TIMES MALANG, CIREBON – Akhir-akhir ini penggunaan alat alat teknologi, gadget, Hand Phone yang canggih dan siaran di televisi kita disuguhkan kepada perlu diawasi oleh peran orang tua.
Alat-alat teknologi dan televisi bisa saja menyuguhkan tayangan kekerasan dan kejahatan anak-anak kecil dengan melakukan pemerkosaan, pembunuhan, menggunakan narkoba, mencuri serta anak kecil yang berani melawan kepada ibu-bapaknya.
Sungguh hati ini miris, melihat fakta tersebut. Pertanyaannya secara filosofis adalah salah siapa? Sejauhmana peran orang tua dalam mendidik dan mengajarkan pada anak-anaknya?
Karena itu, pendidikan adalah bagi anak sangat diperlukan. Bapak Pendiri Pendidikan Nasional, Ki Hajar Dewantoro pun pernah menyatakan bahwa pendidikan merupakan upaya untuk memajukan bertumbuhnya anak sebagai generasi bangsa.
Melalui pendidikan budi pekerti yang berhubungan dengan kekuatan batin dan karakter, pikiran dan tubuh bagi anak-anak usia dini. Oleh karena itu, bagian-bagian dari karakter dan budi pekerti, pikiran, tidak dapat dipisahkan, karena semua faktor memiliki keterkaitan dalam memajukan kesempurnaan hidup anak-anak.
Pendidikan merupakan hal yang paling utama yang harus diberikan oleh orang tua bagi masa depan anaknya. Sejak anak lahir dunia, ia memiliki banyak potensi dan harapan untuk berhasil di kemudian hari. Pendidikan yang menjadi jembatan penghubung anak dengan masa depannya itu.
Dapat dikatakan, pendidikan merupakan pondasi bagi tumbuh dan berkembangnya seorang anak untuk memperoleh masa depan yang lebih baik. Sebagai buah hati, maka dengan penuh rasa kasih para orang tua rela berkorban demi anaknya tercinta.
Ada beberapa faktor peran orang tua yang harus diperhatikan kepada anak-anaknya, agar kelak nanti anaknya menjadi orang yang berperilaku baik dan sholeh serta karakter yang baik sesuai agama Islam.
Pertama, orang tua dalam memberikan makan, minuman dan pakaian dari rezeki yang halal dan bukan dari harta riba maupun rezeki yang diambil dari korupsi. Sebab apa, jika anak-anaknya diberikan gizi dari barang yang haram tentunya itu akan berdampak sifat tercela dan karakternya jahat.
Sehingga seperti kasus banyak anak terkena narkoba, minuman keras atau oplosan hingga meninggal, dan terlibat pemerkosaan. Hal itu kadang terlupakan oleh peran tua dalam memberikan gizi yang halal bagi anak-anak nya.
Kedua, peran orang tua, dalam memberikan pendidikan agama Islam sejak kecil harus lebih banyak dan secara otomatis, orang tua harus memiliki religiusitas yang tinggi sehingga bisa menjadi cerminan bagi anak-anaknya. Pendidikan anak pada agama Islam menjadi sangat penting sebagai pembentukan batin dan lahirnya anak kita.
Ketiga, peran Orang Tua dalam mengontrol pada anaknya harus juga sangat aktif, terutama pada teman-temannya bermainnya kalau bisa anak-anak itu dalam bermain berkumpul dengan anak-anak yang sholeh.
Sehingga akan terbentuk jiwa bathin yang berdampak positif bagi karakter anak. Karena itu, peran orang tua jangan sampai lemah dalam mengontrol segala aktivitas anak-anaknya.
Dalam pendidikan tasawuf untuk anak-anak kecil, juga perlu dibentuk sebagai karakter yang terkait dengan moral anak-anak yang menekankan perbaikan bathin dan jiwa anak-anak agar menjadi bersih dan tidak kotor.
Moral sebenarnya memuat dua segi yang berbeda, yakni segi batiniah dan segi lahiriah. Anak yang baik adalah anak yang memiliki sikap batin yang baik dan melakukan perbuatan-perbuatan yang baik pula.
Sikap batin itu seringkali juga disebut hati. Anak yang baik mempunyai hati yang baik. Akan tetapi, sikap batin yang baik baru dapat dilihat orang lain setelah terwujud dalam perbuatan lahiriah yang baik pula.
Oleh karena itu, pendidikan tasawuf yang harus dibangun dalam kerangka membentuk moral dari batiniah anak usia dini dengan kasih sayang, selanjutnya pada moral secara lahiriah dari anak-anak usia untuk selalu diterapkan dalam kesehari-harian.
Peranan orang tua dalam mendidik anak-anaknya, karena orang tua yang mengetahui potensi dan jiwa dari anaknya. Sebab perilaku anak tidak jauh dari keturunan orang tua. Oleh karena itu, memberikan perhatian secara khusus pada anak usia dini memerlukan ekstra keras.
Jangan sampai anak bertindak atau bahkan berbuat yang diluar keinginan orang tua. Tentunnya, orang tua berharap anak-anaknya yang masih kecil kelak menjadi orang yang berguna bagi sesamanya.
Orang tua dan guru adalah kunci paling utama dalam membina pendidikan tasawuf yang nanti akan melahirkan budi pekerti yang luhur pada anak-anak usia dini.
Pendidikan budi pekerti perlu diberikan pada anak sejak dini, sehingga anak-anak yang bagaikan kertas putih yang sejatinya harus diisi dengan nilai-nilai budi pekerti luhur, mendidikan dengan kasih sayang dan memberikan pemahaman dari perilaku yang baik.
Pada dasarnya, dengan membina anak-anak usia dini melalui pendidikan tasawuf, dengan agama Islam sehingga melahirkan budi pekerti. Berarti orang tua telah menanamkan salah satu landasan dasar kelak atau ilmu agama Islam yang diberikan anak harus lebih kuat.
Ketika nanti mencapai dewasa akan lebih berguna bagi anak-anak. Oleh karena itu, anak-anak akan terbiasa dengan hidup yang sesuai dengan etika dan moral agama Islam. Bagaimana cara bersikap dan berlaku yang baik dalam masyarakat nantinya.
***
*) Oleh : Syahrul Kirom, M.Phil, Dosen Filsafat Politik, UIN Siber Syekh Nurjati Cirebon.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |