TIMES MALANG, MALANG – Akhir-akhir ini masalah lingkungan menjadi masalah serius yang harus dicari solusinya. Oleh karena itu, Universitas Brawijaya dalam acara Brawijaya Entrepreneur Festival 2023 mengadakan talkshow ecopreneur. Talkshow kali ini mengangkat tema "Eco-Entrepreneurship: Building Sustainable Startups" dengan narasumber Viringga Kusuma. Ia merupakan pendiri AMATI Indonesia dan CEO PT Nara Synergy Lingkungan.
AMATI Indonesia adalah startup di bidang pengembangan manusia atau edukasi, khususnya anak muda, untuk meningkatkan soft skills yang dibutuhkan dalam dunia kerja. Pengembangan ini dilakukan dengan cara meningkatkan kompetensi pemuda sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sementara PT Nara Synergy Lingkungan merupakan usaha yang fokus pada total waste management dengan filosofi zero waste.
Saat ini masalah lingkungan menjadi masalah serius bagi seluruh negara. Dunia tidak lagi mengalami masa perubahan iklim, tetapi memasuki masa krisis iklim. Krisis iklim ini sangat berbahaya karena berpotensi menjadi sebab kepunahan manusia di tahun 2050. Para peneliti menganalisis bahwa mulai tahun 2050 sebanyak 55% populasi manusia dunia akan punah karena panas mematikan.
Peningkatan panas tersebut terjadi karena efek rumah kaca. Tidak hanya itu, asap kendaraan bermotor, aktivitas pabrik, kebakaran hutan, dan kebakaran sampah yang marak terjadi akhir-akhir ini juga turut menambah emisi karbon di lapisan atmosfer. Emisi karbon dan efek rumah kaca itulah yang menjadi sebab meningkatnya suhu bumi.
Tahun ini suhu bumi sudah naik sebesar 1,4 derajat dan suhu tersebut tidak boleh bertambah hingga tahun 2030. Hal itu dikarenakan suhu bumi yang meningkat, meski hanya satu derajat, memberikan dampak sangat besar bagi bumi. "Kenaikan suhu bumi setiap satu derajat mampu melipatgandakan bencana di bumi. Jika sekarang ada seribu banjir, maka 2.000 banjir akan terjadi. Jika sekarang ada 5.000 kebakaran hutan, maka 10.000 kebakaran hutan akan terjadi," kata Viringga.
Meningkatnya suhu bumi bisa menyebabkan es di kutub mencair dan meningkatkan volume air laut. Jika volume air laut meningkat, maka daratan akan tenggelam. Bahkan peneliti memperkirakan Pekalongan akan hilang pada tahun 2030 karena tenggelam. Saat ini, radius 4 km dari pantai sudah tidak ada lagi pemukiman. Seluruh warga diungsikan ke gunung. Oleh sebab itu, membangun dan mengembangkan bisnis yang berkelanjutan (sustainable business) menjadi hal utama dan sangat penting, bahkan menjadi nilai plus bagi perusahaan.
Dengan membangun sustainable business kemungkinan untuk profit lebih tinggi. Sustainable business ini disebut juga dengan green economy atau ekonomi hijau. Keuntungan menjalankan green economy selain mendapat penghasilan adalah bisa membantu masyarakat dan lingkungan dari perubahan iklim yang terjadi. Tujuan penerapan green economy adalah untuk meningkatkan perekonomian masyarakat dan mengurangi kerusakan lingkungan, sehingga dalam menjalankan bisnis diharapkan bisa menerapkan zero waste.
Dalam upaya mendukung penerapan green economy, perbankan pada tahun 2017 mengeluarkan sustainable finance. Bank akan memberikan dana kepada pengusaha dengan syarat pengusaha harus memberikan impact report (laporan dampak). Laporan ini berisi dampak apa saja yang ditimbulkan dari suatu bisnis terhadap lingkungan. Dengan adanya laporan dampak, bank tidak lagi memberi dana berdasarkan laporan keuangan. Hal tersebut juga berlaku bagi para investor.
Dalam menjalankan sustainable business ada satu aspek yang harus dijaga, yaitu tetap jualan dan profit. Terus berinovasi dengan menyesuaikan kebutuhan konsumen menjadi fokus utama dalam bisnis. Misalnya mengubah kresek bekas menjadi tas atau mengolah kain perca menjadi outer pakaian yang memiliki daya jual tinggi. Mencari limbah bisnis lain kemudian mengolahnya menjadi sesuatu yang baru termasuk dalam sustainable business.
Menjalankan sustainable business harus dimulai dari sekarang supaya bisa menyelamatkan masa depan bumi dari krisis iklim. "Jika kita tidak bergerak krisis iklim tidak akan berkurang, tetapi jika kita bergerak maka ada kemungkinan untuk memperlambat krisis iklim. Kita sebagai pemuda harus menyelamatkan masa depan kita!," tutup pendiri AMATI Indonesia tersebut. (*)
Pewarta | : Aisyah Ramadhani (MBKM) |
Editor | : Faizal R Arief |