TIMES MALANG – Universitas Ma Chung mengukuhkan dua guru besar dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis dalam momen perayaan Dies Natalis ke-18, Senin (7/7/2025). Pengukuhan ini menjadi simbol kematangan akademik dan penegas arah baru Ma Chung dalam akselerasi transformasi pendidikan tinggi berbasis keilmuan, kolaborasi, dan keberlanjutan.
Dua guru besar yang dikukuhkan adalah Prof. Dr. Pieter Sahertian, M.Si dan Prof. Dr. Anna Triwijayati, M.Si yang membahas. Keduanya turut mewarnai puncak perayaan ulang tahun Universitas Ma Chung yang mengusung tema Collective Impact for Sustaining Growth.
Rektor Universitas Ma Chung, Prof. Dr. Stefanus Yufra M. Tanco, M.S., M.Sc., mengatakab bahwa saat ini Ma Chung berada dalam fase penting menuju konsolidasi sebagai kampus unggul, yang tidak hanya unggul dalam pendidikan, tetapi juga dalam riset, pengabdian, tata kelola, dan jejaring internasional.
“Kehadiran dua Guru Besar baru ini tidak hanya memperkaya khasanah keilmuan di lingkungan kampus, tetapi juga memperkuat reputasi Universitas Ma Chung sebagai institusi yang siap bersaing secara global,” ujarnya.
Pada kesempatan yang sama, Rektor juga memaparkan laporan kinerja universitas dalam bidang pendidikan, riset, pengabdian masyarakat, dan kerja sama. Sepanjang tahun akademik 2024/2025, Ma Chung berhasil mencatat lebih dari 125 publikasi ilmiah, menjalin berbagai kerja sama internasional.
Dalam orasi ilmiah pertamanya sebagai guru besar, Prof. Dr. Pieter Sahertian, M.Si. membawakan tema Kepemimpinan Berbasis Nilai-Nilai Budaya: Tantangan Pemimpin di Tengah Keragaman Budaya Global dan Etika Kepemimpinan Digital. Ia menekankan pentingnya pemimpin masa depan memiliki kepekaan terhadap konteks budaya dan dinamika etika di era transformasi digital.
Sementara itu, Prof. Dr. Anna Triwijayati, M.Si. mengangkat isu kontemporer dalam orasi bertajuk Prosumption di Era Kapitalis Digital: Monetisasi atau Kreatifitas?, yang menyoroti bagaimana peran konsumen semakin kabur dengan peran produsen, terutama dalam konteks ekonomi platform dan media sosial.
Perayaan yang berlangsung di Balai Pertiwi Universitas Ma Chung ini dihadiri pimpinan universitas, mitra industri, hingga Kepala LLDIKTI Wilayah VII, Prof. Dr. Dyah Sawitri. Dalam keterangannya dia menegaskan pentingnya peran guru besar tidak hanya sebagai simbol pencapaian akademik, tetapi juga sebagai lokomotif perubahan sosial.
“Gelar Guru Besar adalah kehormatan sekaligus amanah. Para dosen dituntut untuk tidak hanya produktif secara ilmiah, tetapi juga menjadi motor perubahan di masyarakat,” ujarnya.
Ketua Yayasan Harapan Bangsa Sejahtera, Tee Teguh Kinarto, juga menyampaikan optimisme terhadap transformasi Ma Chung ke depan.
“Universitas Ma Chung kini memasuki usia dewasa. Dengan semangat kolektif, kami percaya Ma Chung akan mencapai tujuannya menjadi universitas unggul, pilihan masyarakat, dan mandiri pada tahun 2027,” ungkapnya. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Imadudin Muhammad |