https://malang.times.co.id/
Opini

Menjadi Organisatoris Dikenal atau Dikenang?

Jumat, 21 Februari 2025 - 10:23
Menjadi Organisatoris Dikenal atau Dikenang? Muhammad Fatih Abdillah, Mahasiswa Universitas Islam Malang dan Kader PMII Rayon Sunan Bonang.

TIMES MALANG, MALANG – Organisasi bukan hanya sebatas menjadi wadah untuk mengembangkan soft skill maupun hard skill. Lebih dari itu, organisasi juga merupakan ruang pembelajaran yang menuntun individu untuk berpikir lebih matang dan dewasa dalam menghadapi berbagai dinamika permasalahan.

Dalam roda perjalanan organisasi, Anda akan selalu menemunkan berbagai tantangan yang akan muncul. Salah satunya yakni mengenai perbedaan perspektif nilai keaktifan dan kontribusinya di dalam organisasi.

Tentu, setiap personal di dalam organisasi memiliki keunikan dan keahlian yang berbeda-beda dalam memainkan perannya. Namun, yang menjadi pertanyaan adalah: aktor seperti apa yang ingin di mainkan?

Apakah Anda ingin menjadi aktor yang hanya dikenal karena kehadirannya, atau menjadi aktor yang benar-benar dikenang karena kontribusinya? Perbedaan mendasar ini melahirkan dua karakter utama dalam organisasi: mereka yang hanya berorientasi pada eksistensi dan mereka yang berorientasi pada kontribusi nyata.

Aktor yang ingin selalu dikenal, biasanya memiliki kecenderungan untuk terus menampilkan eksistensinya. Mereka sering hadir di berbagai forum, aktif berbicara, dan selalu ingin terlibat dalam berbagai proyek organisasi.

Di sisi yang lain, karakter ini memiliki dampak yang positif, menunjukkan komitmen secara langsung dan semangat dalam membangun solidaritas antar pengurus. Keaktifan mereka di berbagai kesempatan mampu menciptakan atmosfer yang dinamis dan penuh semangat dalam organisasi.

Namun, tak jarang, ada sebagian individu yang hanya mengutamakan eksistensi tanpa memberikan kontribusi nyata. Mereka mungkin sering terlihat, tetapi perannya tidak memberikan dampak signifikan bagi perkembangan organisasi. Mereka lebih sibuk membangun citra dibandingkan menciptakan perubahan.

Berbeda halnya dengan aktor yang dikenang. Mereka adalah sosok yang tidak terlalu memusingkan hal-hal bersifat sementara, tetapi lebih fokus membangun inovasi dan perubahan dalam setiap proses yang mereka jalani.

Aktor ini lebih suka bekerja dalam-diam, namun meninggalkan jejak yang mengakar dalam tubuh organisasi. Mereka bukan hanya sekadar hadir, namun kehahadirannya mampu memberikan Solusi ditiap permasalahan.

Jim Collins dalam bukunya "Good to Great" menyebutkan tentang pemimpin level 5, yakni mereka yang memiliki sikap rendah hati, namun memiliki determinasi besar untuk membawa perubahan yang berkelanjutan dalam organisasi.

Kepemimpinan mereka tidak hanya terlihat dari seberapa sering mereka muncul, tetapi dari dampak nyata seperti apa yang mereka tinggalkan.

Dua karakter ini bisa diibaratkan seperti bayangan dan sosok yang berdiri di bawah sinar matahari. Bayangan menggambarkan eksistensi, sementara sosok yang berdiri menggambarkan kontribusi.

Ketika seseorang terlalu sibuk mengejar bayangannya sendiri, bayangan itu justru akan menjauh, dan itu akan membuat kalian kehilangan makna sejati dari keberadaan. Jika seseorang fokus pada nilai kontribusi dan berjalan dengan tekad yang kuat, maka tiap jejak yang kalian lalui akan selalu diiringi oleh eksistensi.

Lebih jauh lagi, menjadi seorang aktor yang dikenang dalam organisasi berarti meninggalkan warisan yang lebih dari hanya sekadar nama yang diingat. Semua tindakannya akan bercerita tentang menciptakan perubahan yang bertahan lama, membangun budaya organisasi yang lebih baik, serta menginspirasi orang-orang di sekitar untuk terus berkembang.

Seorang pemimpin sejati tidak hanya berpikir tentang bagaimana dirinya bisa terus terlihat, akan tetapi lebih bagaimana ia bisa membentuk putaran ekosistem yang berkelanjutan, yang tetap berjalan bahkan setelah ia tidak lagi menjabat.

Dalam sejarah kepemimpinan, banyak tokoh yang bisa menjadi bukti bahwa kontribusi jauh lebih bernilai daripada sekadar eksistensi. Seperti Nelson Rolihlahla Mandela seorang Presiden Afrika Selatan (1993-1999) dan tokoh Revolusioner Antiapartheid, yang bukan hanya dikenal sebagai tokoh yang hanya aktif dalam berbicara dan tampil di depan umum, tetapi karena perjuangan dan pengorbanannya yang membawa perubahan besar bagi Afrika Selatan.

Begitu pula dengan tokoh-tokoh seperti Mahatma Gandhi dan Bung Hatta, yang meskipun memiliki gaya kepemimpinan yang tidak selalu dominan di depan, namun meninggalkan jejak yang sangat berpengaruh dalam peradaban bangsa. Begitu pula dalam organisasi yang Anda jalani saat ini.

Setiap individu memiliki kesempatan untuk memilih jalan mana yang akan ditempuh. Apakah hanya ingin terkenal sebagai pengurus yang aktif berbicara, atau ingin menjadi seseorang yang benar-benar meninggalkan perubahan? Semua pilihan ini kembali kepada kesadaran diri kalian masing-masing.

Pada akhirnya, menjadi aktor yang dikenal dalam organisasi tentu bukan hal yang salah. Namun, lebih dari itu, jauh lebih penting untuk meninggalkan rekam jejak kepemimpinan yang berarti, membangun inovasi, menciptakan suasana yang menginspirasi, serta melahirkan budaya organisasi yang positif dan berkelanjutan.

Sesuai dengan perkataan Sayyidina Ali bin Abi Thalib dalam kitab Nahj Al-Balaghah yang disusun oleh Syekh Ash-Sharif Ar-Radhi, “Nilai seseorang sesuai dengan kadar amalnya.”

Maka, dari sini Anda dapat memilih jalan perannya: apakah Anda ingin menjadi aktor yang hanya akan dikenal, atau menjadi aktor yang akan benar-benar dikenang?

***

*) Oleh : Muhammad Fatih Abdillah, Mahasiswa Universitas Islam Malang dan Kader PMII Rayon Sunan Bonang.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.