TIMES MALANG, KETAHANAN PANGAN – Rapat Pimpinan Pusat (Rapimpus) dan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Generasi Muda Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan dan Putra Putri TNI/Polri (GM FKPPI) yang digelar pada tahun 2024 membawa tema strategis, "Mendorong Generasi Muda Tangguh dan Mandiri dalam Mendukung Stabilitas dan Ketahanan Nasional." Tema ini sangat relevan mengingat peran penting yang dipegang oleh generasi muda dalam menghadapi tantangan masa depan, khususnya dalam bidang ketahanan pangan.
Ketahanan pangan bukan hanya tentang ketersediaan pangan yang cukup, tetapi juga tentang kemampuan negara untuk mengelola sistem pangan secara berkelanjutan, tangguh, dan mandiri. Hal ini harus dilihat sebagai elemen integral dalam menjaga stabilitas dan ketahanan nasional.
Salah satu pokok pembahasan yang cukup menarik dan sering terabaikan dalam diskursus ketahanan pangan adalah bagaimana memberdayakan generasi muda untuk menjadi pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan yang sejati. Di Indonesia, sektor pertanian masih mendominasi perekonomian, dengan lebih dari 30 juta orang yang bekerja di sektor ini.
Namun, tingkat partisipasi generasi muda dalam dunia pertanian masih sangat rendah. Ini menjadi paradoks besar, mengingat sektor pertanian memiliki potensi luar biasa untuk menciptakan lapangan kerja dan mendukung ketahanan pangan nasional. Pertanyaan mendasarnya, bagaimana kita dapat membuat generasi muda tertarik dan terlibat lebih dalam sektor yang sering dianggap ketinggalan zaman dan tidak menguntungkan?
Salah satu langkah penting dalam menghadapi tantangan ini adalah melalui pendidikan dan pelatihan yang relevan dan berbasis teknologi. Pemerintah harus mempercepat transformasi dalam dunia pertanian dengan menyediakan pelatihan yang memadukan pengetahuan tradisional dan teknologi terbaru. Generasi muda harus diberikan keterampilan di bidang pertanian modern, seperti penggunaan drone untuk pemetaan lahan, teknologi irigasi pintar, hingga sistem pertanian vertikal yang ramah lingkungan.
Sebagai contoh, proyek pertanian digital yang diluncurkan oleh beberapa startup teknologi pertanian di Indonesia menunjukkan potensi besar untuk mendigitalisasi sektor ini. Dalam hal ini, pemerintah harus lebih mendorong kolaborasi antara institusi pendidikan, sektor swasta, dan masyarakat untuk menciptakan ekosistem yang mendukung generasi muda menjadi petani yang tangguh, mandiri, dan inovatif.
Penting juga untuk menyoroti keberadaan program pemerintah yang sudah berjalan, seperti Program Penyuluhan Pertanian yang dikembangkan oleh Kementerian Pertanian. Program ini memberikan pelatihan kepada petani dalam hal teknologi pertanian, pengelolaan sumber daya alam, serta pemahaman terkait keberlanjutan lingkungan.
Namun, kendala utama yang sering ditemukan adalah minimnya keterlibatan generasi muda dalam program-program tersebut. Salah satu solusi adalah dengan memperkenalkan modul-modul pelatihan yang lebih sesuai dengan kebutuhan dan minat anak muda, serta menyertakan elemen-elemen kewirausahaan yang dapat membuka peluang bisnis bagi mereka di sektor pertanian.
Lebih jauh lagi, ketahanan pangan di Indonesia tidak hanya dipengaruhi oleh aspek produksi, tetapi juga oleh distribusi dan konsumsi. Program pemerintah dalam mengembangkan infrastruktur distribusi pangan, seperti pembangunan pasar tani dan penyederhanaan rantai pasok pangan, harus didorong lebih lanjut agar generasi muda bisa melihat adanya peluang dalam bisnis distribusi pangan. Program seperti ini membuka jalan bagi para pemuda untuk terlibat dalam rantai pasok pangan yang lebih efisien dan menguntungkan.
Di sisi lain, petani muda juga harus diberikan akses yang lebih besar terhadap pendanaan dan teknologi. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang digulirkan oleh pemerintah perlu lebih diperluas lagi dalam hal aksesibilitas dan fasilitas. Kredit ini harus lebih mudah diakses oleh petani muda yang memiliki potensi usaha pertanian, namun terbentur dengan modal yang terbatas. Salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan menyediakan skema pendanaan berbasis platform digital, yang memungkinkan petani muda untuk mengakses modal secara cepat dan tanpa birokrasi yang berbelit.
Selanjutnya, ketahanan pangan juga berhubungan erat dengan masalah keberlanjutan. Untuk itu, pendidikan tentang pertanian ramah lingkungan dan penggunaan pupuk organik harus mulai diperkenalkan secara luas kepada generasi muda.
Program-program yang menekankan pada pertanian organik, agroforestry, dan teknik-teknik pertanian berkelanjutan lainnya harus dijadikan prioritas dalam upaya menciptakan ketahanan pangan yang tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini, tetapi juga dapat bertahan untuk generasi mendatang. Pemerintah juga dapat berperan lebih aktif dengan memberikan insentif kepada petani muda yang menerapkan metode pertanian ramah lingkungan.
Selain itu, ketahanan pangan juga membutuhkan kestabilan harga pangan yang tidak mudah terpengaruh oleh fluktuasi pasar internasional atau perubahan iklim yang ekstrim. Oleh karena itu, generasi muda yang terlibat dalam sektor ini perlu diberikan pemahaman tentang pentingnya peran mereka dalam menjaga keberlanjutan sistem pangan, baik dari sisi produksi, distribusi, maupun konsumsi.
Salah satu langkah yang bisa dilakukan adalah dengan mengedukasi mereka tentang pentingnya diversifikasi produk pertanian, sehingga mereka tidak hanya bergantung pada satu jenis komoditas saja.
Tantangan lain yang perlu dicermati adalah perubahan iklim yang semakin tidak terprediksi. Bencana alam, seperti banjir, kekeringan, dan El Niño yang melanda beberapa daerah di Indonesia, seringkali mengganggu kestabilan produksi pangan. Oleh karena itu, generasi muda yang terlibat dalam sektor pertanian harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan dalam menghadapi perubahan iklim.
Misalnya, melalui pendekatan pertanian berbasis adaptasi iklim, yang mengajarkan petani muda untuk mengelola sumber daya alam secara bijaksana dan mengurangi ketergantungan pada sumber daya yang rentan terhadap perubahan iklim.
Pemerintah juga dapat berperan penting dalam memperkenalkan konsep pertanian berkelanjutan yang sejalan dengan target-target pembangunan global seperti SDGs (Sustainable Development Goals). Dalam konteks ini, program-program yang mendukung keberlanjutan harus lebih ditekankan, seperti program penyuluhan kepada petani muda mengenai pentingnya menjaga keanekaragaman hayati dan mengurangi penggunaan bahan kimia yang berbahaya.
Untuk menciptakan generasi muda yang tangguh dan mandiri dalam sektor ketahanan pangan, kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sangatlah penting. Pemerintah tidak bisa berjalan sendiri dalam mewujudkan tujuan ini. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah untuk menciptakan kebijakan yang mendukung integrasi sektor pertanian dengan teknologi, bisnis, dan pendidikan.
Selain itu, menciptakan ekosistem yang terbuka dan inklusif bagi generasi muda agar mereka merasa dihargai dan diberdayakan dalam sektor ini akan menjadi kunci utama dalam membangun ketahanan pangan yang kuat dan berkelanjutan di Indonesia.
Secara keseluruhan, ketahanan pangan adalah bagian integral dari stabilitas dan ketahanan nasional. Melalui pemberdayaan generasi muda, baik dalam aspek pendidikan, teknologi, maupun akses terhadap sumber daya, Indonesia dapat membangun masa depan yang lebih tangguh, mandiri, dan berkelanjutan.
Rapat Pimpinan Pusat dan Rapat Kerja Nasional yang membahas tema ini harus menjadi momentum untuk mendorong perubahan nyata, agar sektor pertanian Indonesia tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang dan berinovasi untuk menghadapi tantangan global yang semakin kompleks. (*)
***
*) Oleh : Ferry Hamid, Sekertaris GM FKPPI dan Peraih Anugerah Tokoh Pemuda Inspiratif Kota Malang 2024.
*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.
*) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |