelum-sebelumnya.
Biasanya, setiap wilayah menggelar kegiatan sendiri secara bergantian, tahun 2023 ini kegiatan digelar lebih besar dan seluruh wilayah Kelurahan Merjosari ikut berpartisipasi.
"Mulai tahun ini, seluruh rangkaian kegiatan yang ada di wilayah Merjosari kita gabungkan menjadi satu kesatuan," katanya.
Bukan tanpa alasan, Pardiman menyebut, kegiatan yang lebih besar dilakukan ini tentu untuk menggali potensi budaya wilayah Merjosari yang nantinya diharapkan bisa menjadi ikon wisata untuk Kota Malang.
"Potensi budaya di Merjosari ini cukup beragam. Kami minta masyarakat bisa mengeksplore potensinya. Jadi keinginan kita bagaimana ini bisa dikemas menjadi satu ikon wisata berbasis budaya lokal masyarakat," bebernya.
Sementara, hal serupa juga dikatakan oleh Lurah Merjosari, Tomi Sukarno. Ia menyebut, gelaran Festival Merjosarian ini penuh inovasi dari warga untuk melihat potensi mendalam yang ada di wilayah tersebut.
"Ini semua untuk menggali potensi masyarakat di Merjosari, mulai budaya, sosial dan keseluruhannya," katanya.
Maka dari itu, parade Obor, Bantengan hingga gerak jalan kreatif yang dilaksanakan hari ini untuk bagaimana masyarakat bisa menggali potensi masing-masing dan mengangkat wilayah Merjosari sebagai ikon wisata Kota Malang.
"Ada gerak jalan kreatif, kita punya Bazzar dari UMKM lokal. Semuanya ini untuk melihat potensi yang harus dikembangkan," tandasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Festival Merjosarian Malang, Angkat Potensi Budaya Lokal
Pewarta | : Rizky Kurniawan Pratama |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |