TIMES MALANG, WONOGIRI – 100 hari pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka telah membuka banyak hal. Apa yang terjadi hari ini tidak terlepas dengan apa yang terjadi pada masa lalu. Idealisme Prabowo luntur seiring dengan ambisinya menjadi presiden.
Pada Pilpres 2009, Prabowo maju sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati. Pilpres 2014 Prabowo mencalonkan diri sebagai calon presiden berpasangan dengan Hatta Rajasa. Pilpres 2019 mencalonkan diri lagi berpasangan dengan Sandiaga Uno dan gagal lagi.
Sebuah keputusan yang mengejutkan diambil pada 23 Oktober 2019. Prabowo resmi dilantik sebagai Menteri Pertahanan dalam Kabinet Indonesia Maju periode 2019-2024, menandai langkah rekonsiliasi politik antara kedua tokoh.
Setelah tiga kali gagal, Pemilihan presiden 2024, Prabowo kembali mencalonkan diri pada Pilpres 2024 berpasangan dengan Gibran sebagai calon wakil presiden. Meski menuai kontroversi terutama terkait perubahan batas usia dalam putusan MK.
Sebelum Gibran mencalonkan diri, syarat usia minimal menjadi calon presiden atau wakil presiden adalah 40 tahun, namun pada 16 Oktober 2023, MK mengabulkan gugatan yang memungkinkan seseorang di bawah 40 tahun mencalonkan diri jika pernah menjabat sebagai kepala daerah.
Putusan itu membuka jalan bagi Gibran mengingat saat itu Anwar Usman adalah paman Gibran. Dugaan konflik kepentingan semakin menguat setelah Majelis Kehormatan Mahkamah Konstitusi (MKMK) memutuskan Anwar Usman melanggar etik, dan akhirnya di copot dari jabatan.
Publik melihat “cawe-cawe” dinasti politik Jokowo dalam Pilpres 2024. Meskipun menuai kontroversi, pasangan Prabowo-Gibran tetap memenangkan Pilpres 2024 dan dilantik pada Minggu, 20 Oktober 2024.
Seolah tidak percaya diri dan dihadapkan pada situasi sulit antara tidak ingin mengambil resiko tidak terpilih lagi, sehingga mengajak berubah haluan memilih wakil dari anak presiden pendahulu. Mengiyakan bahwa program yang telah lalu harus di selesaikan.
Pendidikan dan Hukum Koruptor
Sejarah telah membuktikan pendidikan yang harus diutamakan dan korupsi yang harus di amputasi. Apakah negeri ini tidak belajar sejarah? Lee Kuan Yew pada tahun 1965 ketika dia memimpin Singapura adalah negera miskin yang dibuang Malaysia.
Di tahun yang sama Indonesia mengalami pergolakan sehingga pada tahun 1967 Soeharto memimpin. Soeharto lengser pada tahun 1998 setelah memimpin 32 tahun, turun tahta tidak dengan “smooth” harus di demo.
Apa yang terjadi dengan Lee Kuan Yew? Ia menyiapkan generasi selanjutnya, mendampingi penerusnya agar Singapura masih dalam pengawasannya. Singapura tidak memiliki sumber daya alam yang memadai maka penguasa berupaya memiliki sumber daya manusia unggul. Lee Kuan Yes memfokuskan pendidikan dan zero tolerance for corruption.
Malaysia di tahun-tahun yang hampir bersamaan mengirim warganya tanpa pandang bulu untuk berkuliah di Indonesia dan ada yang di negara lain dengan biaya dari pemerintah Malaysia. Sehingga konon faktanya Malaysia harus mendatangkan guru dari Indonesia. Ketika itu penduduk Indonesia dininabobokan dengan Indonesia Macan Asia, dan itu membuat terlena.
Program Takesra atau BLT yang hari ini diketahui bersama adalah hak sebagai warga negara sebagaimana pasal 33 ayat 3 berbunyi bumi air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Apakah hingga sekarang fasilitas itu dirasakan dengan baik?
Sudah menjadi rahasia umum kawasan Freeport menjadi kawasan modern elit yang rasanya tidak berada di Indonesia tapi berada di negara lain. Tambang emas itu itu memang ada, dan sama-sama diketahui seperti apa rakyat Papua, bahkan hari ini mereka menuntut pendidikan gratis bukan makan bergizi gratis. Ironi.
Kenapa Indonesia tidak berbenah? Belajar dari kesalahan masa lalu. Negara mana yang tidak hancur, apa yang dimiliki Korea 40 tahun lalu? Apa yang dimiliki Jepang ketika bom Hiroshima dan Nagasaki? Nothing. Apa yang dilakukan Manila? Mereka menghukum koruptor.
Memang tidak bisa langsung, ciptakan perubahan selagi masih bisa karena Presiden punya kekuasaan. Jangan takut dengan Jenderal lainnya. Prapowo ahli strategi, referensi buku sejarah yang sudah Anda baca pasti jauh lebih banyak dari rata-rata rakyat Indonesia.
Jangankan buku, yang ada di pikiran rakyat adalah kerja untuk terus bertahan hidup. Backup Presiden adalah 200 juta penduduk Indonesia dikurangi kroni pejabat yang tidak setuju di usut.
Lakukan yang harus dilakukan fokus pada dua hal pendidikan dan korupsi itu adalah pertahanan tertinggi suatu Bangsa. Kembalilah pada idealismemu.
***
*) Oleh : Atik Nurfatmawati, S.E., M.I.Kom., Dosen Prodi KPI STAIMAS, Ketua STAIMAS Wonogiri.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |