https://malang.times.co.id/
Opini

Menunggu Malam Romantis di Bulan Ramadan

Senin, 17 Maret 2025 - 11:04
Menunggu Malam Romantis di Bulan Ramadan Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru

TIMES MALANG, RIAU – Dalam konteks bulan Ramadan yang hanya hadir sekali dalam setahun, maka malam tersebut sudah tidak aneh dan asing lagi bagi umat Islam yang cemburu untuk mengejar amal shaleh dan keridhaan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Suatu malam yang sangat dinantikan dan dirindui oleh orang-orang shaleh dari zaman Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam hingga hari kiamat kelak.

Perlu diingat dan garis bawahi bahwa surga dengan segala kenikmatan tak terkira didalamnya hanya dapat diraih dengan bersusah payah dan perjuangan, dan mustahil akan dapat diraih hanya dengan usaha yang biasa-biasa saja atau hanya ala kadarnya.

Bisa jadi akan dapat diraih surga jika masih ada setitik iman ketika menghadap Allah serta tidak berbuat syirik diakhir hayatnya. Namun mungkin dia adalah orang-orang terakhir penghuni surga setelah terlebih dahulu dibersihkan di neraka, yang lamanya tentu sesuai kadar dosa yang ia lakukan, bisa 1 tahun, 10 tahun, 100 tahun dan seterusnya.

Sebagai ilustrasi saja, di dunia saja untuk bisa mendapatkan rumah layak huni dengan segala asesoris di dalamnya tidak bisa didapatkan dengan mudah dan berleha-leha, bahkan terkadang didapatkan dengan cara mencicil sepuluh tahun bahkan lebih. Dan juga berapa banyak juga warga masyarakat yang telah bekerja keras tidak bisa memiliki rumah layak huni, dan terpaksa menyewa atau kontak rumah hingga azal menjemput.

Apakah lagi untuk mendapatkan rumah abadi dengan segala kemewahan didalamnya, yang digambarka Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam sebagai tempat yang luasnya seluas langit dan bumi, belum pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga dan terbayang dalam angan-angan. Bahkan dikisahkan harga sebuah tongkat emas di surga, nilainya lebih berharga daripada dunia dan segala isinya.

Di dalam surga semuanya adalah keindahan, kebaikan, kegembiraan, kesenangan, kedamaian, keabadian, dan tidak ada lagi kesedihan, penderitaan, gundah gulana, cekcok, huru-hara, kedengkian, amarah dan kebencian para penghuninya. Semuanya indah, baik, menyenangkan dan keabadian. Tidak ada percekcokan, kebencian, iri hati, sikut-menyikut satu dengan yang lainnya.

Bahkan lebih jauh lagi digambarkan, jika di dunia ada yang beristri lebih dari satu dan kerap bertengkar dan cekcok antara sesama istri dan itu adalah lumrah adanya sebagai manusia, tetapi di surga antara satu istri dengan istri lainnya justru sebaliknya, saling mencintai dan penuh kasih sayang tanpa ada kebencian dan iri hati satu dengan yang lainnya.

Oleh karena itu, untuk meraih surga (jannah) tidak bisa didapatkan jika hanya mengandalkan amal shaleh hamba selama di dunia, dalam pengertian tidak sanggup amal shaleh, seshaleh apapun termasuk amal shaleh Baginda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam yang sampai bengkak kakinya berdiri ketika lamanya berdiri shalat malam (qiyamul lail) dan ditambah  amalan shaleh lainnya seperti; berjihad, sedekah, puasa, haji dan yang lainnya yang tentu paling sempurna, juga tidak sanggup untuk menebus surga.

Kenapa? karena tingginya nilai (value) dari surga tersebut, yang tidak ada bandingannya dengan kemegahan dunia sekarang. Kemegahan duniawi sekarang, hanya ibarat setetes dari air lautan yang begitu luas jika dibandingkan kemegahaan dan kegemerlapan  surga dengan segala asesoris yang ada di dalamnya, seperti; sungai-sungai yang mengalir di dalamnya, buah-buahan, minumannya, pakaiannya,  dipan-dipannya, permadani, bidadari dan kemewahan lainnya yang tak terkira dan bertepi.

Surga dengan segala kemewahan didalamnya hanya dapat diraih dengan rahmat dan kasih sayang dari Allah semata. Rahmat dan kasih sayang dari Allah tentu akan didapat jika hambanya bertaqwa kepada Allah, dengan menjalankan seluruh perintahnya, dan menjauhi segala yang dilarangnya sesuai dengan petunjuk yang telah disampaikan oleh Nabi dan dipraktekkan dalam alam  nyata oleh para sahabat Nabi ridwanullah ajma’in.

Puasa ramdan adalah pendidikan (tarbiyah) tahunan untuk mencapai derajat taqwa, sebagaimana firman Allah dalam Surat Albaqarah ayat  183, yang artinya “ Hai orang-orang yang beriman diwajibkan atas kalian berpuasa (di bulan ramadan), sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertaqwa’.

Bonus Pahala

Disadari, bahwa usia umat Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi Wassalam adalah relatif pendek, hanya berkisar 60 hingga 70 tahun, berbandingkan umat-umat terdahulu yang sangat panjang, seperti usia umat Nabi Nuh ‘Alahi Wassalam yang mencapai 950 tahun, usia umat Nabi Musa ‘Alahissalam, dan yang lainnya.

Namun keistimewaan umat ini, walaupun umur pendek namun banyak bonus pahala yang ditawarkan oleh Allah, seperti disinggung dalam judul di atas, “Menunggu Malam Romantis” yang lebih kita kenal dengan malam lailatul qodar.

Bayangkan, Baginda Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam saja yang sudah dijamin masuk surga, tetap dan tunak untuk menunggu malam tersebut, semenjak diturunkan wahyu perintah berpuasa di bulan ramadan.

Nabi tidak pernah absen untuk melakukan i’tikaf di mesjid pada 10 malam terakhir bulan ramadan. Nabi sudah mewanti-wanti untuk mencari malam lailatul qodar dalam bilangan ganjil pada sepuluh malam terakhir, yaitu malam ke 21, 23, 25, 27 dan 29.

Walaupun di sebagian negara ada yang berkeyakinan malam lailatul qodar itu diturunkan Allah pada malam ke 27 seperti tradisi di Turki. Sehingga khsusus pada malam tersebut kaum muslimin berbondong-bondong mendatangi mesjid untuk melakukan i’tikaf.

Apa hikmah dirahasiakan diturunkan malam lailatul qodar? Diantaranya adalah agar kaum muslimin bersungguh-sungguh dan serius untuk mencarinya. Nabi dan para sahabatanya serta orang-orang shaleh sejak berzaman adalah para pemburu malam lailatul qodar.

Mereka sudah jauh-jauh hari sebelum ramadan tiba mempersiapkan bekal dan pasang niat untuk melakukan i’tikaf. Kenapa? karena mereka mengharapkan bonus pahala yang sangat luar biasa jika beramal shaleh di malam itu.

Dimana ganjarannya sebagaimana yang sudah viral dan jamak diketahui umat Islam adalah setara 1000 bulan atau eqivalen 83 tahun, yang melebihi rerata umur umat ini. Makanya malam ini penuh berkah, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an, Surat Al-Qadr ayat 3-5, yang artinya “Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.

Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”.

Seterusnya bagaimana persiapan untuk menyambut malam yang penuh romantis tersebut? Pertama, adalah pasang niat dan tekad untuk menyambutnya dengan segenap jiwa dan raga, serta pengorbanan. Boleh jadi, ramadan ini adalah ramadan terakhir bagi kita.

Kedua, jaga kondisi tubuh dengan baik, agar pada 10 hari terakhir ramadan kondisi tetap fit, tentu dengan cara menu makan seimbang dan bergizi, menjag kesehatan, tidur yang cukup jika tidak beribadah, dan tetap berolahraga rutin untuk menjaga kebugaran.

Ketiga, persiapkan bekal finansial untuk diri sendiri serta keluarga (istri dan anak), jangan gegara i’tikaf, istri dan anak terlantar kehidupannya. Keempat, berteman dengan orang-orang shaleh, khususnya orang terdekat (istri/suami) untuk saling mensupport.

Keempat, siapkan sedekah dan infak terbaik pada 10 malam terakhir, infak dan sedekah yang paling ikhlas, dan ingat Allah tidak pernah melihat besaran dan jumlah yang disedekahkan, yang paling utama adalah keikhlasan, berapun besarnya.

Boleh jadi menurut hambanya kerdil dan tak bernilai, namun boleh jadi disisi Allah bernilai sangat luar biasa, karena keikhlasan dan perjuangan hamba dalam menginfakkan hartanya. Sebagai ilustrasi sederhana, seorang hamba yang hanya menginfakkan sebesar Rp. 5000.

Namun, uang tersebut ketika itu adalah satu-satunyan yang dimilikinya dan dia juga sangat butuh dengan uang tersebut, namun dia infakkan karena mengharapkan keridhaan Allah, bisa jadi nilainya akan berbeda dengan seorang konglomerat dengan harta yang tidak terbatas, dengan enteng berinfak 10 juta pada setiap 10 malam terakhir ramadan.

Bahkan Nabi juga sudah mengingatkan jangan remehkan sedekahmu, walaupun dengan sebiji kurma. Allah tidak pernah meremehkan kebajikan hambanya yang penuh keikhlasan.

Sebaliknya Allah tidak berharap setetespun dan bahkan menolaknya mentah-mentah orang yang berinfak dan bersedekah  walaupun emas sebesar Gunung Uhud, jika itu dilakukan dengan riya, ingin pamer dan mendapatkan apresiasi dan iklan ditengah masyarakat.

Perlu juga diingat, bahwa pahala malam lailatul qodar juga bisa merebak dan menyebar luas, tidak hanya kepada yang beri’tikaf, tapi juga kepada orang-orang yang menyumbang dan berpartisipasi terselenggaranya i’tikaf di mesjid, seperti pengurus mesjid, panitia i’tikaf, para donatur dan yang lainnya. Allah sangat luas rahmat dan kasih sayangNya.

Terakhir, adalah dengan memperbanyak do’a kepada Allah agar diberikan kekuatan, kemudahan dan kelancaran untuk mengisi malam lailatul qodar. Serta berdo’a dipanjangkan umur untuk sampai mengkhatamkan bulan ramadan tahun ini. Selamat menanti dan mengisi malam romantis yang tinggal beberapa hari lagi. Mari sama sama kita untuk meraih dan mendapatkan sensasinya.

***

*) Oleh : Dr. Apriyan D Rakhmat, M.Env, Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik, Universitas Islam Riau, Pekanbaru.

*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.

Pewarta : Hainor Rahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.