TIMES MALANG, SUMBA TIMUR – Debat Publik kedua bagi ketiga pasangan calon (Paslon) Bupati dan Wakil Bupati Kabupaten Sumba Timur di Pilkada serentak tahun 2024 di gelar di Gedung nasional Umbu Tipuk Marisi Waingapu Sabtu (16/11/2024).
Ketiga paslon yang mengikuti debat publik yakni, paslon Khristofel Praing-Franky Ranggambani (paslon nomor urut 1), David Melo Wadu-Umbu Ndata Jawa Kori (paslon nomor urut 2), dan Umbu Lili Pekuwali-Yonathan Hani (paslon nomor urut 3).
Salah satu panelis debat publik Dosen Universitas Pradita Tangerang Banten Dr. Muana Nanga mengatakan, debat publik yang diselenggarakan KPU Sumba Timur sudah berjalan dengan baik dan lancar sesuai tema debat yaitu Memajukan demokrasi, reformasi tata kelola pemerintahan serta pembangunan yang berkelanjutan dan berkeadilan di Sumba Timur.
“Jadi untuk keseluruhannya debat ketiga paket ini sudah bagus namun ada beberapa pertanyaan juga yang kurang ditanggapi,” katanya.
Menurutnya, seperti pertanyaan soal net ekspor negatif dan defisit keluar daerah dikatakan tadi Rp 1,8 triliun itu bocor. PDRB Sumba Timur bocor keluar yang artinya uang masyarakat keluar sekitar 25,6% dari PDRB tetapi yang ditanggapi itu defisit anggaran APBD sebenarnya bukan itu.
Menanggapi hal itu, Muana yang juga sebagai tenaga ahli di Bappenas menuturkan, bahwa ketiga paslon keseluruhannya sudah bagus dalam menjawab namun ada beberapa kekeliruan saja yang kurang ditanggapi.
"Soal korupsi di Bulog Waingapu mungkin tim yang merumuskan pertanyaan kurang mengikuti sehingga kami hanya mengetahui saja korupsi di Pemda. Padahal Bulog itu organisasi lembaga lain namun terkesan diluruskan oleh paket paslon nomor urut 1 KP-FR," kata dia.
Berikut juga sesi kelima dari debat mungkin kehabisan bahan maka mereka saling bertanya yang terkesannya berulang-ulang. Padahal sesi kelima adalah statement close yang sebenarnya sesi penenang bagi ketiga paslon.
“Jadi mungkin mereka sudah kehabisan bahan tetapi kami juga mengerti dan juga soal topik yang saling berkaitan bicara soal reformasi birokrasi tata kelola itu beda-beda tipis nanti dijawab di tata kelola sebetulnya kita tanya di reformasi birokrasi tetapi sama saja. Jadi kalau topik soal tata kelola birokrasi saya pikir paslon nomor urut 1 menguasainya,” ujarnya.
Dan yang terakhir, lanjut Muana, dari debat publik ini ketiga paslon lebih banyak berbicara soal membangun Sumba Timur. Tentunya, ingin sama-sama membangun daerah untuk menyejahterakan masyarakat.
“Tentu dari penialian saya debat publik ini yang paling bagus 80 persen dan paling jelek 65 persen karena rata-rata dari 65 persen hingga 80 persen,” tutup Muana. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Debat Publik Paslon Bupati dan Wakil Bupati Sumba Timur, Ini Kata Panelis Dosen Universitas Pradita
Pewarta | : Moh Habibudin |
Editor | : Hendarmono Al Sidarto |