https://malang.times.co.id/
Berita

Pengamat Ungkap 7 Karakteristik Pemilih di Pilkada 2024 Kota Malang

Kamis, 12 September 2024 - 16:01
Pengamat Ungkap 7 Karakteristik Pemilih di Pilkada 2024 Kota Malang Pengamat politik dari Universitas Brawijaya, Andhyka Muttaqin SAP, M.PA. (Foto: Achmad Fikyansyah/TIMES Indonesia)

TIMES MALANG, MALANG – Pengamat politik dari Universitas Brawijaya (UB), Andhyka Muttaqin, SAP, M.PA, mengungkapkan sejumlah karakteristik pemilih yang ada pada Pilkada 2024 di Kota Malang. Hal itu dia sampaikan dalam acara Ngobrol Santai (Bonsai) di UB, Kamis (12/9/2024).

Pria yang juga sebagai Ketua Tim Peneliti Perilaku Pemilih di Era Digital ini menerangkan bahwa ada 7 karakteristik pemilih  yang akan berpengaruh besar dalam menentukan arah dukungan pada Pilkada 2024 ini.

1. Pemilih Tradisional Vs Pemilih Rasional

Menurut Andhyka, pemilih di Kota Malang dapat dibedakan menjadi dua kategori utama: pemilih tradisional dan pemilih rasional.

Pemilih tradisional adalah mereka yang cenderung memilih berdasarkan loyalitas terhadap partai politik tertentu atau hubungan emosional dengan calon. Kelompok ini memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan partai-partai besar yang sudah lama berakar di Kota Malang, seperti PDI-P, PKB, dan PKS, dan partai lainya.

Dukungan mereka sering kali tidak berubah meski kondisi politik atau kualitas kandidat bervariasi. “Bagi mereka, pilihan politik adalah masalah hubungan sejarah atau jaringan sosial,” ujar Andhyka.

Sementara itu, pemilih rasional merupakan kelompok yang lebih kritis dalam menentukan pilihan. Mereka tidak segan untuk berpindah pilihan berdasarkan evaluasi objektif terhadap program, visi-misi, serta rekam jejak calon. Andhyka menekankan bahwa pemilih rasional biasanya lebih mempertimbangkan dampak kebijakan terhadap kehidupan sehari-hari dan menuntut bukti nyata dari kinerja pemerintah sebelumnya.

2. Peran Patronase dan Politik Uang

Di samping itu, Andhyka juga menyoroti bahwa patronase masih menjadi faktor yang signifikan dalam menentukan pilihan pemilih. Dalam konteks Malang, hubungan patron-klien sering kali terbentuk melalui tokoh masyarakat, organisasi kemasyarakatan (ormas), atau jaringan kekerabatan. Tokoh-tokoh ini memainkan peran penting dalam memobilisasi massa dan mengarahkan dukungan ke calon tertentu.

Politik uang juga masih menjadi fenomena yang memengaruhi preferensi pemilih, meskipun hal ini jelas melanggar hukum. "Meski dilarang, politik uang sering kali masih ditemui, terutama di kalangan pemilih yang memiliki tingkat pendidikan atau ekonomi yang lebih rendah," ungkap Andhyka.

Fenomena ini memperlihatkan bahwa sebagian pemilih masih mudah terpengaruh oleh imbalan materi dibandingkan dengan kualitas program dan visi-misi kandidat.

3. Segmen Pemilih Muda

Pemilih muda menjadi salah satu segmen yang penting dalam Pilkada 2024, terutama mengingat adanya perguruan tinggi besar di Malang seperti Universitas Brawijaya dan Universitas Negeri Malang yang menghasilkan generasi muda yang kritis dan aktif secara politik. Pemilih dari kalangan mahasiswa dan pemuda cenderung memiliki pemikiran yang lebih terbuka dan progresif.

“Mereka cenderung mencari kandidat yang dapat menawarkan perubahan nyata,” ujar Andhyka.

