TIMES MALANG, MALANG – Pemerintah terus menggenjot modernisasi pertanian guna meningkatkan produktivitas serta kesejahteraan petani. Sebagai bagian dari upaya tersebut, Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan RI) menggelar panen perdana melon yang ditanam menggunakan teknologi Low Cost Smart Green House di Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, Lawang, Kabupaten Malang, pada Jumat (21/2/2025).
Kepala BPPSDMP, Idha Widi Arsanti, yang memimpin langsung kegiatan ini, menegaskan bahwa penerapan teknologi smart farming merupakan salah satu prioritas pemerintah dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Menurutnya, teknologi ini memungkinkan petani meningkatkan hasil panen secara lebih efisien dengan investasi yang relatif terjangkau.
“Dengan teknologi Low Cost Smart Green House, petani bisa mendapatkan Return on Investment (ROI) hingga 112%, dengan estimasi waktu pengembalian modal antara dua hingga empat tahun, tergantung pada harga jual melon,” ujar Idha dalam keterangannya.
Ia juga mengungkapkan bahwa hasil panen melon yang menggunakan metode ini dapat dijual dengan harga berkisar Rp25.000 hingga Rp35.000 per kilogram, yang menjadi peluang besar bagi peningkatan pendapatan petani. Lebih lanjut, Idha menekankan bahwa BBPP Ketindan telah menyiapkan akses pasar untuk para petani yang mengadopsi teknologi ini, termasuk ke jaringan supermarket, pasar modern, serta peluang kerjasama dengan sektor perhotelan dan katering.
Dukungan Pemerintah untuk Smart Farming
Penerapan Low Cost Smart Green House di BBPP Ketindan merupakan tindak lanjut dari arahan Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, yang sebelumnya meninjau lokasi dan menegaskan pentingnya inovasi dalam sektor pertanian. Pemerintah berupaya mendorong petani milenial untuk terlibat aktif dalam sistem pertanian modern berbasis teknologi guna menghadapi tantangan perubahan iklim dan kebutuhan pangan yang terus meningkat.
Dalam kesempatan yang sama, Idha Widi Arsanti juga membuka pelatihan Low Cost Smart Farming dan menutup pelatihan Formulator Pakan Ruminansia yang diikuti oleh 300 peserta. Para peserta yang terdiri dari penyuluh dan petani milenial se-Jawa Timur ini diharapkan mampu mengimplementasikan teknologi pertanian cerdas dalam praktik mereka sehari-hari.
“Kami ingin lebih banyak petani milenial yang memanfaatkan Teknologi Internet of Things (IoT) dalam pertanian mereka. Ini tidak hanya meningkatkan hasil produksi, tetapi juga memberikan akses pasar yang lebih luas dan efisien,” lanjutnya.
Meningkatkan Daya Saing dan Reinvestasi
Selain sebagai langkah strategis dalam modernisasi pertanian, teknologi Low Cost Smart Farming juga diharapkan dapat menjadi solusi bagi peningkatan daya saing produk pertanian Indonesia. Idha menyatakan bahwa dalam empat tahun ke depan, keuntungan dari sistem ini dapat digunakan untuk reinvestasi, guna membangun Smart Green House yang lebih besar dan berkelanjutan.
“Pemerintah berkomitmen untuk memberikan pendampingan kepada petani dan penyuluh dalam mengadopsi teknologi ini. Dengan adanya akses pasar yang sudah kami siapkan, hasil pertanian yang lebih berkualitas akan lebih mudah diterima oleh industri,” tambahnya.
Program smart farming ini selaras dengan agenda besar Kementerian Pertanian dalam mewujudkan pertanian berbasis teknologi yang inklusif dan berkelanjutan. Dengan adanya inovasi ini, petani diharapkan tidak hanya mampu meningkatkan produksi, tetapi juga mengurangi ketergantungan pada pola tanam tradisional yang lebih rentan terhadap perubahan cuaca dan gangguan hama.
Ke depan, BPPSDMP dan BBPP Ketindan akan terus melakukan evaluasi dan pengembangan teknologi smart farming ini agar semakin banyak petani di Indonesia yang dapat merasakan manfaatnya. Dengan kebijakan yang terintegrasi antara pemerintah pusat dan daerah, modernisasi pertanian diharapkan bisa menjadi pilar utama dalam meningkatkan kesejahteraan petani sekaligus menjaga ketahanan pangan nasional.(*)
Pewarta | : Ferry Agusta Satrio |
Editor | : Imadudin Muhammad |