https://malang.times.co.id/
Kopi TIMES

NU, dari Desa untuk Indonesia

Kamis, 16 Januari 2025 - 14:38
NU, dari Desa untuk Indonesia Dr. H. M. Afif Zamroni, Lc., M.E.I., Staf Khusus Menteri Desa & PDT.

TIMES MALANG, JAKARTA – Nahdlatul Ulama (NU) sebagai salah satu organisasi Islam terbesar di Indonesia telah memasuki usia 102 tahun. Penghitungan usia organisasi yang memiliki basis massa mayoritas di pedesaan ini didasarkan pada kalender Hijriah. 

Harlah NU adalah memperingati berdirinya Nahdlatul Ulama sejak tanggal 16 Rajab 1344 Hijriah (31 Januari 1936 Masehi), yang diperingati setiap tanggal 16 Rajab. Tahun ini tanggal 16 Rajab 1446 Hijriah bertepatan pada tanggal 16 Januari 2025.

Pola penghitungan ini bukanlah sesuatu yang aneh, karena tradisi penggunaan kalender Hijriah sangat lazim digunakan di kalangan pesantren. Sebuah institusi yang tidak hanya berfungsi sebagai tempat pendidikan agama, tetapi juga menjadi pusat pengembangan masyarakat, pelestarian budaya, dan pembentukan peradaban.

Data dari Kementerian Agama dan lembaga terkait NU seperti Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI), di tahun 2024 tercatat sekitar 27.000 pesantren di Indonesia, dan itu tersebar di desa-desa hampir semua kecamatan yang ada di Indonesia. 

Pesantren memiliki akar kuat dalam masyarakat desa, menjadikannya instrumen pemberdayaan sosial. Kekhasan pola pendidikan di pesantren adalah menjadi menjadi pusat pengajaran nilai-nilai agama yang membumi dan sesuai konteks lokal. 

Ketua Umum PBNU, KH Yahya Cholil Staquf, mengutip survey Litbang Kompas menuturkan bahwa jumlah 61% penduduk Indonesia mengaku sebagai anggota NU. Besaran jumlah anggota tersebut tentunya membawa tanggung jawab dan komitmen yang besar dalam pembangunan Indonesia. 

Secara spesifik dalam beberapa kesempatan bahkan disebutkan sebagi sebuah organisasi kemasyarakatan, Nahdlatul Ulama membuat kesimpulan bahwa tidak ada peran yang lebih tepat selain memastikan agenda pemerintah yang dimaksudkan untuk kemaslahatan rakyat banyak sampai kepada rakyat. 

Kontribusi Ulama dalam Sejarah

Komitmen tentang pentingnya peran serta NU dalam memastikan agenda Negara berjalan dengan baik demi kemaslahatan umat, memang bukan hal yang baru. Sebuah peristiwa heroic yang paling diingat oleh sejarah kita salah satunya adalah ketika Nahdlatul Ulama bersepakat bahwa jihad memerangi penjajah Belanda wajib hukumnya.

Di sinilah pimpinan NU terutama KH. Hasyim Asyari sebagai komandan organisasi NU ikut mendukung upaya kemerdekaan dengan menggerakkan rakyat melalui fatwa jihad. Hasilnya pada 22 Oktober 1945, KH. Hasyim Asy’ari dan sejumlah ulama di kantor NU Jawa Timur mengeluarkan keputusan resolusi jihad itu. 

Karena itulah KH. Hasyim Asy’ari diancam hendak ditangkap Belanda, namun KH. Hasyim Asy’ari tidak  bergeming, dia  memilih bertahan mendampingi laskar Ḥizbullah dan Sabilillah melawan penjajah. 

Bahkan, ketika Bung Tomo meminta KH. Hasyim mengungsi dari Jombang, Kiai Hasyim berkukuh bertahan hingga titik darah penghabisan, hingga muncul sebuah kaidah (rumusan masalah yang menjadi hukum) populer di kalangan kelompok tradisional NU, ḥubbu al-waṭan min al-imān (mencintai tanah air adalah bagian dari iman).

Hal ini juga menjadi perhatian bagi Menteri Desa dan Daerah Tertinggal Yandri Susanto yang menyampaikan bahwa pondok pesantren sebagai basis kemajuan umat banyak melahirkan pemimpin bangsa. Artinya, basis pendidikan yang mayoritas ada di desa-desa tersebut telah mampu melahirkan para tokoh-tokoh penting di negeri ini. 

