TIMES MALANG, MALANG – Potensi budidaya air tawar ikan jenis Nila terus meningkat produksinya, menjadikan Kabupaten Malang menjadi daerah penghasil Nila.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malang, Victor Sembiring mengungkapkan, sekitar 5 (lima) ribu ton produksi budidaya ikan Nila dihasilkan sekali musim panen.
"Potensi produksi budidaya Nila mencapai 5 ribu ton (per tahun), yang dihasilkan dari sekitar 60 persen lahan budidaya air tawar sekitar bendungan, dengan cara budidaya keramba jaring apung," terang Victor, Kamis (2/1/2025).
Lokasi budidaya ikan Nila ini tersebar perairan di beberapa bendungan, seperti Bendungan Lahor, Sutami, Karangkates, dan sebagian di daerah Bendungan Selorejo, Ngantang.
Sisanya, lanjut Victor, sekitar 40 persen produksi ikan air tawar jenis Nila ini, dihasilkan dari lahan kolam budidaya atau tambak milik masyarakat.
Persebaran sentra budidaya ikan air tawar nila tersebut, menurutnya banyak terpusat di lima wilayah kecamatan. Diantaranya, Kecamatan Lawang, Turen, Tumpang, Wonosari dan Wajak.
Di Desa Sananrejo, Kecamatan Turen misalnya, ada lahan budidaya ikan Nila masyarakat dengan total luas hingga 1,4 hektar.
Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Malang, Victor Sembiring. (Foto: Amin/TIMES Indonesia)
"Selama lima tahun terakhir, memang banyak bantuan benih untuk petani budidaya ikan Nila. Jadi, memang kita dorong produksinya secara masif. Sehingga, kemarin juga dicanangkan Pak Bupati, Kabupaten Malang sebagai Kabupaten Nila," terang Victor.
Sedangkan, untuk budidaya ikan air tawar jenis Lele, menurutnya ada di semua wilayah kecamatan, dengan produksi ribuan ton dalam setahun. Hal ini, kata Victor, karena ikan Lele tidak membutuhkan banyak air dan lebih mudah dalam proses budidayanya.
Meningkatnya produksi ikan Nila dan Lele sendiri, menurutnya juga dipengaruhi oleh masa budidaya yang relatif cepat untuk bisa dipanen hasilnya.
"Dibutuhkan waktu rata-rata 2-4 bulan untuk bisa memanen Lele dan Nila. Sehingga, petani lebih memilih budidaya jenis ikan tersebut, daripada ikan air tawar lainnya," jelas Victor.
Disinggung soal biaya produksi ikan lele, diakuinya ada kesulitan pada pakan ikan pada dua tahun lalu. Namun, demikian saat ini sudah relatif bisa dijangkau oleh petani.
Menurut Victor, sebelumnya petani ikan air tawar sempat mengalami kondisi tidak berimbang, antara biaya produksi terutama pakan, dengan harga jual ikan yang dipanennnya.
"Saat ini, harga jual ikan lele lebih menjanjikan, bisa mencapai Rp 18 ribu/kilogram di tingkat petani. Kalau dulunya, hanya Rp 14 ribu/kilogram, jadi tidak imbang dengan biaya produksi. Petani tidak dapat untung," pungkasnya. (*)
Pewarta | : Khoirul Amin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |