https://malang.times.co.id/
Opini

Pancasila di Persimpangan Jalan

Minggu, 26 Januari 2025 - 18:40
Pancasila di Persimpangan Jalan Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Activist, Media Team of Uinsa Postgraduate Program.

TIMES MALANG, SURABAYA – Akhir-akhir ini banyak sekali kabar terkait polarisasi di Indonesia. Ditandai dengan munculnya perpecahan yang sangat mencolok antara kelompok-kelompok yang memiliki pandangan berbeda terutama dalam hal politik, agama dan identitas. 

Timbulnya perpecahan ini selalu mengarah dan dipicu oleh perbedaan identitas, keyakinan maupun kepentingan politik.
Isu polarisasi sosial di Indonesia telah menjadi isu yang semakin mengkhawatirkan akhir-akhir ini. 

Fenomena ini ditandai dengan terpecahnya masyarakat menjadi kelompok-kelompok yang berseberangan, memiliki pandangan yang berbeda dan sulit menemukan titik temu. Kondisi ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa.

Isu polarisasi dan krisis kepercayaan masyarakat pada Pancasila menjadi bahan pembicaraan dikalangan aktivis maupun para pakar. Hal ini dipicu beberapa faktor mengapa masyarakat saat ini krisis atau kurng percaya dengan pacasila?

Hal ini dipengaruhi oleh masuknya idiologi asing yang ke Indonesia, baik secara langsung maupun tidak langsung yang tentu saja sangat memicu perpecahan dan menggoyahkan pondasi kebangsaan yang telah dibangun sejak lama.

Beberapa contoh yang dapat kita telisik dan sudah bukan rahasia umum yang melandasi terjadinya polarisasi adalah: Pertama, Penyebaran Hoaks dan Ujaran Kebencian. Berbagai macam informasi yang kurang tepat atau bahkan salah menjadi provokatif yang disebarluaskan melalui media sosial dapat memperkeruh suasana dan mempolarisasi masyarakat.

Kedua, Identitas Politik yang Kuat. Identitas yang terlalu kuat dengan kelompok politik tertentu dapat mengaburkan batas-batas rasionalitas dan mempersempit ruang dialog di masyarakat.

Ketiga, Ketidakadilan Sosial. Ketimpangan sosial baik dari segi ekonomi maupun hak dalam penegakan hukum sangat memicu rasa ketidakpuasan dan memicu polarisasi sehingga menimbulkan benturan.

Keempat, Kelemahan Institusi. Lemahnya Lembaga Negara dalam menjalankan fungsinya sangat berdapak pada rasa kepercayaan masyarakat pada institusi negara.

Pengaruh idiologi asing membawa masyarakat menjadi terombang-ambing juga ditandai dengan kurangnya pemahaman masyarakat terhadap idiologi negara kita sendiri sehingga muncul konflik nilai yang tentu sangat berbedan dengan nilai-nilai Pancasila. 

Konflik nilai dapat memicu perdebatan dan perpecahan di masyarakat. Selain itu, Radikalisme dari idiologi asing dapat memicu tumbuhnya paham yang bertentangan sehingga mengancam keamanan dan ketertiban di masyarakat. 

Di barengi dengan identitas kelompok yang masif dari idiologi asing dapat memperkuat identitas kelompok tertentu sehingga memicu perasaan eksklusivitas. Dan yang tidak kalah berbahaya adalah mulai sering munculnya manipulasi informasi yang salah atau diinformasikan dan disebarluaskan melalui media sosial dapat memicu perpecahan dan memperkuat polarisasi.

Dengan adanya polarisasi sangat mempengaruhi kualitas masyarakat yang sudah banyak terkontaminasi idiologi maupun budaya asing sehingga menimbulkan lemahnya nilai-nilai kebangsaan. Seperti adanya radikalisme seringkali mengutamakan kepentingan kelompok tertentu dan mengabaikan nilai-nilai kebangsaan seperti persatuan dan kestuan. 

Hal ini yang sangat membuat masyarakat ragu terhadap Pancasila sebagai idiologi dan perekat bangsa. Paham radikal dapat mencuci otak masyarakat dan membuat masyarakat semakin bersikap intoleran terhadap pendapat dan keyakinan. Akibatnya, muncul perpecahan dan konflik sosial yang merusak tatanan kehidupan bermasyarakat. 

Selaras dengan radikalisme yang terjadi di Indonesia, ekstrimisme juga sangat mempengaruhi pola pikir masyarakat. Munculnya ekstrimisme ditandai adanya beberapa macam seperti ekstrimisme agama, yaitu bentuk ekstrimisme paling umum. 

Kelompok ekstrimis agama seringkali menafsirkan ajaran agama secara sempit dan ekslisif. Serta menggunakan agama sebagai alat untuk membenarkan kekerasan. Yang kedua adalah ekstrimisme idiologi. Selain agama, ekstrimisme dapat muncul dalam bentuk idiologi dalam politik atau sosial tertentu yang ekstrem. 

Kelompok ekstrimis ini seringkali menolak sistem pemerintahan yang ada dan berusaha menggantinya dengan sistem yang dianggap lebih ideal. Dan yang paling berbahaya adalah Ekstrimisme Cyber. Ekstrimisme juga dapat terjadi di dunia maya melalui ujaran kebencian, hoaks dan propaganda yang dapat memicu konflik dan perpecahan.

Kurangnya pemahaman masyarakat terhadap Pancasila juga mendasari polarisasi terjadi di masyarakat. Ini dibarengi dengan melaju pesarnya perkembangan teknologi yang memberikan kemudahan akses informasi melalui media sosial yang membuat masyarakat lebih mudah terpapar informasi yang tidak akurat atau bahkan hoaks. 

Pengaruh globalisasi dan budaya asing yang masuk ke Indonesia dapat menggeser nilai-nilai Pancasila. Serta kurangnya penanaman nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan formal dan informal sehingga wawasan kebangsaan khususnya nilai-nilai dari Pancasila kurang dimengerti.

Dari beberapa isu yang menjadi pembahasan diatas upaya yang sebaiknya kita lakukan Bersama dalam mengurangi dan menambah bagaimana pemahaman masyarakat pada nilai-nilai Pancasila sehingga meminimalisir polarisasi yang terjadi diantaranya:

Pertama, Penguatan Pendidikan karakter yang berbasis nilai-nilai Pancasila diperkuat sejak dini.

Kedua, Meningkatkan Literasi digital di masyarakat agar mampu membedakan informasi yang benar dan hoaks. Dialog antar agama dan antar budaya yang memfasilitasi dialog untuk memperkuat toleransi dan saling pengertian antar masyarakat.

Ketiga, Penegakan hukum yang adil dapat menjaga agar penegakan hukum berjalan adil dan tidak diskriminatif untuk memulihkan kepercayaan masyarakat.

Pengaruh idiologi dan budaya asing menyebabkan polarisasi terjadi di sosial masyarakat. Ini merupakan salah satu tantangan serius bagi keberlangsungan Pancasila sebagai idiologi negara. 

Untuk menangani masalah ini, diperlukan upaya Bersama dari seluruh komponen bangsa dengan memperkuat nilai-nilai Pancasila dan membangun dialog yang konstruktif, sehingga kita dapat meminimalisir bahkan mencegah polarisasi terjadi lebih dalam dan menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

***

*) Oleh : Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Activist, Media Team of Uinsa Postgraduate Program.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.