TIMES MALANG, JAKARTA – Kita akan menuju Indonesia Emas 2045. Tepat republik ini di usia 100 tahun.
Disisi lain, kita akan menghadapi Bonus demografi, tepat pada tahun 2034. Sisa waktu tinggal 10 tahun lagi. Usia produktif diantara umur 15-64 tahun pada tahun 2030-2040 jumlahnya akan lebih banyak jika dibandingkan dengan penduduk dengan usia tidak produktif di bawah 15 tahun dan di atas 64 tahun.
Penduduk usia produktif ini diprediksi akan mencapai 205 juta orang dan 2 jutaan usia produktif diantaranya akan masuk ke pasar kerja setiap tahun. Diharapkan dengan banyaknya usia produktif, bangsa ini akan semakin maju, dan mampu keluar dari jebakan negara berkembang (middle income trap).
Tentangan Indonesia Emas 2045 dan bonus demografi 2034 hanya bisa dijawab dengan pembangunan SDM Indonesia Pertanyaannya adalah bagaimana dengan usia produktif para kader GP Ansor?
Abad pertama NU sudah kita lalui dengan terbangunnya jaringan infrastruktur organisasi, baik itu infrastruktur pendidikan, sosial maupun politik. Maka pada abad kedua ini, kita harus mengkonsolidasikan semua infrastruktur yang kita miliki untuk kemajuan tata kelola organisasi, dan percepatan pembangunan sumber daya manusia.
Oleh karena itu, dalam rangka menjawab kebutuhan SDM yang mumpuni, kita perlu menjawab dengan satu kebijakan, yaitu Ansor masa depan. Apa yang dimaksud dengan Ansor masa depan?
Ansor masa depan adalah sebuah cara pandang kita jauh kedepan; melihat dan menganalisa perubahan-perubahan tata dunia, arah nasional kebijakan negara, perubahan yang terjadi di pasar dan masyarakat.
Sebuah langkah strategis dalam rangka membangun, mengkonsolidir dan menggerakkan anak anak muda kita menuju kelas menengah NU, yaitu sebuah kelas menengah yang ditandai dengan anak anak muda NU yang bangkit di semua lini:
Pertama, kita harus membangun sebuah gerakan bernama Ansor kuat. Kuat secara ideologi kebangsaan, kaderisasi, pemahaman agama, aqidah ahlussunnah wal jamaah, praktek ibadah sehari hari, dan kemampuan membaca alquran.
Kedua, kita membangun Ansor sehat. Sebuah kesadaran bersama, bahwa faktor kesehatan menjadi kunci dari semua aktivitas. Baik itu kesehatan fisik maupun mental. Kesehatan mental menjadi hal paling penting yang harus kita jaga; kesehatan dari gangguan kecemasan, depresi, gangguan bipolar, gangguan stres pasca trauma, gangguan makan.
Hal ini bisa dengan kelola dengan berfikir positif, istirahat yang cukup, perbanyak aktivitas dan banyak olahraga. Selain itu, kesehatan mental dari beragam gangguan dan kecanduan; judol, pinjol, obat terlarang dan lain sebagainya.
Sementara kesehatan fisik, yaitu sehat dari semua jenis penyakit. Oleh karena itu, kita butuh kader-kader yang sehat dan kesehatannya terlayani dengan baik. kegiatan olahraga, mengelola waktu se-efektif, efisien dan tentunya produktif, menjaga pola makan, memperhatikan gizi dan nutrisi untuk para kader dan keluarga kader, tentu menjadi langkah sangat penting.
Untuk menjaga pelayanan kesehatan optimal terhadap kader, keluarga kader, warga NU dan masyarakat sekitar, perlu di pikirkan agar Ansor secara bergotong royong, kolaborasi dengan NU maupun pihak pihak tertentu membangun minimal satu (1) klinik pratama di setiap provinsi, termasuk kolaborasi dengan Rumah Sakit setempat
Ketiga, kita membangun Ansor cerdas. Sebuah langkah dimana kita perlu memikirkan bagaimana para kader Ansor kualitas SDM nya terus ditingkatkan. SDM unggul adalah kunci memenangkan pertarungan kita kedepan.
Saya semakin kesini semakin memahami, bahwa problem terbesar kita saat ini adalah SDM. Dunia sedang berubah, Indonesia sedang berubah, situasi banyak berubah.
Lalu SDM yang seperti apa yang dibutuhkan: Pertama, bagi yang mengambil jalur pendidikan formal, ambil lah sekolah setinggi tingginya. Dengan catatan, jurusan yang sesuai profesi, ilmunya digunakan untuk membangun masyarakat.
