TIMES MALANG, MALANG – Delegasi Universitas Brawijaya (UB) sukses meraih juara umum dalam ajang Faperta Fair 7 yang digelar oleh Universitas Udayana, Bali, 10–11 Mei 2025. Kemenangan ini diraih berkat inovasi startup digital FARMR, yang dirancang untuk membantu petani menghasilkan dan menjual carbon credit melalui praktik pertanian berkelanjutan berbasis teknologi.
Kompetisi nasional tahunan ini diikuti lebih dari 150 perguruan tinggi dari seluruh Indonesia. UB tampil unggul dengan mengusung solusi berbasis teknologi AI (Artificial Intelligence), GIS (Geographic Information System), dan blockchain yang diintegrasikan dalam platform FARMR.
Tim UB membuktikan keunggulannya melalui FARMR, platform inovatif yang tidak hanya menyasar efisiensi pertanian, tetapi juga memberikan insentif ekonomi kepada petani melalui sistem perdagangan karbon.
“Topik ini kami angkat karena perubahan iklim merupakan isu global yang mendesak, dan sektor pertanian memiliki potensi besar untuk berkontribusi pada mitigasi emisi karbon,” ujar Evans Purba, perwakilan tim.
Lebih dari sekadar aplikasi digital, FARMR menjawab tantangan global sekaligus lokal. Dengan memungkinkan petani menjual carbon credit, FARMR mendorong praktik ramah lingkungan sembari meningkatkan pendapatan petani.
“Kami ingin menghadirkan solusi inovatif yang tidak hanya mendukung petani secara ekonomi, tetapi juga membantu Indonesia mencapai target Paris Agreement dan Sustainable Development Goals (SDGs) 2030,” tambah Evans.
Inovasi ini juga mempertimbangkan keterbatasan akses teknologi yang umum dihadapi petani kecil di Indonesia. Tim UB menyesuaikan rancangan FARMR agar tetap realistis dan aplikatif di lapangan.
“Kami harus memastikan solusi FARMR realistis dan bisa diimplementasikan, mengingat keterbatasan akses teknologi yang dimiliki petani kecil di Indonesia,” jelas Evans.
Selain itu, FARMR relevan dengan SDGs karena mampu memberikan pendapatan tambahan kepada petani lewat perdagangan karbon, sekaligus mendorong pelestarian lingkungan.
“FARMR sangat relevan dengan tujuan SDGs 2030, terutama dalam mengurangi kemiskinan sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” tutupnya.
Keberhasilan UB tak lepas dari persiapan intensif selama tiga bulan, termasuk riset mendalam berbasis studi literatur, jurnal ilmiah, serta data dari World Bank dan Katadata. Tim juga mempelajari studi kasus dari India dan Australia guna memperkuat argumen.
Kompetisi Faperta Fair 7 berlangsung dalam dua tahap, mulai dari seleksi naskah hingga presentasi langsung di Bali. Usai kemenangan ini, tim berencana mengembangkan FARMR lebih lanjut ke arah prototipe digital, riset lanjutan, dan kompetisi tingkat nasional.
“Saat ini, kami tengah merancang langkah untuk mengikutsertakan FARMR dalam kompetisi riset lain, seperti Pimnas (Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional),” ujar Evans.
Ke depan, tim menargetkan partisipasi dalam lomba startup nasional dan internasional untuk menjadikan FARMR sebagai solusi konkret bagi petani Indonesia dalam menghadapi perubahan iklim. (*)
Pewarta | : Achmad Fikyansyah |
Editor | : Ferry Agusta Satrio |