Pemilih muda ini juga lebih responsif terhadap isu-isu global seperti lingkungan, digitalisasi, dan inovasi sosial. Penggunaan media sosial dan teknologi juga berperan penting dalam membentuk pandangan politik mereka, di mana informasi yang cepat dan interaktif sangat berpengaruh dalam membentuk persepsi terhadap calon.

4. Pengaruh Identitas Sosial dan Keagamaan

Sebagai kota yang dikenal religius, identitas keagamaan juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi preferensi pemilih di Malang. Calon-calon yang dianggap memiliki afiliasi yang kuat dengan kelompok agama tertentu sering kali mendapatkan dukungan besar dari pemilih yang merasa terikat secara emosional dengan nilai-nilai keagamaan.

Namun demikian, Andhyka mencatat bahwa meskipun agama memainkan peran penting, isu-isu lokal yang dirasakan langsung oleh masyarakat sering kali lebih dominan.

“Kepemimpinan yang bisa memberikan solusi nyata terhadap masalah lokal lebih dihargai daripada politik identitas semata,” tambahnya.

5. Media Sosial dan Informasi Digital

Perkembangan media sosial telah mengubah lanskap kampanye politik di Kota Malang. Menurut Andhyka, penggunaan media sosial menjadi alat yang sangat efektif dalam menjangkau pemilih muda dan kelas menengah yang semakin melek teknologi. Kandidat yang mampu memanfaatkan platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok dengan baik cenderung lebih menarik perhatian.

“Pemilih di Malang, terutama generasi muda dan menengah, sangat dipengaruhi oleh bagaimana seorang calon mengomunikasikan dirinya di platform digital,” jelas Andhyka. Dengan semakin berkembangnya akses informasi digital, pemilih dapat lebih mudah membandingkan calon dan melakukan penilaian yang lebih mendalam terhadap program-program yang ditawarkan.

6. Isu Lokal dan Kebijakan

Pemilih di Kota Malang, menurut Andhyka, sangat memperhatikan isu-isu lokal yang langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari. Masalah-masalah seperti perbaikan infrastruktur, kebersihan kota, pengelolaan lalu lintas, dan penataan ruang publik menjadi fokus utama perhatian pemilih.

Selain itu, masalah terkait ekonomi lokal, lapangan kerja, dan pariwisata juga menjadi faktor penting dalam menentukan pilihan. “Pemilih ingin melihat kandidat yang tidak hanya berwacana, tetapi juga dapat memberikan solusi nyata terhadap isu-isu lokal ini,” ujarnya. Pemimpin yang dianggap mampu menyelesaikan masalah ini biasanya lebih diunggulkan.

7. Pemilih Swing Voters

Terakhir, Andhyka menyoroti adanya kelompok pemilih swing voters yang cukup besar di Malang. Swing voters adalah pemilih yang tidak memiliki loyalitas kuat terhadap partai atau kandidat tertentu dan dapat beralih pilihan hingga menit terakhir sebelum pemilu.

Kelompok ini menjadi target utama para kandidat karena bisa menjadi penentu dalam perolehan suara. “Mereka memilih berdasarkan performa calon dan bagaimana mereka mempresentasikan diri menjelang pemilu,” jelas Andhyka.

Swing voters sering kali menjadi kunci kemenangan bagi calon yang berhasil meyakinkan mereka dengan kampanye yang efektif dan program yang realistis.

Dengan karakteristik pemilih yang beragam ini, Andhyka menekankan bahwa Pilkada 2024 di Kota Malang akan sangat bergantung pada strategi kampanye yang mampu menjangkau seluruh segmen pemilih. "Calon yang bisa menyeimbangkan pendekatan tradisional dengan inovasi digital serta menawarkan solusi nyata terhadap isu-isu lokal akan memiliki peluang lebih besar untuk menang," tutupnya. (*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Ferry Agusta Satrio
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.