TIMES MALANG, MALANG – Konferensi Internasional Pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (KIPBIPA) XIII 2025 resmi ditutup di Universitas Negeri Malang (UM Malang), Jumat (12/9/2025). Acara yang mengusung tema “Pemartabatan Bahasa Indonesia Melalui Penguatan Pengajaran BIPA pada Era Digital” ini menjadi momentum penting dalam upaya menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional.
Penutupan dilakukan oleh Prof. Dr. Gatut Susanto, M.M., M.Pd., Direktur BIPA UM. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa konferensi ini merupakan wujud nyata kolaborasi Afiliasi Pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (APBIPA) dengan UM, melalui Program BIPA Pusat Studi Bahasa dan Budaya Indonesia serta Program Studi S-2 Pendidikan BIPA Sekolah Pascasarjana UM, dengan dukungan Badan Bahasa.
Konferensi internasional ini menghadirkan 12 narasumber terkemuka dari dalam dan luar negeri. Di antaranya Dr. H. Fadli Zon, S.S., M.Sc., Menteri Kebudayaan RI,Prof. Dr. Fauzan, M.Pd. (Wamen Kemdiksaintek, berhalangan hadir), Hafidz Muksin, S.Sos., M.Si., Kepala Badan Pengembangan Bahasa. Herry Yogaswara, M.Pd., Ph.D., Kepala Organisasi Riset Arkeologi, Bahasa, dan Sastra BRIN, Prof. Dr. Liliana Muliastuti, M.Pd., Universitas Negeri Jakarta, Prof. Ellen Rafferty, Emeritus Professor University of Wisconsin, Madison, USA, Prof. Habib Zarbaliyev, Azerbaijan University of Languages, Prof. George Quinn, Australian National University, Australia, dan Prof. Koh Young Hun, Hankuk University of Foreign Studies, Korea
Selain itu, sejumlah pakar BIPA juga berbagi riset, termasuk tentang karya Pramoedya Ananta Toer.
Meski beberapa pejabat tinggi negara berhalangan hadir, konferensi tetap berjalan dinamis dengan diskusi yang mendalam.
Dalam forum ini, Prof. Gatut menekankan bahwa bahasa Indonesia tidak hanya sekadar identitas nasional, tetapi juga simbol persatuan sejak Sumpah Pemuda. Oleh karena itu, penguatan pengajaran Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) menjadi langkah strategis menuju internasionalisasi bahasa Indonesia.
“Diharapkan forum ini melahirkan langkah nyata dari para pemangku kepentingan untuk menjadikan bahasa Indonesia sebagai bahasa internasional,” ujarnya.
Sementara itu, Prof. George Quinn, profesor kehormatan dari Australian National University, menyatakan bahwa saat ini Indonesia sudah menjadi pusat utama pembelajaran bahasa Indonesia.
“Dulu, pusat penelitian dan pengajaran bahasa Indonesia banyak berada di luar negeri, seperti Belanda, Hawai, dan Australia. Sekarang, siapa pun yang ingin mendalami bahasa Indonesia harus datang ke Indonesia. Perkembangan ini sangat positif, dan jangan sampai peran riset BIPA justru kembali didominasi luar negeri,” ungkapnya.
KIPBIPA XIII 2025 menjadi wadah penting bagi akademisi, pengajar, dan pemangku kebijakan untuk bertukar gagasan, memperkuat jejaring, serta merumuskan strategi inovatif dalam pengajaran BIPA di era digital.
Dengan semakin kuatnya dukungan riset dan kebijakan, bahasa Indonesia diharapkan mampu memperkokoh posisinya sebagai bahasa komunikasi global yang bermartabat.(*)
Pewarta | : Slamet Mulyono |
Editor | : Imadudin Muhammad |