https://malang.times.co.id/
Berita

Dari Dau untuk Indonesia, Banser Membaca Masa Depan Ketahanan Pangan

Rabu, 17 Desember 2025 - 16:42
Dari Dau untuk Indonesia, Banser Membaca Masa Depan Ketahanan Pangan Kasatkornas Banser, H.M. Syafiq Syauqi, Lc., MAg saat menghadiri panen raya dan tanam bibit jeruk Dau, Rabu (17/12/2025). (Istimewa)

TIMES MALANG, MALANG – Di lereng Dau, Kabupaten Malang, pohon-pohon jeruk berdiri rapi, sebagian sarat buah matang yang siap dipanen. Di sanalah Program Patriot Ketahanan Pangan menemukan momentumnya—bukan sekadar slogan, melainkan praktik nyata yang menyentuh akar persoalan pangan nasional.

Komando Nasional Banser menaruh perhatian serius pada sektor pangan, menyadari bahwa ketahanan negara tidak hanya dijaga di medan keamanan, tetapi juga di ladang-ladang produksi. Program Patriot Ketahanan Pangan menjadi pintu masuk bagi kader Banser untuk tampil sebagai garda terdepan, sejalan dengan arah kebijakan pemerintah bersama Kementerian Pertanian dan Badan Pangan Nasional.

Atensi itu salah satunya diwujudkan melalui kunjungan Kasatkornas Banser, H.M. Syafiq Syauqi, Lc., MAg, ke sentra jeruk Dau. Di tengah kesibukannya menangani kedaruratan bencana di Sumatera, Gus Syafiq—sapaan akrabnya—menyempatkan diri turun langsung ke kebun jeruk, memanen buah, sekaligus menanam bibit baru, Rabu (17/12/2025).

Jeruk Lokal di Bayang-Bayang Impor

Kunjungan tersebut menjadi relevan di tengah fakta bahwa Indonesia masih bergantung pada jeruk impor. Data United States Department of Agriculture (USDA) mencatat, Indonesia berada di peringkat kedelapan dunia sebagai pengimpor jeruk mandarin, dengan volume mencapai 115 ribu ton pada 2024. Ironisnya, angka itu muncul ketika produksi jeruk nasional sejatinya tergolong melimpah.

Di Dau, realitas itu dirasakan langsung oleh petani. Nurul Wahyudi, petani jeruk sekaligus mantan Kasatkoryon Banser Dau, menyebut preferensi pasar masih condong pada jeruk impor seperti Sunkist, Mandarin, dan Ponkam.

“Kualitas jeruk lokal tidak kalah. Jeruk Dau punya rasa khas dan mulai diminati,” ujar pria yang akrab disapa Ndan We. “Tapi kalau bicara kedaulatan pangan, perlu keberpihakan regulasi. Pembatasan impor dan kepastian pupuk itu kunci.”

Bagi petani, persoalan bukan semata produktivitas, melainkan keberanian negara melindungi hasil bumi sendiri.

Jihad Kebangsaan di Ladang Jeruk

Bagi Gus Syafiq, keterlibatan Banser di sektor pertanian adalah bagian dari jihad kebangsaan dalam konteks kekinian. Ia memandang jeruk Dau bukan sekadar komoditas, tetapi simbol kemandirian dan keberlanjutan.

“Saya bangga melihat kader Banser-Ansor di Dau konsisten mengembangkan jeruk sebagai komoditas unggulan,” katanya. “Ini bukan hanya tentang ekonomi kader, tetapi langkah konkret mengurangi ketergantungan impor.”

Pandangan itu ditegaskan dalam Dialog Ketahanan Pangan bertema Mengangkat Keindahan Alam Dau sebagai Ruang Silaturahmi sekaligus Menyatukan Langkah Memanen Manfaat, yang digelar di Joglo Majelis Darul Aflah, Tlogoweru.

Dalam forum tersebut, Gus Syafiq mengapresiasi produktivitas jeruk Dau yang mencapai sekitar 50.400 ton per tahun dari luasan lahan kurang lebih 800 hektare. Angka itu, menurutnya, harus dijaga dengan semangat kolektif agar terus meningkat.

Jeruk, Ekonomi, dan Wisata

Lebih jauh, Gus Syafiq melihat jeruk Dau memiliki nilai strategis lintas sektor. Selain pangan, jeruk juga menyimpan potensi ekonomi dan pariwisata. Lanskap alam Dau dinilai ideal untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata petik jeruk yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

“Jeruk adalah komoditas hortikultura bernilai ekonomi tinggi,” ujarnya. “Kalau ekosistemnya dikelola dengan baik—produksi, distribusi, hingga wisata—impor bisa ditekan dan pendapatan petani meningkat.”

Namun ia menegaskan, pembatasan impor saja tidak cukup. Penguatan skala ekonomi menjadi syarat agar jeruk lokal mampu bersaing dari sisi harga.

“Peningkatan pendapatan petani harus jadi konsen bersama. Skala ekonomi perlu diperkuat supaya harga jeruk lokal kompetitif. Dampaknya bukan hanya ke petani, tetapi ke stabilitas ekonomi daerah dan nasional,” tegasnya.

Pupuk dan Keberpihakan Negara

Isu pupuk menjadi catatan penting dalam dialog tersebut. Gus Syafiq menyatakan komitmennya untuk menindaklanjuti kebutuhan petani jeruk Dau, mulai dari urea, ZA, hingga Phonska.

“Saya minta data luasan lahan dan kebutuhan pupuk segera disiapkan. Ini akan kami tindak lanjuti,” ujarnya.

Kegiatan ini turut dihadiri Pengasuh Majelis Darul Aflah Gus Fuad, Kepala Provost Nasional H. Ahmad Syafii, H.M. Harus Prasetyo, SE, MM selaku penggiat ekonomi desa, serta kader Ansor-Banser Dau dan Kabupaten Malang.

Di antara pohon jeruk yang terus tumbuh, Dau menjadi saksi bahwa ketahanan pangan bukan sekadar wacana. Ia hidup melalui kolaborasi, keberpihakan, dan keberanian menjaga hasil bumi sendiri—dari ladang, untuk negeri.(*)

Pewarta : Achmad Fikyansyah
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Malang just now

Welcome to TIMES Malang

TIMES Malang is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.