Ilmu dan pengetahuan yang mampu menumbuhkan beragam inovasi kebijakan dan produk baik di lingkungan organisasi, komunitas, asosiasi, industri, pemerintahan, maupun masyarakat sekitar. Sekolah bukan hanya untuk gelar dan bangga-banggaan, tapi sekolah yang tepat guna, dengan ilmunya banyak membangun masyarakat
Kedua, bagi yang bergelut didunia profesional, semakin tekuni dunianya, jangan berpuas diri dengan apa yang sudah diraih dan di capai, terus ber improvisasi untuk inovasi, tidak gampang mengeluh dengan keadaan.
Kembangkan terus riset dan inovasi, temukan inovasi-inovasi yang luar biasa, dari mulai kerja sendiri, lalu menjadi kerja kelompok, lalu menjadi terorganisir dengan organisasi
Ketiga, bagi yang mau masuk dunia kerja, bangun dan kembangkan terus kompetensi, perbanyak pelatihan pelatihan keterampilan dan menjadi pekerja yang loyal dan total dengan terus merawat mimpi yang tinggi dan mewujudkannya.
Keempat, ekonomi, bisnis dan teknologi menjadi cara pandang semua orang dengan profesi apapun. Setiap orang harus sejahtera dengan aktivitas ekonominya, setiap sistem harus semakin simple dan terintegrasi, berbagai pekerjaan harus di modernisasi dengan menggunakan instrumen teknologi. Efektifitas, efisiensi dan produktifitas menjadi proses utama dalam pengelolaan waktu
SDM kita diarahkan pada 3 hal: bagi yang mengejar sekolah atau kuliah. Kejarlah setinggi-tingginya. Bagi yang berwirausaha, kembangkan terus kemampuan SDM dan pengetahuan bisnisnya, agar terus berkembang dan maju.
Bagi yang di dunia kerja atau profesional atau akan masuk kerja, kembangkan terus pelatihan pelatihan kompetensi atau sertifikasi kompetensi agar tenaga kerja profesional unggul dan berdaya saing.
Sementara bagian dari laboratorium SDM, agar berbagai jenis lembaga pendidikan yang dimiliki kader, baik itu pesantren, madrasah, sekolah agar memperbaiki (modernisasi) tata kelola, perbaikan mutu kurikulum dan para guru dan tenaga kependidikan yang sesuai kebutuhan zaman, terutama bidang science, technology dan ecomomy-business.
Kedepan, kader Ansor mulai memikirkan menjadikan sekolah atau pesantren yang ada, atau dengan membuat sekolah atau pesantren baru yang bertaraf nasional bahkan internasional, minimal disetiap provinsi 1 sekolah atau pesantren unggulan.
Hal ini untuk menjawab kebutuhan anak didik daerah terutama dari segmen kelas menengah atas. Kolaborasi bisa dilakukan bersama-sama antar kader Ansor, atau dengan NU, atau dengan kelompok manapun yang se visi dalam perjuangan kita
Keempat, Kita membangun Ansor mandiri. Ansor Mandiri adalah sebuah harapan masa depan, dimana anak anak muda NU bisa lebih sejahtera, hal ini ditandai dengan aktivitas ekonomi bisnis yang merata. Pola berekonomi bisa dimulai dari kerja-kerja pribadi, bergerak lalu setelah besar membentuk jejaring komunitas, lalu meningkat ke korporasi.
Setelah itu, melangkah lagi menuju pasar modal (capital market). Organisasi bisa menjadi agregator ekonomi, yang akan mengolah data, klustering sektor, memudahkan akses pembiayaan dan pasar.
Masa depan hanya bisa dijawab dengan SDM berkualitas, bisnis yang mumpuni, fisik yang sehat dan leadership yang kuat.
Saatnya, kita mulai dan kita cintai.
***
*) Oleh : H. Addin Jauharudin, Ketua Umum PP GP Ansor.
*)Tulisan Opini ini sepenuhnya adalah tanggungjawab penulis, tidak menjadi bagian tanggungjawab redaksi timesindonesia.co.id
*) Kopi TIMES atau rubik opini di TIMES Indonesia terbuka untuk umum. Panjang naskah maksimal 4.000 karakter atau sekitar 600 kata. Sertakan riwayat hidup singkat beserta Foto diri dan nomor telepon yang bisa dihubungi.
*) Naskah dikirim ke alamat e-mail: [email protected]
*) Redaksi berhak tidak menayangkan opini yang dikirim.
**) Ikuti berita terbaru TIMES Indonesia di Google News klik link ini dan jangan lupa di follow.
Pewarta | : Hainorrahman |
Editor | : Hainorrahman |