TIMES MALANG, MALANG – Politeknik Negeri Malang (Polinema) lagi-lagi membuktikan kreativitas mahasiswanya melalui sebuah inovasi yang sangat potensial dalam mengatasi permasalahan lingkungan dan energi. Sekelompok mahasiswa ini, berhasil menciptakan alat pirolisis, yaitu alat yang mampu mengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak, sebuah terobosan yang dapat memberikan solusi dalam menghadapi permasalahan sampah plastik dan kebutuhan energi alternatif.
Indonesia menghadapi tantangan serius terkait banyaknya sampah plastik. Setiap tahunnya, ribuan ton sampah plastik dihasilkan dan sebagian besar berakhir di tempat pembuangan akhir, mencemari lingkungan, atau bahkan mencemari lautan. Kondisi ini tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga mengancam ekosistem dan kesehatan manusia. Hal itulah yang mendasari Muhammad Fatkhur Rohman atau sering disebut Fatkhur, bersama dengan timnya membuat dan mengembangkan alat pirolisis.
“Saya melihat di kampus saya, banyak terdapat sampah plastik. Dari pada langsung dibuang, saya ingin memanfaatkan sampah itu menjadi hal yang lebih berguna. Dari situ muncul ide untuk membuat alat pirolisis”, ujar Fatkhur, Kamis (31/10/2024).
Alat pirolisis yang dikembangkan mahasiswa Polinema ini dapat mengubah sampah plastik sebanyak 500 gram menjadi 500 mililiter dengan kurun waktu kurang dari 2 jam. Alat ini bekerja melalui proses pemanasan sampah plastik tanpa oksigen atau ruang kedap udara. Sampah plastik dipanaskan di dalam sebuah reaktor tertutup hingga mencapai suhu tinggi sekitar 300 derajat.
Tim pirolisis meraih juara runner-up 1 pada Lomba Karya Tulis Ilmiah Techo Fair UKM PP Politeknik Negeri Malang 2024. Malang (FOTO: Tim Pirolisis Polinema/TIMES Indonesia)
Setelah itu, sampah plastik akan mengurai menjadi uap. Uap-uap tersebut kemudian dikondensasi dan berubah menjadi cairan yang menyerupai minyak. Pada proses kondensasi, alat ini menggunakan kondensor dengan sigrasi yang dapat mempercepat kondensasi perubahan uap menjadi minyak.
“Alat pirolisis kami memakai dua kondensor untuk mempercepat proses pendinginan dari suhu 300 derajat menjadi 100 derajat”, jelas Resa Budianto, salah satu anggota tim pirolisis.
Tidak hanya itu, alat pirolisis ciptaan Fatkhur dan timnya mempunyai vakum yang mempunyai fungsi untuk memaksa proses pendinginan, sehingga mempersingkat waktu proses pirolisis.
Minyak hasil pirolisis mengandung BBM dapat digunakan sebagai bahan bakar untuk berbagai kebutuhan, seperti bensin dan solar karena plastik tersusun dari komponen hidrokarbon minyak bumi atau dibuat dari bahan baku minyak bumi. Alat ini tidak hanya mengurangi jumlah sampah plastik, tetapi juga menghasilkan produk yang dapat dijadikan bahan bakar. Dengan proses yang efisien dan hemat energi, alat ini mampu mengolah sampah plastik secara efektif dan ramah lingkungan.
Alat pirolisis ini, juga sudah beberapa kali meraih juara dalam perlombaan, yaitu Pendanaan PKM Karsa Cipta Kemendikbudristek 2023, juara 1 kategori Teknologi LKTIN IKOPIN UNIVERSITY 2024, juara 2 ACCOUNTING FESTIVAL IKOPIN UNIVERSITY 2023, juara 2 LKTIN VOSICO Universitas Negeri Malang, dan Runner-Up Lomba Karya Tulis Ilmiah Techo Fair UKM PP Politeknik Negeri Malang.
Kedepannya, alat pirolisis ini akan ditambah kuantitas untuk pembakaran plastik direkator sebesar 1 kilogram. Dengan pengembangan lebih lanjut, alat pengubah sampah plastik menjadi bahan bakar minyak ini memiliki potensi besar sebagai solusi jangka panjang untuk penanggulangan sampah plastik dan kebutuhan energi.
“Inovasi alat pirolisis akan terus kami kembangkan dengan melibatkan beberapa dosen dan mahasiswa, agar alat ini dapat bekerja lebih maksimal dan mempunyai dampak yang besar untuk lingkungan”, ujar Ika Noer Syamsiana, Dosen Pembimbing tim pirolisis
Inovasi mahasiswa Polinema ini adalah bukti bahwa inovasi anak muda mampu berperan dalam menciptakan solusi kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat. Dengan dukungan yang tepat, alat ini bisa menjadi langkah besar menuju lingkungan yang lebih bersih dan energi yang lebih terjangkau. (*)
Pewarta | : Abbel Glory Firnandiz (MG-263) |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |