TIMES MALANG, PROBOLINGGO – Banyak gunung di Pulau Jawa, salah satunya Gunung Argopuro. Mendaki Argopuro yang dikenal mistis itu butuh berhari-hari, sebab menjadi jalur pendakian terpanjang di Pulau Jawa.
Secara teritorial, kawasan Gunung Argopuro berada di empat kabupaten. Yakni Kabupaten Probolinggo, Situbondo, Bondowoso dan Jember. Dengan pembagian, 7452 hektare kawasan Argopuro masuk wilayah Kabupaten Probolinggo.
Lalu, 4375 hektare Gunung Argopuro berada di dataran Kabupaten Jember. Sementara 1275 hektare masuk wilayah Kabupaten Bondowoso, dan 1075 hektare masuk wilayah Kabupaten Situbondo.
Karena berada di empat daerah, maka Gunung Argopuro bisa diakses dari empat daerah tersebut. Tapi, jalur pendakian konvensional yang banyak dilalui oleh para pendaki hanya dari dua pintu masuk. Yakni dari Desa Bermi, Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo. Satu lagi dari Bantengan, Kabupaten Situbondo.
Umumnya, jika masuk melalui Bantengan, Situbondo, maka pendaki akan keluar melalui Bermi, Probolinggo. Begitupun sebaliknya. Terkadang ada pula pendaki yang 'balik kucing', atau jalur masuk dan keluar melewati satu pintu yang sama.
Baik pintu masuk dari Bermi ataupun Bantengan, setiap pendaki akan merasakan sensasi yang luar biasa dengan keanekaragaman ekosistem. Baik banyaknya jenis tanaman hutan, maupun hewan liar yang dilindungi seperti burung merak dan harimau Jawa.
Gunung Purba Nan Mistis
Di balik kekayaan alam itu, ada unsur mistis yang kerap dirasakan oleh setiap pendaki. Namun perlu diketahui, bahwa 'aroma' mistis itu akan dirasakan oleh mereka yang dianggap melanggar etika pendakian. Seperti perempuan yang sedang menstruasi dilarang masuk kawasan Gunung Argopuro. Begitupun larangan membawa minuman keras, dan berbuat asusila.
Ika (37), adalah pendaki asal Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Jatim, yang pernah melihat langsung sosok menyeramkan saat ia mendaki Argopuro. Tapi ia tak ingat tahun berapa saat pendakian itu.
Ia menceritakan, saat itu, ia mendaki bersama-temannya. Sebagian laki-laki dan sebagian lagi perempuan. Di tengah pendakian, di sekitar kawasan Cemara Lima, tas di punggungnya terasa lebih berat. Beratnya tidak sama seperti saat awal pendakian. "Kayak aneh gitu, kok jauh lebih berat," katanya.
Karena penasaran, iapun menoleh ke arah tas yang tengah digendongnya. Ika pun terkejut, setelah melihat ada sosok abstrak di atas tasnya. "Seperti nonik Belanda," kenangnya.
Tak hanya itu, ia juga melihat makhluk serupa di sebagian pohon cemara di kawasan Cemara Lima. Ada sosok perempuan berpakaian ala perempuan Belanda zaman dahulu, yang duduk di dahan cemara.
Beruntung ia tak begitu menghiraukan, karena ia sudah mengetahui bahwa ada unsur mistis di pegunungan dengan nama lain Dataran Tinggi Hyang itu. Tapi setelah menyelesaikan pendakian dan turun melalui pos Bermi, ia kemudian menceritakan kepada temannya.
Temannya itupun langsung 'memvonis' bahwa Ika sedang menstruasi saat mendaki. Perempuan berjilbab itupun mengiyakan. "Saya gak tau, kalau sedang menstruasi itu gak boleh mendaki ke Argopuro," ujarnya.
Beda lagi dengan pengalaman yang diceritakan Doni Wukir, seorang pecinta alam asal Kota Probolinggo. Dengan sangat jelas, Doni melihat ada kaki berukuran raksasa di depan tendanya.
Kejadian mistis itu dialami Doni saat ia dan teman-temannya sedang bermalam di dalam tenda, di area puncak Rengganis. Nah, saat membuka pintu tenda, ia melihat kaki yang ukurannya besar dan menjulang tinggi. "Saya terus melihat tingginya kaki itu ke arah langit," ujar Doni.
Karena takut, ia kemudian bergegas menutup pintu tenda dengan ketakutan. Doni pun menceritakan apa yang dilihatnya kepada temannya yang berada satu tenda dengannya. Beruntung, ada seorang temannya yang punya firasat bahwa di dalam tenda itu ada minuman keras.
Mulanya tak ada yang mengaku bahwa di antara Doni dan kawan-kawannya soal 'tuduhan' minuman keras tersebut. Tapi demi keselamatan bersama, Doni dengan sadar diri mengakui bahwa dirinya membawa sebotol miras di dalam tasnya. "(Miras, Red) langsung dikeluarkan dari dalam tas, dan dibuang di luar tenda," cerita Doni.
Nah, setelah miras tersebut dibuang, kaki raksasa itu lenyap seiring gelapnya area puncak Rengganis. "Ngeri pokoknya," katanya.
Dengan sederet cerita mistis tersebut, dapat disimpulkan bahwa ada etika dalam pendakian di gunung manapun. Termasuk mendaki Gunung Argopuro, yang merupakan salah satu gunung di Pulau Jawa dan menjadi jalur pendakian terpanjang di Pulau Jawa. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Gunung Argopuro, Jalur Pendakian Terpanjang nan Mistis di Pulau Jawa
Pewarta | : Rhomadona (MG-410) |
Editor | : Muhammad Iqbal |