https://malang.times.co.id/
Opini

Ekonomi Ramadan

Sabtu, 22 Februari 2025 - 18:41
Ekonomi Ramadan Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

TIMES MALANG, YOGYAKARTA – Sebentar lagi Ramadan tiba. Seluruh insan umat muslim bergembira menyambutnya. Suasana hadirnya Ramadan mulai terasa saat masjid mulai terang dihiasi lampu gemerlap, bermacam-macam spanduk dorongan untuk beramal dan ibadah terpampang disudut-sudut sekitarnya.

Demikian juga dengan para pedaganf dan pebisnis yang sangat antusias mempersiapkan lapak untuk menjual takjil untuk berbuka puasa dan bermacam-macam perlengkapan untuk ibadah.

Tapi di sisi lain, di balik euforia menyambut Ramadan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, dimana tekanan berat ekonomi global masih dirasakan oleh semua sektor, termasuk sektor mikro. Tidak sedikit masyarakat yang justru mulai menata Kembali keuangan rumah tangga, Apa penyebabnya?

Naiknya Harga Barang dan Jasa

Pada bulan Ramadan, permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa, terutama kebutuhan pokok seperti makanan, minuman, dan pakaian, meningkat secara signifikan. Sebagai dampaknya harga barang dan jasa ikut tergerek naik.

Sejalan dengan teori yang menyebutkan bahwa ketika permintaan meningkat sementara penawaran tetap, harga barang dan jasa akan cenderung naik. Lonjakan permintaan selama Ramadan menyebabkan pergeseran kurva permintaan ke kanan.

Yang mendorong harga keseimbangan naik jika pasokan tidak segera menyesuaikan. Meski demikian, biasanya produsen memproduksi mereka ke bulan sebelumnya untuk memperkirakan lonjakan permintaan di bulan Ramadan.

Kebiasaan buka puasa Bersama keluarga atau kolega kantor adalah contoh peningkatan belanja makanan. Ini meningkatkan permintaan akan bahan pokok makanan. Belum lagi, setiap masjid mempunyai program buka puasa dan sahur gratis menghidupkan bisnis kuliner dan makanan.

Menariknya, berdasarkan hasil studi Moonfolks Quick Online Panel 2024 dan Jakpat Ramadan Study 2024, menunjukkan bahwa Acara buka puasa bersama (iftar gathering) menempati posisi kedua dengan 77% responden mengalokasikan dana untuk kegiatan ini. Ini mencerminkan peningkatan konsumsi masyarakat yang khas selama bulan Ramadan.

Filantropi Islam

Meskipun menghadapi tantangan ekonomi, masyarakat Indonesia tetap memprioritaskan kegiatan amal selama Ramadan. Sebanyak 42% responden berencana mengalokasikan lebih banyak dana untuk zakat dan sadaqah tahun 2025 (Moonfolks Quick Online Panel 2024 dan Jakpat Ramadan Study 2024).

Ini menunjukkan adanya rasa tanggung jawab sosial yang lebih besar selama bulan suci ini. Sementara itu, distribusi pengeluaran selama ramadan menunjukkan bahwa zakat, infaq, dan sadaqah menjadi prioritas tertinggi dengan 84% responden mengalokasikan dana untuk kegiatan ini.

Inflasi

Fenomena naiknya harga barang di Masyarakat disebut inflasi. Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan barang kebutuhan pokok, yang biasanya mengarah pada kenaikan harga.

Ekonomi Ramadan melahirkan inflasi musiman yang hanya terjadi di bulan Ramadan. Dampak inflasi musiman ini diantaranya harga bahan pokok melonjak, potensi pendapatan pedagang musiman.

Seharusnya, apa bisa yang dilakukan? Di tengah tantangan ekonomi dan lonjakan harga yang terjadi, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan agar Ramadan tetap bermakna.

Pertama, bijak dalam berbelanja. Kita memilih prioritas belanja kebutuhan pokok dan berusaha menghindari belanja yang tanpa direncanakan sebelumnya.

Tertarik dengan promo barang di berbagai toko online, misalnya. Cara yang bisa dilakukan dengan membuat anggaran khusus Ramadan supaya membantu mengontrol pengeluaran.

Kedua, tetap menjaga semangat untuk berbagi dalam bentuk zakat, infak atau sedekah sesuai dengan perencanaan keuangan keluarga.

Ketiga, salah satu faktor penyumbang inflasi musiman saat Ramadan adalah lonjakan konsumsi yang berlebihan. Dengan mengelola pola konsumsi secara bijak, bisa membantu mengurangi tekanan permintaan yang menyebabkan harga naik.

Misalnya, dengan membeli bahan makanan secukupnya dan menghindari penimbunan, kita ikut menjaga stabilitas harga di pasar. Selain itu, membeli produk lokal dari pedagang kecil bisa mendukung ekonomi mikro dan mengurangi risiko inflasi lebih lanjut.

Ramadan bukan sekadar menjalankan kewajiban ibadah, dengan memperbanyak qiyamul lail, tadarus al-Quran dan ibadah lainnya. Ramadan memutar dan menggerakkan roda perekonomian ditengah tekanan ekonomi global. (*)

***

*) Oleh : Rofiul Wahyudi, Dosen Perbankan Syariah, Fakultas Agama Islam, Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.