TIMES MALANG, MALANG – Suasana hangat dan penuh semangat menyelimuti Astaloka Coffee, Jalan Raya Candi VI Kota Malang saat acara pembukaan pameran seni Temu Tinemu: The Chapter of Music resmi dimulai.
Pameran seni karya mahasiswa seni rupa murni Universitas Brawijaya ini berlangsung dari 2 hingga 4 Mei 2025, dan menjadi pertemuan antara karya visual dan elemen musik dalam satu ruang kreatif yang menggugah imajinasi.
Pengunjung juga dapat mengunjungi booth Leeven & Co! serta booth Nattodifatih yang buka sepanjang hari pameran. .
Tema The Chapter of Music dipilih untuk memberikan warna baru dalam rangkaian Temu Tinemu yang kini memasuki tahun ketiga penyelenggaraan.
Berbagai karya seni yang dibuat oleh para mahasiswa Seni Rupa Murni Universitas Negeri Brawijaya dalam rangkaian acara “Temu Tinemu The Chapter of Music.” (Foto: Kamiliya Salsabila Imelda/TIMES Indonesia)
“Kami ingin membedakan pameran ini dari tahun-tahun sebelumnya. Musik saat ini sedang naik daun, dan banyak seniman mendapatkan inspirasi melalui nada dan ritme. Maka kami padukan musik dan seni rupa dalam karya yang dapat dirasakan secara visual,” ujar Guntur Anggada sebagai ketua pelaksana.
Tidak hanya menampilkan karya dari mahasiswa seni rupa murni Universitas Brawijaya, pameran ini juga terbuka untuk berbagai perupa dari Malang, Batu, serta kolaborasi dengan komunitas-komunitas seni lainnya. Dengan semangat inklusif, Temu Tinemu hadir sebagai ruang temu kreatif lintas latar belakang tanpa sekat.
Pengunjung dapat menjelajahi berbagai karya unik seperti lukisan yang tercipta dari inspirasi musik, patung berbahan resin dan rantai berjudul Patung Nyanggung, serta karya mainan hingga postcard artistik. Total karya yang dipamerkan meliputi 23 karya lukis, 1 karya patung, 7 karya mainan, dan 19 karya postcard.
Hari kedua pameran, pada 3 Mei menghadirkan Open Gallery mulai pukul 10.00 hingga 22.00 WIB dan Workshop Charmbag eksklusif bersama Anindya Asmara pukul 13.00–15.00 WIB.
Sementara puncak acara di hari ketiga akan dimeriahkan dengan pertunjukan live band: Shriek N' Shrill,The Rushman, The Waving,Jerqs dan ditutup dengan Accoustic. Kehadiran live musik semakin menyatukan seni visual dan musik sebagai elemen utama pameran tahun ini.
Salah satu momen paling berkesan dalam proses persiapan menurut panitia adalah saat pendistribusian karya.
“Bukan sekadar menata lukisan, kami harus menghitung proporsi, panjang, dan tata letak dengan cermat. Ada tantangan, tapi juga banyak pelajaran dan kepuasan tersendiri,” ujar Guntur Anggada .
Pengunjung yang sedang melihat karya seni yang dipamerkan karya mahasiswa seni rupa murni Universitas Brawijaya dalam rangkaian acara Temu Tinemu The Chapter of Music (Foto: Kamiliya Salsabila Imelda/TIMES Indonesia)
Pemilihan Ataloka Coffee sebagai venue pun tidak lepas dari faktor strategis. Berawal dari pertemuan melalui media sosial TikTok, tempat ini dinilai cocok karena lokasinya yang dekat dari kampus, sering menjadi lokasi pameran, dan memiliki atmosfer yang mendukung suasana kreatif. Setelah sebelumnya digelar di Ubud Sigura-Gura (Temu Tinemu 1) dan Samaya Space (Temu Tinemu 2), tahun ini Ataloka menjadi pilihan yang segar dan tepat.
Sebagai penutup, tim penyelenggara berharap Temu Tinemu terus berlanjut dan berkembang di masa depan. “Ini adalah pameran mata kuliah, tapi semangatnya lebih besar dari itu. Kami harap generasi selanjutnya bisa melanjutkan jejak ini agar Temu Tinemu semakin sukses dan dikenal luas sebagai ruang seni yang dinamis dan terbuka,” kata Guntur Anggada. (*)
Pewarta | : Claresta Faustina Fedora (Magang MBKM) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |