https://malang.times.co.id/
Opini

Wujudkan Ekonomi Berbasis Intelektualitas

Senin, 17 Maret 2025 - 00:45
Wujudkan Ekonomi Berbasis Intelektualitas Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Activist, Media Team of Uinsa Postgraduate Program.

TIMES MALANG, SURABAYA – Dalam era globalisasi dan digitalisasi yang berkembang pesat, bangsa yang ingin maju harus memiliki narasi bernegara yang jelas dan kuat. Narasi ini tidak hanya mencerminkan identitas dan cita-cita nasional, tetapi juga menjadi pedoman bagi setiap kebijakan yang diambil oleh pemerintah serta arah pembangunan bangsa.

Salah satu aspek krusial yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana membangun ekonomi berbasis intelektualitas. Di mana kreativitas, inovasi, dan pengembangan ilmu pengetahuan menjadi fondasi utama.

Sayangnya, dalam beberapa dekade terakhir, narasi pembangunan di Indonesia masih banyak berfokus pada eksploitasi sumber daya alam dan tenaga kerja murah, alih-alih memanfaatkan kekuatan intelektual sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi.

Ekonomi Berbasis Intelektualitas Pilar Kemajuan Berkelanjutan

Narasi bernegara selalu menjadi isu yang menarik untuk diperbincangkan, terutama ketika berbicara mengenai arah pembangunan ekonomi suatu bangsa. Indonesia, dengan segala kekayaan sumber daya alamnya, kerap terjebak dalam paradigma ekonomi berbasis eksploitasi sumber daya alam tanpa memberikan porsi yang cukup bagi pengembangan ekonomi berbasis intelektualitas.

Kejanggalan dalam narasi ini terlihat jelas ketika negara masih mengandalkan komoditas mentah sebagai tulang punggung ekonomi, padahal sejarah telah membuktikan bahwa negara-negara maju justru bertumpu pada pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan inovasi.  

Ekonomi berbasis sumber daya alam yang masih mendominasi diskursus kebijakan di Indonesia sesungguhnya tidak selaras dengan perkembangan zaman. Dalam era industri 4.0 dan transisi menuju ekonomi digital, eksploitasi sumber daya alam bukan lagi strategi yang dapat membawa kemajuan berkelanjutan.

Negara-negara dengan sumber daya alam melimpah sering kali terjebak dalam "kutukan sumber daya alam" atau resource curse, yang menyebabkan ketergantungan terhadap ekspor komoditas mentah tanpa ada upaya diversifikasi yang signifikan.

Kejanggalan dalam narasi bernegara ini terlihat ketika Indonesia terus menerus menonjolkan sektor pertambangan, perkebunan, dan perikanan dalam pembangunan ekonomi, sementara pengembangan sumber daya manusia dan teknologi belum menjadi prioritas utama.

Misalnya, kebijakan hilirisasi yang belakangan gencar dilakukan tetap bergantung pada eksploitasi sumber daya alam, bukan pada pengembangan ilmu pengetahuan yang bisa menciptakan inovasi dan nilai tambah lebih besar.

Hal ini kontras dengan negara-negara maju seperti Korea Selatan dan Jepang yang meskipun memiliki sumber daya alam yang minim, mampu membangun ekonomi yang kuat berbasis intelektualitas dan inovasi.  

Membangun Ekosistem Ekonomi Berbasis Intelektualitas

Ekonomi berbasis intelektualitas jauh lebih berkelanjutan daripada ekonomi berbasis sumber daya alam. Intelektualitas tidak terbatas dan terus berkembang, sementara sumber daya alam memiliki keterbatasan dan dapat habis.

Negara yang bergantung pada eksploitasi sumber daya alam akan menghadapi tantangan besar saat cadangan alam mulai menipis atau ketika harga komoditas global mengalami fluktuasi.  

Sebagai contoh, negara-negara seperti Amerika Serikat dan Jerman membangun ekonomi mereka dengan bertumpu pada riset dan pengembangan (R&D), teknologi tinggi, serta inovasi industri. Mereka menanamkan investasi besar di sektor pendidikan dan penelitian, sehingga melahirkan banyak perusahaan berbasis teknologi yang kini mendominasi pasar global.

Perusahaan seperti Google, Apple, dan Tesla adalah contoh nyata bagaimana ekonomi berbasis intelektualitas mampu menciptakan nilai tambah yang jauh lebih besar dibandingkan dengan hanya mengekspor bahan mentah.  

kebijakan ekonomi harus mendukung transformasi digital dan adopsi teknologi. Di era industri 4.0, digitalisasi menjadi kunci dalam meningkatkan efisiensi dan daya saing ekonomi. Pemerintah harus mendorong penggunaan teknologi digital di berbagai sektor, termasuk pertanian, manufaktur, dan layanan, agar dapat meningkatkan produktivitas serta menciptakan peluang ekonomi baru.

Selain itu, investasi dalam riset dan pengembangan harus ditingkatkan. Saat ini, anggaran untuk riset dan inovasi di Indonesia masih tergolong rendah dibandingkan dengan negara-negara maju. Padahal, inovasi dan riset merupakan kunci utama untuk menciptakan produk bernilai tambah tinggi yang bisa bersaing di pasar global.  

Narasi Bernegara yang Berorientasi pada Intelektualitas

Untuk mewujudkan ekonomi berbasis intelektualitas, diperlukan perubahan paradigma dalam berbagai aspek kebijakan. Pemerintah harus mulai mengurangi ketergantungan pada eksploitasi sumber daya alam dan lebih fokus pada pengembangan industri berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.  

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat ekosistem startup dan industri kreatif. Sektor ini memiliki potensi besar dalam menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan daya saing ekonomi nasional.

Negara-negara seperti Estonia dan Singapura telah membuktikan bahwa dengan mengembangkan ekosistem digital yang kuat, mereka mampu menjadi pusat inovasi global meskipun memiliki keterbatasan sumber daya alam.  

Selain itu, perlu adanya reformasi dalam sistem pendidikan agar lebih menekankan pada pengembangan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri masa depan. Kurikulum pendidikan harus lebih adaptif terhadap perkembangan teknologi, serta mendorong mahasiswa dan pelajar untuk berpikir kreatif dan inovatif.  

Pemerintah juga harus lebih proaktif dalam menciptakan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri berbasis pengetahuan. Insentif bagi perusahaan yang berinvestasi dalam riset dan pengembangan harus diperkuat, sementara hambatan birokrasi yang menghambat inovasi harus diminimalisir.  

Kejanggalan dalam narasi bernegara yang masih bertumpu pada eksploitasi sumber daya alam harus segera dikoreksi. Ekonomi berbasis sumber daya alam bukanlah jalan menuju kemajuan berkelanjutan, melainkan jebakan yang dapat membuat negara terjebak dalam ketergantungan dan stagnasi.  

Pada akhirnya, keberhasilan membangun ekonomi berbasis intelektualitas akan membawa manfaat besar bagi kesejahteraan rakyat. Tidak hanya menciptakan lapangan kerja berkualitas, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Saatnya Indonesia memperbaiki narasi bernegaranya agar tidak hanya menjadi negara yang besar secara geografis, tetapi juga besar dalam kontribusi ilmu pengetahuan dan teknologi bagi dunia.

***

*) Oleh : Ahmad Fizal Fakhri, S.Pd., Assistant Professor at Uinsa, Activist, Media Team of Uinsa Postgraduate Program.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

 

____________
**) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

**) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

**) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.