TIMES MALANG, MALANG – Menteri Pertanian (Mentan), Andi Amran Sulaiman terus berupaya meningkatkan produksi pangan strategis. Hal ini tentunya perlu dukungan dari SDM pertanian yang memiliki potensi besar yang berasal dari usia produktif.
Sebagai bagian dari upaya ini, Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, melakukan kunjungan kerja ke Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan, pada Jumat (21/2/2025), untuk membuka secara resmi pelatihan Short Term Low Cost Farming yang diikuti oleh 300 peserta yang terdiri dari para petani millenial program YESS (Youth Enterpeneur and Employment Support Services) dari berbagai daerah. Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan dan pengetahuan para petani muda dalam mengelola pertanian dengan biaya rendah namun hasil optimal.
Dalam kesempatan tersebut, Idha Widi Arsanti mengungkapkan bahwa pelatihan yang dilaksanakan saat ini merupakan bentuk kerjasama antara pihak Inakor (Korea), Dirjen Hortikultura, serta Densus 88, yang telah dimulai sejak tahun 2024. Kerjasama ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas sektor pertanian dan peternakan di Indonesia.
Dalam kunjungannya, Idha berkesempatan memanen buah melon yang ada di kebun greenhouse smart farming BBPP Ketindan dengan populasi sebanyak 800 pohon yang merupakan greenhouse melon premium dengan varietas sweet lavender yang memiliki tingkat kemanisan hingga 16 Brix dengan tekstur yang kranci pada daging buahnya.
Hal ini merupakan contoh bahwa petani millenial zaman sekarang tidak harus terjun ke lahan sepenuhnya, dengan menggunakan smart farming petani bisa melakukan perawatan secara daring atau menggunakan gawai. Pada pelatihan Short Term Low Cost Farming kali ini dapat membuka wawasan petani millenial untuk lebih terbuka terhadap perubahan dan inovasi dalam sektor pertanian, serta membentuk komunitas petani yang saling mendukung dan berkolaborasi untuk menciptakan ekosistem pertanian yang lebih berkelanjutan.
Menurutnya, petani millenial memegang peranan penting dalam mengubah wajah pertanian Indonesia. Mereka diharapkan tidak hanya menguasai teknik pertanian konvensional, tetapi juga harus bisa mengadopsi teknologi baru sebagai suatu keharusan.
"Adopsi teknologi bagi petani millenial adalah kunci untuk menciptakan pertanian yang efisien, ramah lingkungan, dan mampu bersaing di pasar global," tegasnya.
Pada kesempatan ini Idha juga menutup pelatihan formulator pakan (Ruminansia) dan juga menambahkan bahwa setelah pelatihan formulator pakan ruminansia, BPPSDMP akan melanjutkan dengan pelatihan Juleha (jurusan sembelih halal) untuk memberikan pelatihan kepada para petani dan peternak tentang pentingnya proses pemotongan hewan yang sesuai dengan standar halal.
"Pelatihan Juleha akan memberikan pemahaman lebih dalam mengenai proses pemotongan hewan yang benar dan sesuai syariat, yang pada gilirannya dapat memenuhi permintaan pasar dari hotel dan instansi yang membutuhkan produk daging berkualitas tinggi," jelasnya.
Kerjasama ini juga membuka potensi pasar baru, terutama dari hotel-hotel besar dan instansi-instansi yang membutuhkan pasokan daging yang dipotong dengan benar dan halal. Dengan demikian, pelatihan ini juga akan memberikan manfaat besar bagi para peternak dalam memperluas jaringan dan meningkatkan kualitas produk mereka.
Dengan pelatihan yang komprehensif dan kerjasama yang kuat, BPPSDMP berharap dapat menghasilkan petani dan peternak millenial yang tidak hanya siap bersaing di pasar lokal, tetapi juga mampu membuka peluang pasar internasional. Sektor pertanian dan peternakan Indonesia akan terus berkembang menjadi lebih modern, berkelanjutan, dan siap memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin berkembang. (*)
Pewarta | : Rochmat Shobirin |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |