TIMES MALANG, MALANG – Serangan hama dan perubahan iklim berdampak pada ketahanan pangan nasional. Untuk itu, dibutuhkan upaya strategis agar produktivitas pertanian tetap terjaga.
Terkait hal ini, Dr. Mochammad Syamsulhadi, S.P., M.P., dosen dari Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan, Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya, mendorong peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani dalam menggunakan agens hayati melalui pendampingan dan pelatihan.
Pelatihan ini dikemas dalam kegiatan pengabdian masyarakat berjudul "Diseminasi Teknologi Produksi Agens Hayati untuk Petani Padi di Desa Miru, Kecamatan Sekaran, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur." Kegiatan ini berlangsung pada 6 dan 20 Juli 2024.
Syamsulhadi saat memberikan paparan mendalam mengenai "Analisis Situasi Penyebab Munculnya Serangan Hama dan Penyakit Tanaman" menjelaskan agens hayati ini bukan hanya sebagai alternatif pengganti pestisida kimia, tetapi juga membantu menjaga kesehatan agroekosistem.
"Dengan demikian, tanaman padi dapat menjadi lebih tahan terhadap hama, penyakit, dan dampak perubahan iklim," ucapnya.
Syamsulhadi menjelaskan bahwa menurunnya kesehatan agroekosistem dapat membuat tanaman lebih rentan terhadap serangan hama.
"Pengetahuan ini penting agar petani dapat memahami faktor-faktor yang mempengaruhi serangan hama dan bagaimana cara mencegahnya," ucapnya.
Selain Dr. Syamsulhadi, acara ini juga dihadiri oleh Prof. Dr. Ir. Retno Dyah Puspitarini, M.S., dosen di Departemen Hama dan Penyakit Tumbuhan. Kedua dosen ini sekaligus menjadi pendamping bagi mahasiswa FPUB yang sedang melakukan KKN (Kuliah Kerja Nyata) di Desa Miru.
Sementara itu, Prof. Retno Dyah Puspitarini melanjutkan dengan memberikan materi tentang pengenalan hama pada tanaman padi. Ia menjelaskan secara rinci jenis-jenis hama yang sering menyerang tanaman padi, cara mengidentifikasinya, dan strategi pengendalian yang mudah dipahami oleh petani.
Pada sesi berikutnya, Syamsulhadi juga memperkenalkan teknologi produksi agens hayati kepada kelompok tani Sumber Makmur 1 di Desa Miru.
Dalam kegiatan ini, Samyulhadi menjelaskan cara memproduksi dan memanfaatkan mikroba seperti Azotobacter, Azospirillum, Bacillus subtilis, Nitrosomonas, Nitrobacter, Pseudomonas fluorescens, Paenibacillus, Trichoderma, Beauveria bassiana, dan Lecanicillium lecanii sebagai agens hayati. Petani juga diberi kesempatan untuk mempraktikkan cara memperbanyak mikroba ini.
Syamsulhadi juga mendampingi petani dalam praktik langsung produksi agens hayati. Ini bertujuan agar petani dapat memproduksi sendiri agens hayati berkualitas dan menggunakannya secara efektif untuk mengelola hama dan penyakit tanaman.
"Kami berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat langsung kepada petani padi di Desa Miru. Dengan pengetahuan yang lebih baik tentang agens hayati, petani bisa mengurangi penggunaan pestisida kimia dan meningkatkan produktivitas serta kesehatan tanaman mereka," kata Syamsulhadi.
Kegiatan ini mendapat respon positif dari para petani dan Kepala Desa Miru. Mereka merasa terbantu dengan pengetahuan dan keterampilan baru yang didapatkan. Diharapkan, penerapan teknologi ini akan membawa dampak positif yang signifikan bagi sektor pertanian di wilayah ini. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Dosen Fakultas Pertanian UB Kembangkan Agens Hayati untuk Tingkatkan Produktivitas Padi
Pewarta | : |
Editor | : Wahyu Nurdiyanto |