Pondok pesantren merupakan pondasi utama pendidikan agama dan ilmu pengetahuan bagi umat. Karena di Pondok pesantren lah santri digembleng ilmu agama dan ilmu pengetahuan sebagai bekal untuk menjalani kehidupan di masyarakat dan bekal di akhirat nantinya. Sehingga sebagai pusat kemajuan umat, keberadaan pesantren harus memberikan manfaat secara nyata kepada masyarakat.

Menurut Thomas Stamford Raffles, dalam History of Java (1817) peran kelompok ulama yang strategis ini bukanlah hasil dari voting (pemilihan suara) atau dari pengaruh karisma raja, tetapi lahir dari perkembangan Islam itu sendiri yang memandang ulama sebagai kelompok intelektual Islam.

Menurutnya, ulama merupakan kelompok intelektual yang sangat kuat dan membahayakan saat melawan penjajahan Belanda dan kelompok ulama senantiasa aktif menggerakkan perjuangan dan memberikan spirit untuk melakukan pemberontakan pada penjajah Belanda.

Pemberdayaan Ekonomi Desa Berbasis Pesantren

Kelanjutan dari pengaruh ulama yang demikian luas tersebut tidak hanya terbatas di bidang politik dan militer saja, melainkan meluas juga terhadap ekonomi yang telah meninggalkan bekas-bekasnya baik berupa aktivitas perekonomian di lingkungan desa tempat pesantren berada. 

Pasar tidak hanya merupakan kegiatan jual beli barang dagangan, tetapi juga dijadikan arena dakwah, sehingga kegiatan pasar sangat dipengaruhi oleh hari-hari besar Islam. 

Komitmen NU dalam melestarikan tradisi lokal yang sejalan dengan nilai-nilai Islam. Tradisi seperti selametan, tahlilan, dan kegiatan-kegiatan keagamaan lainnya menjadi perekat sosial yang menguatkan ikatan antar warga desa. Dengan menjaga tradisi tersebut, NU membantu membangun identitas budaya desa yang unik dan harmonis. 

Dalam konteks sosial, kehadiran pesantren juga menjadi motor penggerak pertumbuhan ekonomi desa. Banyak pesantren mendirikan koperasi, usaha tani, atau unit bisnis yang membantu meningkatkan ekonomi masyarakat sekitar. 

Pada perkembangannya, beberapa daerah menginisiasi lahirnya program One Pesantren One Product, sebagai ikhtiar meningkatkan kemandirian ekonomi pesantren dan masyarakat. Program ini dilakukan dengan mengembangkan unit usaha di pesantren. 

Selain dapat meningkatkan kualitas santri, yang bukan hanya cakap mendalami ilmu agama, akan tetapi juga mampu hadir sebagai penggerak ekonomi warga dengan memperluas mitra dengan masyarakat sekitar.

Kontribusi NU dalam membangun desa merupakan wujud nyata dari komitmen meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Melalui pendidikan, pemberdayaan ekonomi, serta peran sosial dan budaya, NU telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi desa-desa di Indonesia. 

Dengan terus memperkuat perannya, NU tidak hanya membantu membangun desa secara fisik, tetapi juga memperkokoh nilai-nilai kebersamaan dan kesejahteraan bagi seluruh masyarakat.

Pada Harlah ke-102, NU kembali menegaskan komitmennya untuk berkontribusi dalam pembangunan Indonesia. Dengan mengangkat tema "Bekerja Bersama Umat untuk Indonesia Maslahat".

NU kembali menegaskan ikhtiarnya mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo, yang secara spesifik di poin 6 disebutkan Membangun dari desa dan dari bawah untuk pemerataan ekonomi dan pemberantasan kemiskinan. 

Membangun Desa, membangun Indonesia. Desa terdepan untuk Indonesia Maslahat.

***

*) Oleh : Dr. H. M. Afif Zamroni, Lc., M.E.I., Staf Khusus Menteri Desa & PDT.

*) Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggung jawab penulis, tidak menjadi bagian tanggung jawab redaksi timesindonesia.co.id

*) Kopi TIMES atau rubrik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.

*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]

*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim apabila tidak sesuai dengan kaidah dan filosofi TIMES Indonesia.

Pewarta : Hainorrahman
Editor : Hainorrahman
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.