https://malang.times.co.id/
Berita

Optimalisasi Bioetanol Kurangi Impor Minyak dan Gas di Indonesia

Kamis, 15 Juni 2023 - 10:57
Optimalisasi Bioetanol Kurangi Impor Minyak dan Gas di Indonesia Ilustrasi Bahan bakar bioetanol. (Foto: Freepik)

TIMES MALANG, JAKARTA – Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan bahwa bioetanol merupakan komoditas energi yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia. Dalam sebuah keterangan di Jakarta pada hari Kamis, Perekayasa Ahli Utama Pusat Riset Agroindustri BRIN, Agus Eko Tjahjono, menjelaskan bahwa optimalisasi produk bioetanol dapat membantu mengurangi kuota impor minyak dan gas di dalam negeri.

Menurut Agus, bioetanol merupakan oksigenat yang bisa dicampurkan ke dalam bensin untuk meningkatkan angka oktan dan meningkatkan kualitas pembakaran di dalam mesin. Selain itu, bioetanol juga banyak digunakan dalam industri minuman, sebagai bahan baku atau penunjang dalam berbagai sektor industri, dan saat ini semakin banyak dimanfaatkan sebagai bahan bakar.

Pemanfaatan etanol sebagai campuran bahan bakar minyak dapat mengurangi emisi karbon dioksida hingga 90 persen jika dibandingkan dengan bahan bakar minyak setara oktan 90. Meskipun secara sains energi alternatif ini mampu berkontribusi terhadap penurunan emisi, penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar masih menghadapi beberapa tantangan yang perlu diselesaikan oleh para pemangku kepentingan.

Agus menjelaskan bahwa tantangan-tantangan tersebut antara lain adalah investasi yang mahal, keterbatasan bahan baku, serta harganya yang tinggi. Hal ini menyebabkan perkembangan bioetanol di Indonesia terhambat. Bahkan, beberapa industri di dalam negeri saat ini menggunakan molase sebagai bahan baku, yang sebenarnya merupakan komoditas ekspor.

Agus menyarankan beberapa upaya untuk meningkatkan keekonomian bioetanol, di antaranya adalah memanfaatkan sisa biomassa bahan baku sebagai kebutuhan energi, menekan biaya investasi pabrik, meningkatkan efisiensi proses, dan menciptakan byproduct dan coproduct yang dapat dimanfaatkan.

"Indonesia memiliki sumber bahan baku yang melimpah, seperti tanaman sagu. Beberapa bahan baku berpati atau bergula telah tersedia tanpa harus melakukan penyediaan lahan dan budidaya, serta jumlahnya melimpah," kata Agus.

Lebih lanjut, Agus menyampaikan bahwa sagu merupakan kandidat yang layak secara ekonomi sebagai bahan baku untuk pengembangan industri bioetanol di Indonesia. Tanaman sagu dikenal dengan produktivitas pati atau gula yang tinggi, namun saat ini belum dimanfaatkan secara optimal. Selain itu, sagu juga memiliki sisa biomassa yang mencukupi sebagai sumber energi proses (listrik dan panas). Pengelolaan hutan sagu yang benar juga tidak akan merusak lingkungan.

Agus menyarankan bahwa pengembangan industri bioetanol perlu dilakukan melalui konsep pabrik bioetanol yang terintegrasi. Hal ini meliputi kombinasi sistem panas dan energi, pemanfaatan byproduct, serta pengelolaan atau pemanfaatan limbah. Selain itu, agar industri ini dapat menjadi berkelanjutan dan meningkatkan keekonomiannya, perlu dikembangkan juga coproduct yang dapat menciptakan industri berbasis sagu yang menerapkan prinsip-prinsip biorefinery, menghasilkan energi, pangan, dan bahan bermanfaat lainnya.

"Pada akhirnya, industri ini tidak hanya menghasilkan bioetanol semata, tetapi juga menjadi industri terintegrasi berbasis sagu," pungkas Agus.

Dengan optimalisasi pengembangan bioetanol, diharapkan Indonesia dapat mengurangi ketergantungannya pada impor minyak dan gas serta meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam yang melimpah di negara ini. (*)

Pewarta : Antara
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.