https://malang.times.co.id/
Berita

Raih Peluang Agribisnis Biji Kuaci, Petani Banyuwangi Mulai Tanam Bunga Matahari

Senin, 18 Oktober 2021 - 15:35
Raih Peluang Agribisnis Biji Kuaci, Petani Banyuwangi Mulai Tanam Bunga Matahari Kebun bunga matahari di Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi. (FOTO: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi)

TIMES MALANG, BANYUWANGIPetani Banyuwangi mulai berani menanam bunga matahari untuk membuka peluang agribisnis baru produksi camilan biji kuaci. Data dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Banyuwangi, ada sekitar 5,7 hektar luas lahan yang sudah ditanami bunga matahari. 

Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Pertanian Banyuwangi, Ilham Juanda menyebutkan kebun bunga matahari ini tersebar di 4 kecamatan. Rinciannya, 0,74 hektar di Wongsorejo, 0,25 hektar di Srono, 0,7 hektar di Cluring dan paling luas di Tegaldlimo dengan luas tanam 4 hektar.

“Ini baru ujicoba. Ada beberapa kelompok petani yang sekarang mulai budidaya bunga matahari untuk diambil bijinya. Nanti diproduksi membuat kuaci,” kata Ilham, Senin (18/10/20210. 

Menurut Ilham, ini merupakan peluang agribisnis baru di Banyuwangi. Pertama kalinya, peluang ini dikenakan kepada oleh Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) Dinas Pertanian kepada beberapa kelompok tani. Melanjutkan tawaran kerjasama (kemitraan) dari salah satu pabrik produsen camilan kuaci. 

Benih bunga matahari ini didapatkan petani dengan harga Rp 1.000 per biji. Jika dibandingkan dengan benih yang dijual di pasar atau maret online, harga ini tergolong mahal. Namun ada perbedaan signifikan dari segi kualitas benih. 

“Ini karena kualitasnya super unggul, jadi satu bijinya (benih) harganya seribu,” katanya. 

Sejauh ini, ujicoba tanam yang dilakukan berjalan dengan baik. Pohon bunga matahari bisa tumbuh tinggi dan memiliki diameter bunga yang cukup besar. Ketika kualitas tanaman baik, dipediksi petani bisa mendapatkan hasil panen antara 5 sampai 8 ton per hektarnya. 

“Benih ini masih diuji coba tanam oleh para petani kita. Nanti panennya dibeli dengan harga Rp 16 ribu sekilonya. Tentu ini adalah peluang bisnis pertanian baru di Banyuwangi,” jelas Ilham. 

Dinas Pertanian sendiri sudah melakukan sosialisasi. Baik dari segi keuntungan ekonomi maupun resikonya sudah dijelaskan kepada para petani di Banyuwangi. 

“Jika misal petani nya tidak berminat, ya tidak bisa dipaksa. Karena ini adalah kemitraan, ada SOP-nya ada tata caranya. Kalau berminat ya silahkan menanam,” katanya. 

“Di awal sudah dijelaskan untung ruginya. Tetapi kalau ujicoba ini berhasil tidak menutup kemungkinan petani di Banyuwangi akan ramai menanam bunga matahari ini,” imbuh Ilham. 

Bahkan, kebun bunga matahari tersebut saat ini sedang menjadi tren di kalangan anak muda. Nyaris setiap sore, banyak masyarakat yang mendatangi kebun untuk berfoto selfie. Untuk mendorong sektor pariwisata, Dinas Pertanian berencana koordinasi dengan kelompok tani setempat dan Dinas Pariwisata. 

Secara terpisah, Abu Hasan, salah satu anggota Kelompok tani Sumbermojo, Desa Sumberkencono, Kecamatan Wongsorejo, mengaku jika tanaman miliknya sudah berusia 60 hari. Setiap sore, dia mengaku banyak warga yang berdatangan untuk mengambil foto. 

“30 hari lagi panen dan akan langsung dibeli. Ini kan pasarnya sudah jelas dan ini peluang baru bagi kami. Kalau dari ekonomi lebih menguntungkan, kenapa tidak untuk lanjut tanam lagi setelah panen,” cetus Abu Hasan, salah satu pemikik kebun bunga matahari di Banyuwangi. (*)

Pewarta : Agung Sedana
Editor : Irfan Anshori
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.