https://malang.times.co.id/
Opini

Ketegangan Politik Ekonomi Mutakhir Ditengah Polarisasi Global

Senin, 27 Januari 2025 - 11:44
Ketegangan Politik Ekonomi Mutakhir Ditengah Polarisasi Global Rahmat Saleh, S.E., M.Ec.Dev., Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan dan Tim PUNDI.

TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Dunia saat ini tengah menghadapi ketegangan politik ekonomi yang semakin kompleks, dipengaruhi oleh berbagai faktor geopolitik, perubahan teknologi, dan transisi ekonomi global. Polarisasi antara kekuatan besar seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Rusia menjadi episentrum dari dinamika ini, dengan dampak yang meluas ke berbagai negara, termasuk ekonomi berkembang.

Salah satu isu utama adalah perang dagang dan teknologi antara Amerika Serikat dan Tiongkok, yang tidak hanya memengaruhi rantai pasok global tetapi juga mempercepat fragmentasi ekonomi dunia. Amerika Serikat telah memberlakukan sanksi teknologi terhadap perusahaan-perusahaan Tiongkok, sementara Tiongkok merespons dengan mempercepat kemandirian teknologinya, khususnya dalam bidang semikonduktor dan kecerdasan buatan. Ketegangan ini memunculkan fenomena "decoupling," di mana negara-negara dipaksa untuk memilih kubu ekonomi, menciptakan risiko ketidakstabilan perdagangan internasional.

Di sisi lain, invasi Rusia ke Ukraina telah memperburuk krisis energi dan pangan global. Sanksi ekonomi yang diberlakukan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia memicu ketidakseimbangan pasokan energi, terutama gas alam dan minyak mentah, yang berdampak langsung pada harga energi di seluruh dunia. 

Selain itu, Ukraina sebagai salah satu eksportir utama gandum dan pupuk, mengalami hambatan distribusi akibat konflik tersebut, yang menyebabkan krisis pangan di banyak negara berkembang, terutama di Afrika dan Timur Tengah.

Ketegangan juga terlihat dalam isu transisi energi dan perubahan iklim. Sementara negara-negara maju menekan dunia untuk mempercepat dekarbonisasi, banyak negara berkembang menghadapi tantangan dalam mengimbangi kebutuhan pembangunan ekonomi dengan tuntutan keberlanjutan. Pendanaan internasional untuk proyek hijau seringkali dianggap tidak cukup, menciptakan kesenjangan besar antara negara maju dan berkembang.

Lebih jauh lagi, inflasi global yang tinggi telah memaksa banyak bank sentral untuk menaikkan suku bunga, memicu risiko resesi di berbagai negara. Ketegangan ini diperburuk oleh ketidakpastian pasar keuangan, di mana nilai tukar mata uang negara berkembang melemah akibat penguatan dolar AS. Situasi ini menambah beban utang luar negeri negara-negara yang ekonominya bergantung pada pinjaman internasional.

Selain itu, perubahan aliansi geopolitik turut memengaruhi dinamika politik ekonomi dunia. Kemitraan strategis baru seperti BRICS (Brasil, Rusia, India, Tiongkok, dan Afrika Selatan) berupaya menantang dominasi ekonomi Barat, dengan langkah seperti penggunaan mata uang lokal dalam perdagangan internasional. Hal ini menciptakan tantangan baru terhadap sistem ekonomi global yang selama ini didominasi oleh dolar AS.

Di tengah ketegangan ini, tantangan global seperti pandemi yang belum sepenuhnya teratasi dan ancaman perubahan iklim memerlukan kerja sama internasional. Namun, dengan meningkatnya rivalitas dan polarisasi, koordinasi global menjadi semakin sulit dicapai, menciptakan risiko fragmentasi yang semakin dalam.

Ketegangan politik ekonomi dunia terkini tidak hanya menguji stabilitas sistem global, tetapi juga menyoroti kebutuhan akan solusi yang lebih inklusif dan berkelanjutan untuk menghadapi tantangan bersama.

Politik ekonomi Indonesia merupakan perpaduan antara kebijakan domestik, tantangan struktural, dan dinamika global yang terus berubah. Sebagai negara berkembang dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara, Indonesia menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan pemerataan kesejahteraan serta keberlanjutan lingkungan.

Dalam konteks domestik, pemerintah Indonesia terus berupaya mendorong transformasi struktural untuk mengurangi ketergantungan pada sektor primer seperti pertanian dan sumber daya alam. Diversifikasi ekonomi menjadi prioritas, dengan penekanan pada sektor manufaktur, teknologi, dan jasa. 

Program besar seperti hilirisasi industri sumber daya alam, termasuk pengolahan mineral seperti nikel, menunjukkan komitmen Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah ekspor dan mengurangi ketergantungan pada komoditas mentah.

Dari sisi kebijakan fiskal dan moneter, pemerintah dan Bank Indonesia terus berupaya menjaga stabilitas ekonomi di tengah ancaman inflasi global dan gejolak pasar. Peningkatan investasi infrastruktur yang masif dalam dekade terakhir telah memberikan dampak positif pada konektivitas dan pertumbuhan ekonomi di berbagai daerah. Namun, pembiayaan infrastruktur ini seringkali menjadi isu, terutama terkait utang pemerintah dan ketergantungan pada investasi asing.

Di tingkat internasional, Indonesia memegang peran penting dalam organisasi seperti ASEAN dan G20. Posisi ini memberikan peluang strategis untuk memengaruhi kebijakan ekonomi global, terutama dalam isu perdagangan, keberlanjutan, dan transisi energi. 

Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama dalam rantai pasok baterai kendaraan listrik global, meskipun tantangan terkait regulasi dan keberlanjutan masih menjadi perhatian utama.

Selain itu, perubahan iklim menjadi faktor krusial dalam politik ekonomi Indonesia. Sebagai negara yang rentan terhadap bencana alam, kebijakan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim mulai menjadi bagian integral dari strategi pembangunan nasional. Peningkatan pendanaan untuk proyek-proyek hijau, insentif bagi investasi energi terbarukan, dan penurunan emisi karbon adalah beberapa langkah yang telah diambil untuk menghadapi tantangan ini.

Namun, politik ekonomi Indonesia tidak lepas dari tantangan tata kelola, termasuk isu korupsi, birokrasi yang kompleks, dan kesenjangan pembangunan antardaerah. Reformasi struktural di bidang perizinan, investasi, dan tenaga kerja yang dituangkan dalam Undang-Undang Cipta Kerja adalah upaya besar untuk meningkatkan daya saing Indonesia di kancah global. Meski demikian, implementasi kebijakan tersebut sering menghadapi resistensi sosial dan politis yang perlu dikelola secara bijaksana.

Secara keseluruhan, politik ekonomi Indonesia berada dalam fase transisi yang menuntut kombinasi kebijakan pragmatis, inovasi, dan komitmen terhadap keberlanjutan. Keberhasilan Indonesia dalam mengatasi tantangan ini tidak hanya akan menentukan masa depan ekonominya, tetapi juga posisi strategisnya dalam arsitektur ekonomi global.

***

*) Oleh : Rahmat Saleh, S.E., M.Ec.Dev., Dosen Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Ahmad Dahlan dan Tim PUNDI.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.